Vaksin COVID-19 Generasi 2 dan Vaksin Merah Putih
Para ilmuwan terus berinovasi menciptakan vaksin COVID-19 yang mudah dan nyaman untuk digunakan.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berharap vaksin COVID-19 Merah Putih yang dikembangkan oleh Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia sudah bisa diproduksi pada semester kedua tahun 2022.
"Saya berdoa, mudah-mudahan proses uji klinis lancar, sehingga pada semester kedua tahun depan Vaksin Merah Putih telah bisa diproduksi," katanya dalam Sidang Terbuka Dies Natalis Universitas Airlangga ke-67 di Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagaimana dikutip Parstodayid dari Antaranews, Ahad (14/11/2021).
Budi mengemukakan bahwa uji praklinik vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Universitas Airlangga hasilnya bagus, menunjukkan efisiensi tinggi, dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia selanjutnya akan melakukan uji klinik untuk memeriksa keamanan dan manfaat vaksin tersebut.
Dia menjelaskan, uji klinik tahap pertama untuk menguji keamanan vaksin akan dilakukan pada 100 orang, uji klinik tahap kedua untuk melihat imunogenitas vaksin akan dilakukan pada 400 orang, dan uji klinik tahap ketiga untuk menguji efikasi vaksin akan melibatkan sekitar 3.000 orang.
"Ini juga sangat bergantung pada bantuan dari Ibu Gubernur Jawa Timur, karena rencananya akan dilakukan di Surabaya," katanya.
Menteri Kesehatan mengatakan bahwa skenario pelaksanaan uji klinik tahap ketiga Vaksin Merah Putih sedang disiapkan.
"Skenario pertama digunakan untuk suntik vaksin sebanyak dua kali, kemudian untuk skenario kedua vaksin akan disuntikkan sebanyak satu kali sebagai booster sehingga dapat menguatkan vaksin sebelumnya, dan skenario ketiga vaksin akan disuntikkan sebanyak dua kali dengan sasaran anak-anak di bawah 12 tahun," ia memaparkan.
Vaksin COVID-19 Generasi 2
Di sisi lain, opsi pemberian melalui oral dan nasal alias semprot hidung termasuk dalam pengembangan vaksin COVID-19 generasi 2.
Hal ini disampaikan oleh ilmuwan ternama dari organisasi kesehatan dunia WHO, Soumya Swaminathan. Menurutnya, pengembangan vaksin COVID-19 generasi 2 bakal menawarkan sejumlah keunggulan dibanding versi suntik.
Dikutip dari NDTV, Swaminathan mengatakan ada 129 kandidat vaksin yang sudah memasuki tahapan uji klinis pada manusia, dan 194 lainnya masih dalam skala laboratorium.
"Akan ada kelebihan pada beberapa vaksin generasi kedua. Pastinya jika Anda punya vaksin oral atau vaksin intra-nasal maka akan lebih mudah diberikan dibanding suntik," jelasnya.
"Pada akhirnya kita akan bisa memilih mana yang lebih tepat," kata Swaminathan.
"Kalaupun bukan untuk COVID, kita akan menggunakannya platform tersebut untuk infeksi lain di masa mendatang," lanjutnya.
Salah satu kelebihan vaksin dalam bentuk semprot hidung, menurut Swaminathan adalah bisa memberikan respons imun lokal sebelum virus mencapai paru-paru dan menyebabkan masalah di organ tersebut.
Harga Obat Molnuvirapir
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat antivirus COVID-19 jenis Molnuvirapir buatan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Merck, dibanderol dengan harga di bawah Rp1 juta.
"Hitung-hitungan kami antara 40 sampai 50 dolar, jadi tidak terlalu mahal di bawah Rp1 juta," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Senin.
Budi mengatakan Molnupiravir dapat dikonsumsi oleh pasien terkonfirmasi COVID-19 dengan tingkat saturasi oksigen di atas 95 atau bergejala ringan. "Jadi kalau dia positif tapi saturasi masih di atas 94/95, dikasih obat ini hasil uji klinis di luar negeri 50 persen bisa sembuh. Tidak masuk ke rumah sakit," katanya.
Budi mengatakan konsumsi Molnuvirapir dilakukan selama lima hari selama proses penyembuhan, masing-masing sebanyak delapan tablet. "Jadi kira-kira butuh 40 tablet," katanya.
Pemerintah berupaya mendatangkan sekitar 600 ribu hingga 1 juta obat Molnuvirapir pada tahap awal pada Desember 2021 melalui skema pembelian secara langsung kepada produsen. (Antaranews/Detik)