Okt 16, 2022 19:35 Asia/Jakarta
  • Kerusuhan di Iran, September 2022.
    Kerusuhan di Iran, September 2022.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) fokus terhadap kerusuhan di Republik Islam Iran. Dia mengatakan, meskipun pemerintahan Joe Biden menganggap diplomasi sebagai cara terbaik untuk mencegah pencapaian senjata nuklir, namun sekarang fokus Washington adalah untuk mendukung kerusuhan di Iran.

Dalam sebulan terakhir, beberapa provinsi di Iran telah menyaksikan kerusuhan dan kekacauan yang didukung oleh beberapa negara asing, termasuk AS dan sejumlah negara Eropa. Para pejabat AS secara eksplisit menyatakan dukungan mereka untuk kerusuhan di Iran.

Selain juru bicara Gedung Putih, jubir Kementerian Luar Negeri AS Ned Price juga mengakui bahwa fokus pemerintahan Biden adalah pada kerusuhan di Iran. Dia juga menuduh Tehran tidak siap untuk mencapai kesepakatan nuklir.

Presiden AS Joe Biden juga mendukung kelanjutan kerusuhan di Iran. Dia mengatakan, kami mendukung warga dan wanita Iran yang pemberani. Kini pertanyaan mendasarnya adalah, mengapa para pejabat AS secara terbuka mendukung kerusuhan dan kekacauan di Iran?

Tampaknya, alasan pertama dukungan terbuka para pejabat Gedung Putih terhadap kerusuhan di Iran adalah bahwa AS telah melakukan banyak upaya untuk menggulingkan sistem politik di negara ini dalam beberapa tahun terakhir, tetapi upaya ini selalu gagal.

Kebijakan tekanan maksimum pemerintah AS sebelumnya ditempuh dengan tujuan untuk menggulingkan Republik Islam Iran, dan bahkan John Bolton, mantan Penasihat Keamanan Nasional AS menyatakan bahwa Republik Islam Iran tidak akan berulang tahun ke-40.

Dengan kegagalan kebijakan tekanan maksimum, para pejabat AS fokus pada intensifikasi ketidakpuasan dan penciptaan kerusuhan di Iran. Sekarang, meskipun mereka tahu betul bahwa kerusuhan ini tidak akan mengarah pada penggulingan Republik Islam dan tidak sebanding dengan kerusuhan yang pernah dialami Iran sebelumnya, namun mereka tetap mendukungnya untuk mencegah berhentinya kerusuhan dan terus meletakkan dasar untuk kelanjutan dari kekacauan ini.  

Persepsi dan kesimpulan para pejabat Washington adalah bahwa kelanjutan dari kerusuhan dan kekacauan ini dapat memberikan dasar untuk melemahkan Republik Islam Iran dan membuat para pejabat Tehran sibuk dengan masalah dalam negeri.

Hal ini seperti yang disampaikan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya terbaru bahwa tujuan musuh adalah untuk membuat pemerintah dan pejabat Iran sibuk dengan kerusuhan di dalam negeri.

Alasan kedua dukungan AS terhadap kekacauan di Iran adalah untuk menarik kepuasan dari rezim Zionis Israel dan Al Saud. Tel Aviv dan Riyadh yakin bahwa pemerintah baru AS tidak memberikan tekanan terhadap Republik Islam Iran seperti mantan pemerintahan negara ini yang dipimpin oleh Donald Trump.

Meski ada banyak hal yang membuat adanya jarak di antara Washington, Riyadh dan Tel Aviv, namun pemerintahan Biden, yang akan menghadapi pemilu kongres paruh waktu, berusaha meraih dan meningkatkan dukungan asing untuk kubu Demokratnya dengan mendukung kerusuhan di Iran, yang kekacauan ini juga didukung oleh Arab Saudi dan rezim Zionis.

Alasan ketiga dan paling penting adalah terkait dengan perundingan nuklir. Negosiasi nuklir telah dihentikan sejak awal September menyusul penentangan AS terhadap tuntutan Iran, termasuk jaminan permanen dan penutupan masalah pengamanan di Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Dalam beberapa minggu terakhir, menyusul desakan Iran tentang perlunya memenuhi tuntutannya, ada tanda-tanda bahwa kesepakatan semakin dekat, tetapi kerusuhan di Iran menimbulkan harapan bagi Gedung Putih bahwa dengan menjatuhkan sanksi baru dan mendukung para perusuh, itu dapat memberikan dasar dan landasan untuk penyesuaian tuntutan Iran.

Menurut pengakuan orang-orang seperti Richard Nephew, --yang merupakan salah satu arsitek kebijakan sanksi agar dapat digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi oleh pihak Barat--, perhitungan pejabat pemerintah harus diubah dengan menciptakan "ketidak puasa publik " dan mengancam untuk menggulingkan, serta menekan mereka untuk memberikan poin.

Sebenarnya, AS sedang berusaha memaksa pemerintah Republik Islam Iran untuk menerima kesepakatan nuklir, terutama tanpa menyelesaikan masalah pengamanan, dengan cara mendukung kerusuhan dan tekanan sosial yang berkelanjutan. (RA)

Tags