Rahbar: Iran, Pendukung Bangsa Muslim Afghanistan
(last modified Sat, 28 Aug 2021 10:54:36 GMT )
Aug 28, 2021 17:54 Asia/Jakarta
  • Kabinet Presiden RII Sayid Ebrahim Raisi bertemu Rahbar, Sabtu (28/8/2021).
    Kabinet Presiden RII Sayid Ebrahim Raisi bertemu Rahbar, Sabtu (28/8/2021).

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan bahwa Republik Islam dalam segala keadaan mendukung bangsa Muslim Afghanistan yang tertindas. Dia mengatakan, hubungan Iran dengan pemerintah-pemerintah lain bergantung pada hubungan dan perilaku mereka dengan negara ini.

Hal itu disampaikan Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dan anggota kabinetnya pada hari Sabtu (28/8/2021), seperti dilaporkan Kantor Rahbar.

Ayatullah Khamenei menilai para pejabat Amerika Serikat, di balik layar diplomasi dan di balik senyuman serta perkataan-perkataan yang menurut mereka benar, sebagai serigala liar dan buas.

"Tentu saja, terkadang mereka licik seperti rubah, yang tercermin dalam situasi saat ini di Afghanistan," tambahnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyebut Afghanistan sebagai negara saudara, yang memiliki bahasa, agama dan budaya yang sama dengan Iran.

Ayatullah Khamenei juga mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas masalah, kesulitan, dan penderitaan yang dihadapi oleh rakyat Afghanistan, seperti serangan bom di Bandara Internasional Kabul pada Kamis lalu.

"Masalah dan kesulitan ini adalah (hasil) pekerjaan Amerika yang menduduki Afghanistan selama 20 tahun dan memaksakan segala bentuk penindasan terhadap rakyat negara ini," jelas Rahbar.

Dia menegaskan, AS belum mengambil satu langkah pun untuk kemajuan Afghanistan, dan Afghanistan hari ini,  jika dalam hal kemajuan sipil tidak ketinggalan dari 20 tahun lalu, namun juga tidak lebih maju.

Di bagian lain pernyataannya, Ayatullah Khamenei kepada anggota kabinet baru Iran menekankan perlunya mobilitas ganda dalam kebijakan luar negeri.

"Aspek ekonomi dalam diplomasi harus diperkuat, dan seperti halnya di banyak negara, presiden mengejar diplomasi ekonomi, dan diplomasi ekonomi negara harus diperkuat dengan pandangan ini," tegasnya.

Rahbar menilai perluasan perdagangan luar negeri dengan 15 negara tetangga dan banyak negara lainnya di dunia, kecuali satu atau dua kasus, sebagai langkah yang sangat penting dan mungkin.

Ayatullah Khamenei menegaskan, diplomasi tidak boleh dipengaruhi dan dikaitkan dengan masalah nuklir, karena nuklir adalah persoalan tersendiri yang harus diselesaikan dengan baik dan benar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menuturkan, para pejabat AS telah benar-benar bertindak terlalu jauh dan keterlaluan dalam masalah nuklir, dan meskipun mereka keluar dari perjanjian nuklir JCPOA di depan semua orang, namun sekarang mereka berbicara sedemikian rupa dan menuntut seakan-akan Republik Islam yang telah keluar dari JCPOA dan tidak memenuhi komitmennya, padahal untuk waktu yang lama setelah keluarnya AS dari JCPOA, tidak ada yang dilakukan oleh Iran, dan setelah beberapa waktu, dengan pengumuman dan pertimbangan, sejumlah kewajiban dan tidak semuanya dikesampingkan.

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menganggap peran negara-negara Eropa dalam sabotase tidak lebih sedikit dari peran AS. Dia mengatakan bahwa negara-negara Eropa seperti AS, namun dalam hal permainan bahasa dan kata-kata, mereka selalu memposisikan diri sebagai penagih seolah-olah Iran lah yang selama ini mengolok-olok dan melanggar perundingan.

"Pemerintahan AS saat ini tidak berbeda dengan pemerintahan sebelumnya karena apa yang dituntut dari Iran mengenai nuklir adalah sama dengan yang dituntut oleh Trump (Donald Trump), tetapi dengan bahasa lain. Dan pada hari itu, pejabat-pejabat pemerintah, dengan menekankan irasionalitas, tidak menganggap mungkin untuk menerimanya," pungkasnya. (RA)