PM Malaysia: Barat Tidak Perlu Mengajarkan Demokrasi dan HAM kepada Dunia Islam !
Menanggapi upaya Barat untuk memutarbalikkan fakta mengenai perang Gaza melalui media internasional mereka, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan bahwa negara-negara Barat tidak perlu mengajarkan demokrasi dan hak asasi manusia kepada dunia Islam.
Tehran, Parstoday- Perdana Menteri Malaysia, Anawar Ibrahim dalam upacara peresmian Masjid Raya Malaysia di Kuala Lumpur menekankan bahwa dunia Barat harus berhenti mencoba mengendalikan media internasional untuk menyajikan “narasi palsu” tentang perang di Gaza, dan terus mengajarkan demokrasi, hak asasi manusia dan pembangunan berkelanjutan di dunia Islam.
Perdana Menteri Malaysia mengatakan,"Konflik di Palestina bukan dimulai karena operasi Hamas pada tanggal 7 Oktober, tetapi sudah dimulai pada tahun 1948 dan terus berlanjut sejak saat itu,".
"Malaysia berkomitmen untuk tidak mengizinkan perusahaan yang terdaftar di Israel (wilayah pendudukan) untuk masuk dan melakukan aktivitas apapun di negara ini," ujar Anwar Ibrahim.
Pernyataan Anwar Ibrahim muncul pada saat Malaysia dan Brunei mengutuk berlanjutnya genosida dan kekerasan di Gaza yang dilakukan oleh rezim Zionis dan menyatakan keprihatinan mengenai situasi di wilayah tersebut pada pertemuan tahunan para pemimpin kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, Sultan Haji Hassanal bolkiah dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan keprihatinan mendalam mereka terhadap situasi mengerikan di Asia Barat dan mengutuk genosida dan agresi yang sedang berlangsung di Jalur Gaza oleh rezim Zionis, yang telah menyebabkan bencana kemanusiaan dan meluasnya konflik yang menelan banyaik korban jiwa.
Pemimpin kedua negara juga menyerukan masyarakat internasional untuk bekerja sama satu sama lain guna mengakhiri agresi dan perusakan yang terus berlanjut dan mencegah penyebaran konflik lebih lanjut ke wilayah tersebut.
Sultan Brunei dan Perdana Menteri Malaysia juga meminta semua pihak untuk merundingkan gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza guna mencapai perdamaian, keamanan, dan stabilitas abadi di wilayah tersebut.
Pemimpin kedua negara menegaskan dukungan penuhnya terhadap pembentukan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan sebelum tahun 1967 dengan Quds Timur sebagai ibu kotanya.
Sejak dimulainya serangan rezim Zionis terhadap rakyat tertindas di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, sebanyak 40 ribu 405 warga Jalur Gaza gugur dan 93 ribu 468 lainnya luka-luka.
Dalam perang ini, selain kehancuran dan kelaparan yang meluas yang merenggut nyawa ratusan anak-anak Palestina dan dianggap sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terburuk di dunia, lebih dari 10.000 warga Palestina juga hilang.(PH)