Peta Jalan Tel Aviv untuk Suriah: Perang atau Menyerah?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i178652-peta_jalan_tel_aviv_untuk_suriah_perang_atau_menyerah
Pars Today - Al Jazeera memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa langkah militer rezim Israel di Suriah selatan, dengan dukungan pemerintah AS, telah menempatkan negara itu di ambang konflik yang meluas dan menempatkan Damaskus dalam posisi sulit antara perang dan menyerah.
(last modified 2025-10-21T03:48:04+00:00 )
Okt 21, 2025 10:46 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Suriah
    Pemimpin Suriah

Pars Today - Al Jazeera memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa langkah militer rezim Israel di Suriah selatan, dengan dukungan pemerintah AS, telah menempatkan negara itu di ambang konflik yang meluas dan menempatkan Damaskus dalam posisi sulit antara perang dan menyerah.

Al Jazeera menulis dalam sebuah laporan analitis, Serangan tentara rezim Zionis di Suriah, terutama di selatannya, telah sangat membatasi para penguasa baru Damaskus, dan kelanjutan langkah-langkah ini membuat situasi menjadi sangat kritis.

Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, Suriah berada di pusat proyek geopolitik Israel untuk mengubah struktur Asia Barat. Sebuah rencana yang didasarkan pada disintegrasi negara-negara di kawasan dan pembentukan rezim suku dan etnis kecil. Tujuan ini juga dapat disimpulkan dari pernyataan para pejabat Zionis Israel.

Suriah adalah contoh ideal untuk menerapkan rencana ini dari perspektif Tel Aviv karena ikatan sosial dan geografisnya dengan Irak dan Turki serta kesamaan etnis dan suku dengan Iran. Menurut para analis, setiap perubahan dalam struktur Suriah juga dapat menyebar ke negara-negara tetangga.

Al Jazeera juga menyebutkan proyek-proyek Israel di Suriah, termasuk rencana zona penyangga di Suriah selatan, penyeberangan kemanusiaan di provinsi Suwayda, dan apa yang disebut "Penyeberangan David". Beberapa rencana ini sedang dalam tahap implementasi, sementara yang lain masih berupa teori, tetapi Israel sedang mencari kesempatan yang tepat untuk mewujudkannya.

Di sisi lain, rapuhnya situasi internal di Suriah menjadi insentif bagi intervensi di negara ini. Suriah masih mengandung banyak perkembangan, setidaknya dari perspektif Tel Aviv. Dalam benak para pemimpin Israel, Suriah adalah laboratorium untuk keseimbangan kekuatan di kawasan dan platform yang tepat untuk menerapkan persamaan baru, dan situasi di negara itu masih berpotensi meledak karena kesenjangan antar-faksi dan kebuntuan politik antara aktor-aktor lokal.

Perjanjian keamanan atau pemaksaan realitas di lapangan?

Al Jazeera menekankan bahwa Israel telah merancang situasi di Suriah berdasarkan dua pilihan: perang atau menyerah secara memalukan.

Pilihan-pilihan ini mencakup Dataran Tinggi Golan dan sebagian besar wilayah selatan Suriah. Tel Aviv, dengan alasan kekuatan militernya dan kelemahan Damaskus, berupaya memperluas kendalinya atas ibu kota Suriah dan wilayah pinggirannya.

Dalam hal ini, Israel menolak untuk fleksibel dalam mencapai perjanjian keamanan dengan Damaskus. Pembukaan penyeberangan ke Suwayda juga telah diajukan sebagai cara untuk menghindari perjanjian tersebut. Mantan perwira Mossad dan pensiunan jenderal militer Israel juga menekankan bahwa perjanjian keamanan bukanlah kepentingan Israel pada tahap ini, karena akan menghambat pergerakan militer dan mengharuskan penarikan pasukan tanpa mencapai apa pun.

Saat ini, Suriah selatan berada di bawah kendali Israel, dan Damaskus juga berada dalam jangkauannya. Sumber air penting seperti Quneitra dan Daraa juga berada di bawah kendali Tel Aviv, dan tidak ada ancaman langsung dari Suriah. Oleh karena itu, Israel tidak melihat perlunya mundur dari keuntungan geopolitiknya.

Namun, kelanjutan situasi ini akan mengganggu stabilitas pergerakan Israel, dan kekuatan mana pun di Damaskus akan menghadapi pilihan sulit jika tidak dapat bernegosiasi atau memediasi jalan keluar dari krisis ini. Perluasan kendali Israel atas wilayah pinggiran Damaskus akan melemahkan fleksibilitas dan pragmatisme otoritas Suriah, sehingga jalan menuju perang tak terelakkan.

Perintah keamanan Trump dan bungkam atas Agresi

Di akhir laporannya, Al Jazeera membahas peran pemerintahan Trump dalam perkembangan regional dan menulis, Pemerintah AS mengklaim akan menciptakan tatanan keamanan baru di Asia Barat yang akan menggantikan tatanan setelah runtuhnya Uni Soviet. Namun, tatanan baru ini tidak dirancang berdasarkan aturan internasional, melainkan berdasarkan kepentingan keamanan Israel.

Di sisi lain, Washington mendukung perjanjian keamanan antara Tel Aviv dan Damaskus berdasarkan persyaratan yang dipertimbangkan oleh Israel, bukan berdasarkan wilayah politik dan aturan hukum internasional. Oleh karena itu, Washington tidak akan menentang tekanan Tel Aviv terhadap rezim baru Suriah, dan buktinya adalah kurangnya penolakan, bahkan secara lisan, terhadap pelanggaran Tel Aviv terhadap kedaulatan Suriah. Ini berarti Washington memisahkan proses pembentukan tatanan keamanan Asia Barat dari kepentingan keamanan Israel di Suriah.

Al Jazeera menulis bahwa keinginan Trump untuk menghentikan perang di Gaza juga lebih disebabkan oleh perhitungan domestik dan biaya politik daripada kepedulian yang nyata terhadap perdamaian. Dalam keadaan seperti itu, kelanjutan komposisi kabinet ekstremis di Israel dianggap sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas Suriah dan kawasan.(sl)