Pasien Khusus, Korban Sanksi AS dan Sekutunya terhadap Iran
Juru bicara pemerintah Republik Islam Iran Ali Bahadori Jahromi mengatakan bahwa Barat membalas dendam pada Iran dengan membunuh para pasien di negara ini melalui sanksi sepihak dan ilegalnya.
Dalam tweetnya, Bahadori Jahromi menulis, 70 pasien meninggal dunia pada tahun 1397 HS, 90 pasian pada 1398 HS, 140 pasien pada 1399 HS dan tahun 1400 HS (Maret 2021-Maret 2022), 180 pasien talasemia meninggal karena sanksi. Ditambah dengan pasien Epidermolisis Bulosa (EB) dan semua yang membutuhkan obat-obatan khusus.
Pernyataan jubir pemerintah Iran ini sekali lagi menunjukkan dampak langsung dari sanksi ilegal dan sepihak Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), di bidang kesehatan dan pasien di Republik Islam.
Barat mengklaim bahwa obat-obatan tidak pernah ada dalam daftar sanksi, tetapi dalam praktiknya, dengan menerapkan sanksi perbankan dan masalah yang ditimbulkan dalam pertukaran uang, kemungkinan memperoleh obat bagi mereka yang menderita penyakit khusus menjadi sulit dan bahkan dalam beberapa kasus tidak mungkin. Akibat dari sanksi tersebut adalah nyawa puluhan ribu pasien, termasuk penderita talasemia, kanker, dan pasien EB di Iran terancam.
EB adalah jenis penyakit keturunan yang membuat kulit menjadi rapuh dan mudah melepuh. Penderita EB dikenal sebagai "anak-anak kupu-kupu" karena kulit mereka serapuh sayap kupu-kupu sehingga pasien EB perlu perawatan khusus, bahkan gesekan ringan atau benjolan menyebabkan lepuh parah pada kulit yang sangat menyakitkan.
Faktanya, terlepas dari klaim AS bahwa tidak ada embargo pada peralatan medis dan obat, namun banyak bank, institusi dan perusahaan sangat berhati-hati dalam berbisnis dengan Iran karena takut akan kemungkinan hukuman dan sanksi. Misalnya, perusahaan Swedia, Molnlycke, telah menolak untuk mengirim perban medis untuk pasien EB di Iran karena sanksi AS. Padahal, ada hampir 1200 pasien EB di Iran yang sangat membutuhkan perban medis ini.
Dampak sanksi tidak hanya terbatas pada pasien EB saja, namun pasien talasemia dan penderita-penderita penyakit khusus lainnya. Nyawa mereka terancam akibat sanksi kejam tersebut.
Younes Arab, Direktur Pelaksana dan anggota Dewan Direksi Asosiasi Talasemia Iran dalam pernyataannya, menyinggung keadaan pasokan obat untuk pasien talasemia di negaranya. Dia mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa antara 10 dan 35 persen dari pasien talasemia, sesuai dengan jenis obat yang diperlukan, tidak memiliki kemungkinan untuk menggunakan obat produksi dalam negeri.
"Karena sanksi kejam terhadap Republik Islam Iran dan ketidakmungkinan untuk mengimpor obat untuk pasien talasemia, maka sebuah 'genosida' mungkin akan terjadi pada pasien talasemia. Perlu dicatat bahwa 8.000 pasien talasemia dirugikan karena sanksi dan kami memiliki jumlah banyak kematian," ujarnya.
Oleh karena itu, sanksi sepihak AS terhadap Iran, yang dibarengi dengan ancaman terhadap negara-negara lain dan pencegahan untuk penyediaan layanan dan perlengkapan pusat-pusat kesehatan dan medis, serta penjualan obat-obatan khusus yang mendesak, dan transfer peralatan laboratorium, memiliki konsekuensi negatif pada masyarakat.
Sanksi itu telah menyebabkan kematian banyak pasien di Iran. Dikatakan bahwa ini adalah contoh nyata dari pelanggaran hak asasi manusia dan perilaku anti-hak asasi manusia yang dilakukan oleh AS dan sekutunya. Sejauh ini, banyak laporan telah diterbitkan oleh para pelapor PBB yang menunjukkan perilaku anti-hak asasi manusia yang dilakukan Barat.
Pelapor Khusus PBB Alena Douhan dalam sebuah pertanyaan, menyinggug perjalanannya ke Iran untuk menyelidiki efek negatif dari tindakan pemaksaan sepihak pada pemanfaatan hak asasi manusia.
Alena mengatakan, sanksi memiliki dampak signifikan pada sistem kesehatan. Yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya adalah dampak sanksi terhadap sistem kesehatan. Dia menambahkan, saya berbicara dengan pasien darurat dan mereka yang menderita penyakit genetik dan kanker, dan hasilnya adalah obat yang tepat tidak tersedia untuk mereka.
Aktivis hak asasi manusia dan ahli di bidang kesehatan menganggap sanksi sepihak dan ilegal dari pemerintah AS sebagai kejahatan diam-diam dan tersembunyi terhadap rakyat Iran, yang terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir, terutama di bidang kedokteran. Jubir pemerintah Iran juga menekankan untuk alasan ini bahwa Barat membalas dendam kepada rakyat Iran dengan melakukan genosida terhadap pasien. (RA)