Pelabuhan Penyeberangan Modern
(last modified Sun, 25 Nov 2018 11:54:22 GMT )
Nov 25, 2018 18:54 Asia/Jakarta
  • Pelabuhan Penyeberangan Modern
    Pelabuhan Penyeberangan Modern

Suasana agak berbeda kini terasa dan terlihat di loket-loket pelayanan calon penumpang di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Provinsi Banten dan Bakauheni di Provinsi Lampung. Pada Sabtu dini hari, 24 November 2018 itu waktu menunjukkan pukul 01.20 WIB. Puluhan calon penumpang--yang baru turun dari bus-- berada di depan loket sambil mempersiapkan uang pembelian tiket.

"Maaf pak, bu,  sekarang semua transaksi pembelian tiket dilakukan secara nontunai, " kata petugas loket. "Nggak pakai uang tunai lagi. Bapak, ibu bisa membeli kartu pembayaran nontunai di meja depan. Sekalian bisa 'top up'," kata perempuan muda di loket itu.

  

Di meja depan, puluhan penumpang sedang membeli kartu pembayaran nontunai. Kartunya seharga Rp 42 ribu termasuk tarif sekali jalan untuk satu orang. Kartu pembayaran nontunai yang berlaku di pelabuhan yang melintasi Selat Sunda ini diterbitkan empat bank pemerintah.

 

Namun bukan tidak mungkin di masa mendatang kartu yang keluarkan bank swasta dan lembaga keuangan lainnya yang menerbitkan kartu pembayaran non tunai juga berlaku di sini. Kartu pembayaran ini bisa dipakai selamanya dan bisa untuk beberapa orang dalam penyeberangan ini. Asalkan saldonya mencukupi. Kalau saldo tak cukup, kata dia  dengan nada ramah, bisa langsung "top up" atau menambah saldo di meja sebelah.

  

"Sekarang lain ya, " kata seorang calon penumpang kepada calon penumpang lainnya. "Cuma aku gak bawa kartu yang kupunya.  Abis baru tahu sih," kata Uti,  calon penumpang yang akan ke Wayabung, Lampung Utara. "Kalau udah tau dan biasa, enakan non tunai sih," kata Tia, calon penumpang lainnya.

  

Prosedur pelayanan seperti ini kini harus dilalui  calon penumpang yang belum tahu. Bagi penumpang lainnya yang memiliki atau membawa kartu pembayaran nontunai dari empat bank pemerintah dan melihat tulisan "Loket Non Tunai" langsung bisa menyodorkannya ke petugas loket beserta identitas. Artinya, kalau calon penumpang harus membeli terlebih dahulu atau tidak membawa kartu pembayaran nontunai, hal itu karena memang belum tahu prosedur pelayanan baru itu. Tapi bagi yang sudah tahu dan membawa kartu langsung ke loket pembayaran nontunai.

  

"Ya lebih praktis. Gak ribet," kata seorang calon penumpang yang sudah beberapa kali melintasi penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera ini. Berdasarkan pengalamannya, pelayanan dengan kartu pembayaran nontunai terasa lebih cepat dibanding secara "cash". Dengan demikian antrean di depan loket akan lebih singkat dan tidak terlalu panjang.

 

Lebih Singkat

 

Namun pelayanan pembayaran tiket secara "cash" sebelumnya akan sangat tergantung kecepatan petugas. Kecepatan dalam melihat nominal uang yang digunakan calon penumpang. Kalau uang yang disodorkan "pas", tinggal menempelkan identitas penumpang di alat yang sudah ada supaya di lembaran

tiket cetak tertulis nama sesuai identitas. Namun tentu tidak semua menyodorkan yang "pas".

  

Kalau nominalnya lebih besar, berarti butuh waktu untuk menyiapkan "kembalian". Maka untuk pelayanan tiket yang semula menggunakan uang "cash" akan sangat relatif waktu yang digunakan untuk satu penumpang. Artinya sulit diprediksi. Terlebih apabila nominal uang yang digunakan adalah pecahan besar, padahal tarif tiketnya hanya Rp15 ribu per orang dewasa dan Rp8 ribu untuk anak-anak.

  

Berdasarkan pemantauan ANTARA News, dengan kartu pembayaran nontunai saat ini,  beberapa penumpang menjalani prosedur pelayanan di loket kurang dari 30 detik atau kurang dari setengah menit. Namun ada yang 35 detik, ada pula yang 40 detik.

  

Berdasarkan pemantauan itu,  tidak berlebihan kiranya kalau dikatakan bahwa pelayanan nontunai untuk satu orang hanya butuh rata-rata 30-35 detik atau setengah menit. Konsentrasi dan keahlian petugas loket akan sangat menentukan kisaran rentang waktu yang dibutuhkan untuk melayani penumpang.

  

Konsentrasi dan keahlian akan sangat menentukan di titik pelayanan ini.  Semakin konsentrasi dan semakin terbiasa dengan sistem serta infrastruktur (peralatan) yang digunakan berkemungkinan akan mampu tercapai waktu lebih cepat dari setengah menit.

 

Nyaman

 

Di sinilah tantangan yg dihadapi manajemen PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry yang dipimpin Ira Puspadewi  untuk terus menyiapkan SDM agar mampu memberi pelayanan terbaik lagi bagi masyarakat.

Kalau bisa dipercepat lagi. Kalaupun tidak bisa dipercepat lagi,  terasa sekali bahwa pencapaian percepatan pelayanan saat ini sudah bisa dikatakan "jauh lebih baik" dibanding sebelumnya yang menggunakan uang "cash".

  

Informasi yang dihimpun menyebutkan, pelayanan secara "cashless" diperkenalkan sejak awal Juni 2018. Kemudian disosialisasikan hingga dicanangkan pada 15 Agustus 2018. Pelaksanaannya secara bertahap. Yakni semula sebagian transaksi dilayani secara nontunai, tetapi masih ada loket secara tunai.

  

Baru pada awal Oktober 2018, semua pelayanan tiket dilaksanakan secara nontunai. Memang sampai sekarang masih ada sebagian calon penumpang yang belum tahu dan terkejut. Tak dipungkiri masih ada yang bertanya dan sedikit bingung. Tapi dengan penjelasan yang lugas,  mereka pun kemudian memahami prosedur pada sistem pelayanan baru ini. 

    

Apalagi kalau sudah tahu bahwa kartu pembayaran nontunai yang dibelinya berlaku untuk berbagai pembayaran di tempat lain. Ditambah lagi kartunya berlaku selamanya (tanpa mada berlaku), asalkan ada saldonya. Kalimat sederhananya "bisa karena biasa". 

  

Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur darat dan udara berupa jalan tol dan bandara, penyediaan infrastruktur pelabuhan penyeberangan yang makin memadai memang harus dilakukan agar orang nyaman dan tetap meminati moda transportasi laut. Kini perkembangan pesat pada angkutan angkutan udara, memunculkan beragam alternatif maskapai penerbangan. Bahkan ada yang berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC).

  

Karena itu memodernisasi pelabuhan penyeberangan adalah mutlak agar orang tetap mau naik kapal. Dan modernisasi itu telah, sedang dan diyakini akan terus dilakukan di lintas Selat Sunda sebagai jembatan penghubung Pulau Jawa dengan Sumatera.

 

 

Sebagai pelabuhan penyeberangan--yang bisa dikatakan--tersibuk di Indonesia saat ini,  PT ASDP (Persero) Merak-Bakauheni melayani puluhan ribu orang setiap hari. Selain orang, ribuan kendaraan pribadi, umum dan truk juga diseberangkan melalui rute pelayaran ini setiap hari. Peran itu dilakukan sejak awal dekade 1980-an.

  

Arus mobilitas manusia dari Pulau Jawa ke Sumatera atau sebaliknya menyandarkan harapan yang begitu besar kepada kehandalan dan kemapuan manajemen untuk melayaninya. Apalagi arus manusia, kendaraan dan barang terus meningkat setiap tahun.

  

Belum lagi kalau berbicara soal arus logistik, barang kebutuhan industri dan bahan kebutuhan pokok bagi penduduk dua provinsi, bahkan Indonesia. Pelabuhan penyeberangan ini adalah urat nadinya.

  

Rentang waktu hampir 40 tahun keberadaan perusahaan plat merah ini di Selat Sunda telah lebih dari cukup untuk membuktikan hal itu. Pelabuhan penyeberangan ini adalah jembatan masa lalu, masa kini dan di masa depan. 

  

Namun peran dan keberadaannya itu tidak selayaknya lantas membuat terlena dengan apa yang sudah dicapai. Justru sebaliknya, semakin strategis peran dan keberadaannya maka semakin penting untuk terus berbenah menghadapi perkembangan semua bidang.

  

Itulah yang tampaknya telah, sedang dan akan terus dilakukan manajemen perusahaan ini. Percepatan pelayanan melalui "cashles" hanya salah satu dari program modernisasi di pelabuhan penyeberangan ini. Berbagai pembenahan lainnya juga terlihat nyata. Dari sisi infrastruktur pembayan non tunai, misalnya, selain loket-loket pelayanan juga sarana pendukung.

  

Selain kertas hasil cetakan tiket, penumpang mendapatkan kartu yang gunanya untuk bisa melintasi jalan masuk koridor menuju dermaga. Dengan hanya menempelkan kartu berwarna biru yang diberikan petugas di loket, pintu pun terbuka.

  

Sesampai di dermaga yang dituju, petugas ASDP meminta kartu itu lalu mengarahkan atau memberi tahu koridor untuk menuju kapal. Dari sini terlihat adanya perubahan dibanding sebelumnya. Petugas meminta kartu yang diberikan di loket sambil berkata "terima kasih".

  

Di tengah sedikit kebingungan calon penumpang yang belum punya alat pembayaran nontunai dari empat bank pemerintah, staf dan petugas memberi penjelasan dengan bahasa lugas serta mudah dipahami. Mereka pun mengarahkan calon penumpang agar mengikuti prosedur baru.

  

Kesabaran, kesantunan dan etika mereka jaga. Salah satunya mengawali penjelasan dengan kata-kata "maaf pak,  bu". Dalam konteks pelayanan publik, kata-kata itu dianggap sebagai pencerminan kerendahan hati. Juga kesiapan memberi pelayanan.

  

Penumpang mulai merasakan perbaikan pelayanan.  Walaupun tantangan terlihat masih ada dan harus segera mendapat perhatian. Misalnya, masalah pedagang asongan yang ada di terminal kedatangan bus sampai pintu masuk pelayanan tiket di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni. Selain itu jarak yang jauh antara loket pelayanan calon penumpang dengan terminal bus di Merak. Tetapi hal itu diyakini akan mampu diselesaikan oleh manajemen perusahaan pengelola pelabuhan penyeberangan  ini.

 

Penataan Fisik

 

Dari sisi fisik, manajemen ASDP tampak mempersiapkan masa depan pelabuhan penyeberangan ini sangat serius. Sebelum sampai loket pelayanan, calon penumpang telah ada petunjuk yang jelas mengenai arah yang harus dituju.

  

Kemudian koridor-koridor tertata rapi pula. Dengan begitu,  calon penumpang tinggal mengikuti petunjuk yang ada dalam plang berikut tanda panah. Dengan demikian calon penumpang tidak bakal tersesat atau salah mengambil jalur karena adanya pembatas. Dari sisi keamanan, selain pos keamanan, juga terdapat kamera pemantau (CCTV) di lokasi tertentu. 

  

Satu hal yang juga terlihat jelas adalah kebersihan yang terjaga. Mulai dari kamar kecil (toilet) yang bersih dan air yang tersedia lebih dari cukup hingga koridor menuju kapal yang bebas sampah, walaupun sekedar puntung rokok atau plastik dan botol air mineral.

  

Suasana yang lebih teratur dan tertata rapi menghadirkan kenyamanan bagi pengguna jasa penyeberangan ini. Dengan kondisi yang akan terus ditingkatkan itu maka wajar dan masuk akal apabila manajemen ASDP Indonesia Ferry yang dipimpin Ira Puspadewi berobsesi nantinya pelayanan di pelabuhan penyeberangan ini akan senyaman di bandara.

  

Dari atas koridor menuju kapal terlihat di bawah sana antrean pengguna jasa yang menggunakan sepeda motor, kendaraan pribadi, bus dan truk berjejer di dermaga. Antrean masuk ke lambung-lambung kapal untuk diseberangkan ke Sumatera atau sebaliknya ke Jawa. Untuk kendaraan juga dilakukan penataan sehingga ketika baru selesai dari pintu pembayaran pelabuhan, pengemudi sudah tahu arah dermaga mana yang dituju.

  

Ada enam dermaga di jalur pelayaran sejauh sekitar 10 mil ini. Salah satu dermaga yang dipersiapkan adalah Dermaga VI untuk melayani penumpang kelas eksekutif. Dermaga-dermaga itu ternyata sudah disiapkan untuk bisa melayani kapal berkapasitas di atas 5.000 gross ton (GT). Artinya sudah disiapkan untuk bisa melayani kapal+kapal roll of roll on (roro) yang besar.

 

Ini sejalan dengan rencana pemberlakuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 88/Tahun 2014 tentang Pengaturan Ukuran Kapal Penyeberangan Merak-Bakauheni.  Berdasarkan aturan itu, maka mulai 24 Desember 2018, kapal yang melayani jalur penyeberangan ini adalah kapal berbobot di atas 5.000 GT.

 

Kapasitas

 

Kementerian Perhubungan telah memberi waktu empat tahun bagi ASDP beserta perusahaan penyelenggara penyeberangan untuk mempersiapkan diri sesuai Kepmenhub itu. 

  

Saat ini kapal yang ada sebanyak 71 unit,  namun baru 51 unit berkapasitas di atas 5.000 GT. Mulai 24 Desember mendatang jumlah kapal yang berkapasitas di atas 5.000 GT sebanyak 68 unit. Dengan beroperasinya kapal-kapal yang lebih besar dan berkapasitas di atas 5.000 GT maka daya angkut kendaraan dan orang juga meningkat. Nantinya jumlah kendaraan roda empat atau lebih yang mampu diseberangkan mencapai 720 per jam atau 17.200 per hari dengan pola operasi 34 kapal.

 

Mengapa Dibatasi 68 kapal?

  

Menurut Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setyadi, jumlahnya hingga 68 untuk mengantisipasi masa padat penumpang (peak season).  Seperti akhir tahun, libur nasional dan musim mudik lebaran.

  

Saat ini, menurut data yang pernah disampaikan Direktur Operasi PT ASDP indonesia Ferry,  La Mane, jumlah kendaraan yang menyeberang dari Jawa maupun Sumatera mencapai 10.000 unit hingga 12.000 unit perhari.

  

Mereka umumnya menyeberang di malam hari. Nantinya dengan beroperasinya tol di Sumatera khususnya di Lampung, dipastikan akan terjadi peningkatan arus kendaraan, barang dan orang yang melintasi rute ini. Peningkatan itu diprediksi secara merata setiap jam. Karena itu peningkatan kapasitas dermaga dan kapal

merupakan langkah tepat untuk mengantisipasinya.   

  

Ini adalah potret dari wajah Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni sekarang.  Pembenahan dilakukan di semua lini agar menjadi lebih modern untuk menghadapi tantangan ke depan. (Antaranews)

 

Tags