Berduka, Tokoh Syiah Indonesia Wafat
Cendekiawan Muslim Indonesia, Jalaluddin Rakhmat meninggal dunia pada usia ke-72 tahun.
Tokoh penting Syiah Indonesia ini menghembuskan nafas terakhir di ICU Rumah Sakit Santosa Internasional, Bandung, Senin (15/2/2021), sekitar pukul 15.45 WIB.
Kang Jalal, biasa disapa demikian semasa hidupnya, membidani berdirinya organisasi Syiah di Indonesia, Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI)) pada awal Juli 2000.
Sepulang dari Amerika, pakar komunikasi ini ikut andil meramaikan dinamika pemikiran intelektual Indonesia dengan berbagai gagasan briliannya.
Selain menulis buku di bidang yang ditekuninya, ilmu komunikasi, Jalaluddin menawarkan pemikiran keislaman baru dengan berbagai jargonnya yang pernah bersinar di zamannya, seperti Islam alternatif dan Islam aktual.
Para tokoh nasional menanggapi wafatnya cendekiawan ini dengan berbagai statemennya yang merasa kehilangan.
Mantan Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin di akun Twitternya menyampaikan terima kasihnya atas pencerahan dan wawasan yang diberikan Jalaluddin Rakhmat lewat karya-karyanya semasa hidup beliau.
"Selamat berpulang Kang Jalaluddin Rahmat.. Terima kasih tiada terhingga, telah mencerahkan dan memperluas wawasan keIslaman banyak anak muda pada era 1980-an.. Berpulanglah sepenuh rela.. Al-faatihah..," tulis Lukman Hakim Saifuddin.
Pengampu Ngaji Ihya Daring Gus Ulil Abshar Abdalla menyampaikan rasa dukanya atas wafatnya Kang Jalal. Ia menyebut sosoknya sebagai pemikir Muslim terbaik Indonesia.
"Berduka yang amat mendalam atas wafatnya salah satu pemikir Muslim terbaik Indonesia, Jalaludin Rakhmat alias Kang Jalal. Ini adalah kehilangan yang besar bagi dunia intelektual Indonesia," tulis Gus Ulil dilansir situs NU Online.
Gus Ulil mengaku menimba banyak ilmu dari Kang Jalal sejak masih seorang santri di kampung pada tahun 80-an. Bahkan, ia tak ragu mengatakan bahwa salah satu formasi pemikirannya dibentuk, antara lain, oleh gagasan-gagasan Kang Jalal.
"Dan saya bersaksi, beliau adalah orang baik," kata pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu.
Hal senada diungkapkan Zuhairi Misrawi. Pemerhati Timur Tengah itu juga mengaku terinspirasi dari karya-karya almarhum.
"Saya pribadi mempunyai hubungan batin, guru dan murid. Saya berhutang budi pada almarhum, karena karya-karya almarhum menginspirasi saya dan seantero pemikir Muslim di negeri ini," tulisnya di Facebook.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menyampaikan dukacita atas meninggalnya cendekiawan Muslim ini.
Menurutnya, Kang Jalal pernah menjadi pengurus Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Bandung, serta guru di SMP Muhammadiyah III Padasuka, Bandung.
"Saya mengenal beliau ketika menjadi murid di SMP Muhamamadiyah 3 Bandung, serta mengikuti Training Center Pemuda Wilayah Jawa Barat di mana Pak Jalal menjadi Master Of Training waktu itu" kenang Prof. Haedar.
Prof Haedar menyebut Kang Jalal sebagai cendekiawan Muslim yang produktif, menulis dengan tulisan yang menarik, ceramah-ceramahnya pun memikat.
Selepas meraih gelar master komunikasi dari Iowa State University, beliau melanjutkan studinya di bidang ilmu politik dari Australian National University. Tapi gelar doktornya diraih dari UIN Alauddin Makassar.
Selain fasih berbahasa Arab dan Farsi, pemikir Syiah Indonesia ini menguasai berbagai bahasa asing lainnya seperti Perancis, Belanda dan Jerman.
Mengikuti idola tokoh idolanya yang dijadikan nama yayasan pendidikan binaannya, Syahid Muthahhari, Kang Jalal meyakini pentingnya dinamika pemikiran Islam dengan mengembangkan penguatan studi Islam, terutama filsafat dan tasawuf. Dua disiplin ini cukup kuat terbaca dalam berbagai karya lisan dan tulisannya.
Selain aktif menulis dan berceramah di berbagai forum nasional dan internasional. Kang Jalal juga mendirikan Yayasan Muthahhari yang menaungi pendidikan formal dari SD hingga SMA.
Beliau tidak hanya berbicara dan menulis tentang keyakinannya membela kaum Mustadafin, tapi terjun langsung membantu mereka hingga membinanya. (PH)