Cahaya di Kegelapan: Persatuan Syiah-Sunni
https://parstoday.ir/id/news/world-i174980-cahaya_di_kegelapan_persatuan_syiah_sunni
Di tengah perang dan pertumpahan darah, kaum Syiah dan Sunni di berbagai penjuru Asia Barat mengulurkan tangan persatuan satu sama lain.
(last modified 2025-09-18T07:54:19+00:00 )
Jul 29, 2025 08:40 Asia/Jakarta
  • Cahaya di Kegelapan: Persatuan Syiah-Sunni

Di tengah perang dan pertumpahan darah, kaum Syiah dan Sunni di berbagai penjuru Asia Barat mengulurkan tangan persatuan satu sama lain.

Tehran, Pars Today- Penulis Palestina Yahya Lababidi menulis dalam sebuah artikel untuk New Arab dengan mengatakan,“Menyembuhkan perpecahan Sunni-Syiah membutuhkan pembelaan yang teguh terhadap keadilan dalam segala bentuknya.”

Di Gaza, petugas penyelamat baru-baru ini mengevakuasi lebih dari tiga puluh jenazah dari reruntuhan dalam satu hari; beberapa masih bernapas, tetapi sebagian besar telah meninggal. Pemandangan ini menjadi pengingat bahwa rumah-rumah telah menjadi kuburan massal dan rumah sakit telah menjadi pemakaman.

Di Lebanon selatan, serangan udara Israel terus berlanjut, menggusur ribuan orang. Seiring meningkatnya pertempuran, hingga satu juta orang mungkin terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

Di wilayah Kurram, Pakistan, pada November 2024, penyergapan terhadap sebuah kafilah Syiah menewaskan sedikitnya 54 jamaah. Kekerasan balasan dalam minggu-minggu berikutnya menyebabkan jumlah korban tewas menjadi lebih dari 130 orang sebelum para tetua suku menengahi gencatan senjata yang rapuh. Kesedihan dan kemarahan telah membayangi negeri-negeri itu seperti abu panas, dan perselisihan lama telah disulut kembali oleh para pencari keuntungan.

Menurut Lababidi, perpecahan Sunni-Syiah, yang dulu hanya menjadi perdebatan ilmiah di perpustakaan dan kalangan studi, kini telah menjadi garis patahan politik.

Di tengah kegelapan, secercah harapan juga bersinar

Di Amman, warga Yordania (Palestina, Suriah, dan pribumi) menunjukkan solidaritas dengan mendonorkan darah kepada mereka yang terluka di Gaza.

Di Lebanon, keluarga Sunni, Druze, Syiah, dan Kristen di wilayah Shouf dan Bekaa diam-diam membuka rumah mereka untuk para pengungsi dari selatan.

Di Pakistan, setelah serangan Kuram, para tetua suku dari kedua sekte berkumpul, menyingkirkan pos pemeriksaan sektarian, dan menyepakati gencatan senjata berdasarkan hati nurani (bukan perintah resmi) untuk melindungi tempat-tempat ibadah.

Di Irak, para relawan Sunni membagikan air dan merawat mereka yang terluka bersama para peziarah Syiah pada hari Asyura.

Di Bahrain, para imam Sunni berduka bersama para peziarah Syiah dengan mengenakan pakaian hitam selama Muharram.

Di Yaman, para ulama Zaydi dan Sunni di Taiz dan Ab berkumpul untuk berdoa dan menekankan keadilan dan rekonsiliasi.

Selama Pekan Persatuan Islam, komunitas Muslim di Baghdad, Sidon, dan Manama, terlepas dari perbedaan mereka, duduk bersama dan membaca kitab suci yang sama (Al-Qur'an).

Seperti yang telah kita saksikan, di tengah kegelapan kekerasan, pengungsian, dan ketidakadilan, tanda-tanda solidaritas antara Syiah dan Sunni di wilayah-wilayah yang dilanda krisis menawarkan harapan yang hidup dan abadi.

Gerakan-gerakan ini telah melampaui batas kekuasaan resmi dan telah terwujud dalam konteks perilaku manusiawi, religius, masyarakat umum; mulai dari membantu yang terluka hingga berdoa bersama dan melindungi tempat-tempat ibadah.

Persatuan agama berakar bukan pada penyangkalan perbedaan, melainkan pada penerimaan yang tulus terhadap perbedaan tersebut dan komitmen bersama terhadap keadilan, welas asih, dan hati nurani. Ikatan semacam itu, meskipun samar, berakar kuat; dan menunjukkan bahwa masa depan yang bebas dari kekerasan dan berdasarkan saling pengertian masih mungkin terwujud.(PH)