Rahbar: Jika Sebuah Bangsa Lalai atas Potensinya, Ia akan Mudah Dijajah
(last modified Wed, 17 Nov 2021 15:28:59 GMT )
Nov 17, 2021 22:28 Asia/Jakarta
  • Rahbar, Ayatullah Khamenei
    Rahbar, Ayatullah Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, kapasitas kecendekiawanan pemuda Iran, dapat menjadi fondasi pemenuhan kekosongan bidang ilmu pengetahuan negara dengan ilmu global, menjadi sarana untuk melewati batas-batas global ilmu pengetahuan, menciptakan peradaban baru Islam, serta mewujudkan masa depan yang cerah.

Ayatullah Khamenei, Rabu (17/11/2021) dalam pertemuan dengan para cendekiawan muda berpotensi unggul di bidang ilmu pengetahuan Iran menuturkan, "Bangsa Iran secara potensial adalah bangsa cendekia, oleh karena itu sejak dahulu kala menjadi target serangan perang lunak yang menghinakan oleh para penjajah supaya ia melupakan seluruh potensi dan kemampuannya, atau bahkan mengingkari potensi ini, dan menerima kebohongan slogan 'kami tak mampu'."

Rahbar menambahkan, "Dalam sejarah 200 tahun ke belakang Iran, para penjajah dan penguasa negara ini bersama-sama mempropagandakan ketidakmampuan rakyat Iran, namun hal ini diakhiri oleh kemenangan Revolusi Islam."

Menurut Ayatullah Khamenei, kelalaian dan perampokan merupakan dua hal yang digunakan oleh para penjajah untuk menyempurnakan propaganda ketidakmampuan rakyat Iran.

"Ketika sebuah bangsa lalai akan kemampuan-kemampuannya sendiri, maka perampokan terhadap mereka menjadi sesuatu yang mudah," tegas Rahbar.

Beliau mengutip ayat Al Quran tentang akibat dari kelalaian dan menjelaskan, "Allah Swt dalam kitab suci-Nya memperingatkan bahwa musuh ingin kalian lalai terhadap senjata dan aset yang kalian miliki sehingga bisa dengan mudah menyerang, masalah ini dapat disaksikan dengan jelas sekarang terutama pada tekanan dan kontroversi di dunia terkait drone dan rudal."

Ayatullah Khamenei menerangkan, "Kita harus bergerak sedemikian rupa sehingga di masa depan yang rasional, Iran menjadi sumber ilmu pengetahuan dunia, dan setiap orang yang ingin menguasai capaian-capaian baru ilmu pengetahuan, terpaksa harus mempelajari bahasa Farsi, sebagaimana dalam beberapa penggalan sejarah, orang-orang Iran berada di puncak ilmu pengetahuan dunia, dan buku-buku ilmuwan Iran diajarkan di universitas-universitas Barat dan Timur, dan menjadi rujukan orang-orang terpelajar."

Rahbar mengatakan, untuk sampai pada masa depan yang gemilang, dan membanggakan ada tiga tahapan yang mesti dilalui, pertama, kerja keras untuk memperpendek jarak dengan laju ilmu pengetahuan dunia, kedua, melewati batas-batas ilmu pengetahuan dunia, dan menyuguhkan penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan kepada masyarakat dunia, dan ketiga, membangun peradaban baru Islam berlandaskan ilmu yang bermanfaat.

Di sisi lain Ayatullah Khamenei menilai "masalah inti" dan penyelesaian masalah-masalah negara, sebagai tujuan penting cendekiawan Iran, dan dengan menyinggung masalah air, lingkungan hidup, kemacetan, masalah sosial, urbanisasi, sistem keuangan, moneter, perpajakan, perbankan, dan masalah sistem produksi ia mengatakan, "Semua masalah negara bisa dicarikan jalan keluar ilmiahnya."

Rahbar juga menilai kecerdasan buatan sebagai sebuah masalah penting, dan dapat membangun masa depan. Menurut Ayatullah Khamenei, masalah kecerdasan buatan berperan penting dalam membangun masa depan dunia, dan Iran harus berupaya menjadi 10 besar negara terbaik dunia di bidang ini.

Pada saat yang sama, Ayatullah Khamenei menekankan upaya menyingkirkan penghambat produksi, dan ia menganggap penghambat terbesar produksi Iran adalah masalah budaya seperti "keputusasaan, perasaan tidak punya masa depan, kemalasan, tidak bersemangat, ingin mendapatkan semua dengan cara instan, hiburan-hiburan yang merugikan, perasaan tidak mampu, dan tidak mau menerima risiko."

Ayatullah Khamenei menganggap prasyarat pertumbuhan dan penguatan perusahaan-perusahaan pengetahuan-intensif (Knowledge-Intensive Companies, KIC) adalah budaya konsumsi produk dalam negeri.

"Ketika sebuah produk pengetahuan-intensif, diproduksi di dalam negeri, maka impor produk sejenis tidak boleh dilakukan," ujarnya.

Rahbar mengatakan, upaya membuka kesempatan ekspor produk-produk pengetahuan-intensif adalah kewajiban lain pemerintah Iran. Ia menegaskan, "Selain aktivitas pemerintah dan perusahaan dalam menciptakan pasar untuk produk Iran, Divisi Luar Negeri Lembaga Penyiaran Nasional Iran, IRIB juga harus menyusun perencanaan dan melakukan promosi produk-produk Iran. (HS)

Tags