Apakah Iran-Barat akan Capai Kesepakatan terkait JCPOA?
(last modified Wed, 17 Aug 2022 12:00:46 GMT )
Aug 17, 2022 19:00 Asia/Jakarta
  • Bendera negara-negara dunia, dari kanan: AS, Rusia, Iran, Jerman, Prancis, Uni Eropa dan China.
    Bendera negara-negara dunia, dari kanan: AS, Rusia, Iran, Jerman, Prancis, Uni Eropa dan China.

Wakil Tetap Rusia untuk Organisasi-organisasi Internasional di Wina Mikhail Ulyanov mengatakan, usulan Republik Islam Iran mengenai kesepakatan nuklir kepada Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) sangat profesional dan logis, dan serakang "bola" ada di lapangan AS.

Hal itu disampaikan Ulyanov dalam wawancara dengan CNN baru-baru ini. Dia juga menyinggung masalah investigasi pengamanan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Iran, dan mengatakan, tampaknya masalah ini telah diselesaikan.

Reaksi positif Rusia sebagai anggota Kelompok 4+1 terhadap usulan Iran mengenai rencana yang disampaikan oleh Uni Eropa, yang sebenarnya didasarkan pada hasil kesepakatan yang dicapai pada Maret 2022, menunjukkan posisi logis Tehran.

Rusia telah berulang kali menekankan kebenaran posisi Republik Islam Iran dalam kerangka negosiasi pembatalan sanksi di Wina dan menyalahkan AS atas situasi yang rumit dan prospek yang tidak jelas dari kesepakatan nuklir JCPOA.

Moskow telah berulang kali menekankan perlunya mempertahankan JCPOA dan pentingnya bagi perdamaian dan keamanan regional dan internasional, serta kebutuhan untuk menciptakan keseimbangan antara hak dan kewajiban terkait perjanjian nuklir tersebut.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov

Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada tanggal 4 Agustus 2022 menyatakan dukungan kepada posisi Iran mengenai pencabutan sanksi dan negosiasi nuklir, serta menuntut AS agar mempertimbangkan kembali posisinya terkait JCPOA dan kembali ke perjanjian internasional ini.

Lavrov mengatakan, AS menarik diri dari rencana yang telah disetujui oleh semua pihak lain dan bahkan oleh AS sendiri. Menimbang bahwa AS berusaha untuk menghancurkan perjanjian tersebut, maka Washington harus kembali ke kesepakatan itu dengan merevisi posisinya.

Putaran baru negosiasi pembatalan sanksi dimulai di Wina pada 4 Agustus 2022 setelah jeda lima bulan, dan negosiasi ini berakhir setelah empat hari perundingan, yaitu pada tanggal 8 Agustus 2022. Para delegasi pun kembali ke negara masing-masing.

Penyelenggaraan putaran negosiasi ini terjadi setelah Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengumumkan bahwa dia telah mengajukan usulan paket baru yang mencakup solusi terkini terkait pencabutan sanksi dan langkah-langkah nuklir Iran.

Setelah berakhirnya putaran negosiasi ini, para pejabat Uni Eropa mengklaim bahwa teks akhir telah disampaikan kepada semua pihak dan tidak dapat diubah. Posisi Eropa ini ditolak oleh Iran dan diumumkan bahwa karena berlanjutnya negosiasi tentang beberapa isu penting yang masih ada, maka belum dicapai tahap di mana dimungkinkan untuk membicarakan finalisasi teks perjanjian.

Sejak awal negosiasi, Iran selalu menyatakan siap untuk mencapai kesepakatan yang stabil dan dapat diandalkan, tetapi tidak akan melewati garis merah dalam hal ini. Pada saat yang sama, Tehran mempresentasikan proposal dan inisiatif praktis ke pihak Eropa pada Senin malam untuk mencapai kesepakatan. Jika pemerintah AS terus menolak untuk menerima tuntutan logis dan berprinsip Iran dan bersikeras pada kebijakan sanksi yang gagal, maka itu tidak akan produktif.

Untuk itu, karena tanggapan Iran kepada Uni Eropa, Washington menyatakan bahwa pihaknya sedang mengkaji komentar dan permintaan Iran terhadap paket yang diusulkan oleh Uni Eropa, dan mengumumkan akan menyampaikan pendapatnya.

Kini perundingan telah mencapai tahap krusial. Pencapaian ke garis finis dan kesepakatan akhir tinggal menunggu keputusan politik AS sebagai pihak yang melanggar perjanjian nuklir JCPOA.

Pejabat senior Iran telah menyatakan bahwa keharusan tercapainya kesepakatan berarti stabilitas pencabutan sanksi yang benar-benar terjamin, dan masalah ini tidak boleh dijadikan sebagai alat lagi untuk menekan Iran pada masa mendatang.

Kini bola ada di lapangan AS, dan jika Gedung Putih mengambil posisi yang realistis, maka dapat diharapakna tercapai kesepakatan dalam waktu dekat. Namun jika tidak, Tehran juga telah mempersiapkan diri untuk skenario yang berbeda.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan, hari-hari mendatang adalah hari-hari penting untuk perjanjian nuklir.

"Jika AS menunjukkan fleksibilitas, kami akan mencapai titik kesepakatan dalam beberapa hari mendatang, tetapi jika tidak, dunia tidak akan berakhir. Mereka berbicara tentang rencana "B", kita juga memiliki rencana "B" sendiri. Kami yakin bahwa masalah ini harus diselesaikan melalui negosiasi yang realistik dengan semua pihak," tegasnya. (RA)