Dirjen IAEA: Sanksi terhadap Iran Tidak Efektif!
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa sanksi Barat terhadap program nuklir Iran tidak efektif, dan Tehran telah membuat kemajuan besar dalam program nuklirnya dengan menemukan cara untuk mengatasi dampak sanksi.
Tehran, Parstoday-Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional dalam wawancara dengan Bloomberg News mengatakan,"Sanksi tidak berhasil, dan Iran jelas-jelas melampaui mereka. Program nuklir Iran telah berkembang pesat – terutama sejak 2018”.
Selama masa jabatan pertamanya pada tahun 2018, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), meskipun Badan Tenaga Atom Internasional mengakui kepatuhan Iran terhadap komitmennya berdasarkan perjanjian tersebut.
Grossi menyebut program nuklir Iran telah meningkat sejak 2018, meskipun Badan Tenaga Atom Internasional mengakui kepatuhan Iran terhadap komitmennya berdasarkan JCPOA pada saat itu.
Badan Tenaga Atom Internasional mengklaim pada akhir Februari bahwa Iran telah meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya tingkat senjata sebanyak 50 persen dalam tiga bulan, dan hanya butuh beberapa hari untuk mengubah bahan ini menjadi bahan bakar yang dibutuhkan untuk hulu ledak.
Bloomberg melaporkan, inspektur IAEA beroperasi di Iran setiap hari dan mereka dapat mendeteksi setiap kemungkinan penyimpangan dalam penggunaan uranium sebelum diubah menjadi senjata.
Grossi mengklaim bahwa setelah banyak desakan dari Amerika Serikat, berbagai faksi di Iran sekarang sedang berdebat apakah Iran harus memperoleh senjata nuklir untuk memastikan keamanannya. Ini terjadi meskipun para pemimpin Iran selalu membantah adanya niat untuk membangun senjata nuklir jenis apa pun.
Namun, Bloomberg menulis, “Iran bukan satu-satunya negara yang memiliki kekhawatiran seperti itu… Di dunia yang semakin tidak aman, semakin banyak negara yang bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka juga membutuhkan senjata nuklir”.
“Beberapa tahun lalu, membahas senjata nuklir adalah hal yang tabu, tetapi sekarang pembicaraan ini terjadi di beberapa negara, dan itu berarti norma-norma mulai terkikis,” kata Grossi.
Menurut Bloomberg, para ahli pengendalian senjata mengatakan bahwa preferensi pemerintahan Trump untuk menggunakan ancaman dan paksaan ekonomi alih-alih multilateralisme dan diplomasi dapat memperburuk ketidakamanan global dan mendorong lebih banyak negara untuk memperoleh senjata nuklir.
Selama beberapa tahun terakhir, pejabat Jerman, Jepang, Polandia, Arab Saudi, dan Korea Selatan semuanya telah secara terbuka membahas keberadaan pertahanan nuklir.(PH)