Analisa Media-media Ibrani tentang Perang Israel-Iran
Pars Today - Analisis berbasis data dari konten media berbahasa Ibrani dari 24 hingga 28 Juni mengungkap kesenjangan naratif, inkonsistensi statistik, dan krisis kredibilitas dalam narasi resmi Israel tentang perang baru-baru ini dengan Iran.
Menurut Pars Today, mengutip Fars News (FNA) analisis berbasis data dari konten media berbahasa Ibrani dari 24 hingga 28 Juni mengungkap kesenjangan naratif, inkonsistensi statistik, dan krisis kredibilitas dalam narasi resmi Israel tentang perang baru-baru ini dengan Iran. Laporan ini, berdasarkan metode ilmiah analisis jaringan semantik, analisis sentimen, analisis pembingkaian, dan analisis wacana, disiapkan di sebuah lembaga penelitian.
Iron Dome, di bawah hantaman realitas
Sebuah studi tentang jaringan semantik teks-teks berbahasa Ibrani menunjukkan bahwa, bertentangan dengan klaim tentang sistem pertahanan Iron Dome yang tidak dapat ditembus, frasa "kegagalan pertahanan rudal" menjadi pusat analisis, dan dalam 43 persen laporan, rudal Iran menghantam wilayah-wilayah strategis.
Dualitas dalam narasi penghancuran fasilitas nuklir
Simpul semantik yang terkait dengan "penghancuran yang tidak dapat dipulihkan" terhadap fasilitas nuklir Iran hanya dikonfirmasi dalam 27 persen teks. Sementara 68 persen analisis melaporkan "rekonstruksi cepat" fasilitas tersebut, dengan mengutip sumber seperti Institut INSS Tel Aviv.
Ketidakpuasan publik dan krisis legitimasi
Analisis sentimen berdasarkan basis data teks Ibrani menunjukkan bahwa istilah "protes anti-perang" terlihat lebih menonjol, dengan 121 pengulangan. Selain itu, 63 persen referensi ke pemerintahan Netanyahu memiliki muatan negatif yang signifikan (skor sentimen: -0,45).
Bayangan Amerika pada keputusan Tel Aviv
Pengelompokan tematik konten menyoroti ketergantungan yang kuat pada dukungan militer Amerika; 72 pesen analisis menilai gencatan senjata bergantung pada mediasi Amerika.
Paradoks Viktimisasi
Analisis pembingkaian media menunjukkan bahwa sementara 85 persen laporan menyajikan Israel sebagai korban perang, hanya 34 persen yang menyediakan statistik terdokumentasi tentang korban sipil. Padahal, statistik yang berbeda dan terkadang kontradiktif tentang korban militer telah dipublikasikan dalam sumber resmi rezim Zionis.
Kesenjangan dalam narasi kemenangan
Dalam analisis wacana, seringnya penggunaan istilah "kemenangan definitif" (47 kali) kontras dengan pengulangan "kerapuhan gencatan senjata" (59 kali) di media Ibrani. Selain itu, dalam 82 persen teks, hanya sumber Israel yang dikutip, yang menunjukkan sifat tertutup sumber berita.
Kesimpulan
Berdasarkan metodologi berbasis data, studi ini menyoroti tiga kelemahan utama dalam narasi media Ibrani: 1. Ketidakkonsistenan statistik dalam penyajian informasi 2. Ketergantungan pada sumber resmi tanpa merujuk ke lembaga yang tidak memihak 3. Kontradiksi antara klaim superioritas militer dan manifestasi kelemahan pertahanan struktural. (MF)