Iran Aktualita, 13 November 2022
Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya, Raisi: Kerja Sama Negara-Negara Independen, Balasan Paling Tegas atas AS.
Selain itu, masih ada perkembangan lain dari Iran seperti Presiden Iran: Sanksi dan Instabilitas, Dua Kesalahan Strategis Musuh, Abdollahian Peringatkan Jerman: Balasan Iran Tegas dan Tepat !, Menlu Iran: Pembela Piagam PBB di Tehran Kecam Sanksi atas Negara Merdeka, Mendagri Iran: Para Pemimpin Kerusuhan Iran Dilatih di 8 Negara, Kerusuhan Iran Dijalankan Zionis, Didanai Saudi dan Dipromosikan Inggris, Komandan AD Militer Iran: Serangan Potensial Musuh akan Dibalas Tegas, Iran Sukses Luncurkan Roket Satelit Suborbital, Qaem 100, Iran Luncurkan Rudal Canggih Sayyad 4B.
Raisi: Kerja Sama Negara-Negara Independen, Balasan Paling Tegas atas AS
Presiden Iran dalam pertemuan dengan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia mengatakan, kerja sama negara-negara independen adalah balasan paling tegas atas strategi Amerika Serikat dalam menciptakan instabilitas.
Sayid Ebrahim Raisi, Rabu (9/11/2022) dalam pertemuan dengan Nikolai Patrushev menjelaskan bahwa Iran bertekad untuk meningkatkan level hubungan strategis di berbagai bidang dengan Rusia.
Ia menambahkan, "Hubungan ini terus mengalami penguatan dan visinya semakin jelas. Kerja sama negara-negara independen adalah balasan paling tegas terhadap kebijakan AS serta sekutu-sekutunya yang terus menjatuhkan sanksi dan menciptakan instabilitas."
Presiden Iran menekankan bahwa kebijakan prinsip Republik Islam adalah menentang perang, dan meluasnya cakupan perang serta meningkatnya level pertempuran memicu kekhawatiran seluruh negara.
Di sisi lain, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia mengatakan, "Untuk mengembangkan kerja sama di bidang politik, perdagangan, energi, pertanian dan transit kami sangat aktif, dan Komisi Ekonomi Bersama Rusia-Iran juga terus berusaha mengimplementasikan kesepakatan-kesepakatan pemimpin dua negara."
Pada saat yang sama, Patrushev berharap hubungan Rusia dan Republik Islam Iran dapat ditingkatkan dalam kerangka organisasi-organisasi internasional.
"Pembentukan sebuah dunia multilateral sejalan dengan kepentingan-kepentingan semua negara dunia," tandasnya.
Presiden Iran: Sanksi dan Instabilitas, Dua Kesalahan Strategis Musuh
Presiden Republik Islam Iran mengatakan, sanksi dan upaya menciptakan instabilitas merupakan dua kesalahan strategis musuh terhadap rakyat Iran, yang selalu gagal.
Sayid Ebrahim Raisi, Kamis (10/11/2022) di hadapan masyarakat Pakdasht, tenggara Tehran menuturkan, "Kebijakan sanksi musuh, gagal dan kebijakan menciptakan ketidakamanan di Iran, layaknya kebijakan sanksi, juga gagal."
Ia menambahkan, "Musuh ingin tidak ada pelayanan terhadap masyarakat, tidak ada pembangunan dan kemajuan, perempuan dan laki-laki muda Iran tidak boleh punya kedudukan ilmu pengetahuan dan pelayanan, dan berusaha mengubah harapan menjadi keputusasaan."
Presiden Iran menjelaskan, "Musuh tidak ingin para ilmuwan Iran, menaklukan puncak-puncak ilmu pengetahuan, dan unggul di kawasan Asia Barat."
"Menciptakan keputusasaan di tengah masyarakat adalah keinginan musuh, tapi Revolusi Islam, memberikan harapan kepada rakyat, dan menciptakan keputusasaan di tengah masyarakat Iran, adalah sebuah langkah keliru musuh, ini adalah kesalahan strategis musuh yang mulai disadari oleh mereka," pungkasnya.
Abdollahian Peringatkan Jerman: Balasan Iran Tegas dan Tepat !
Menteri Luar Negeri Iran kepada sejawatnya dari Jerman mengatakan, langkah provokatif dan intervensi, tidak menunjukkan kematangan dan kebijaksanaan.
Hossein Amir Abdollahian, Kamis (10/11/2022) menuturkan, "Jerman bisa memilih interaksi untuk menghadapi tantangan-tantangan bersama, atau konfrontasi. Balasan kami akan tegas dan tepat."
Dalam pesannya di Twitter, Abdollahian kepada Menlu Jerman yang kerap mengeluarkan statemen-statemen intervensi terhadap Iran mengatakan, "Nyonya Menlu Jerman, provokasi, intervensi dan tindakan non-diplomatik tidak menunjukkan kematangan dan kebijaksanaan."
Menurut Menteri Luar Negeri Iran, upaya merusak jalinan hubungan-hubungan yang sudah berlangsung lama akan membawa dampak-dampak jangka panjang.
Menlu Jerman Annalena Baerbock sejak awal kerusuhan di Iran, bukan hanya mengeluarkan statemen-statemen intervensi terkait masalah dalam negeri Iran, tapi negaranya juga menjadi salah satu penggagas sanksi-sanksi baru terhadap Tehran.
Annalena Baerbock mengatakan, "Saya katakan kepada rakyat Iran, kami bersama Anda, dan akan tetap berada di samping Anda."
Selain pernyataan-pernyataan intervensi Menlu Jerman, dan upaya negara ini menjatuhkan sanksi terhadap individu serta lembaga Iran melalui Uni Eropa, pemerintah Jerman, pada Senin (7/11/2022) mengumumkan paket sanksi baru terhadap Iran.
Menlu Iran: Pembela Piagam PBB di Tehran Kecam Sanksi atas Negara Merdeka
Menteri Luar Negeri Iran menyebut tujuan penyelenggaraan pertemuan Kelompok Persahabatan Pembela Piagam PBB adalah mengirim pesan serius untuk mengecam unilateralisme dan sanksi terhadap negara-negara independen.
Pertemuan Kelompok Persahabatan Pembela Piagam PBB yang pertama digelar di Tehran, hari Sabtu (5/11/2022) dengan dihadiri oleh Deputi Menteri Luar Negeri, Duta Besar, perwakilan dan utusan khusus Presiden negara-negara anggota kelompok ini.
Menlu Iran Hossein Amir Abdollahian dalam pertemuan dengan Deputi Menlu Kuba, menilai level hubungan dua negara di bidang politik positif, dan menekankan peningkatan kerja sama di bidang ekonomi berbasis kapasitas-kapasitas yang ada, dan mencapai level hubungan politik bilateral.
Di sisi lain, Deputi Menlu Kuba menyampaikan belasungkawa dan kecaman atas serangan teror di Shiraz, dan menjelaskan berbagai bidang peningkatan kerja sama dua negara terutama di bidang ekonomi, dan mengundang Menlu Iran untuk berkunjung ke Havana.
Kelompok persahabatan Pembela Piagam PBB dibentuk pada tahun 2021 dengan tujuan untuk menjaga, meningkatkan dan membela Piagam PBB, dan dianggotai 19 negara yaitu Aljazair, Angola, Belarus, Bolivia, Kamboja, Cina, Kuba, Korea Utara, Guinea Khatulistiwa, Eritrea, Iran, Laos, Nikaragua, Palestina, Rusia, St Vincent dan Grenadines, Suriah, Venezuela dan Zimbabwe.
Mendagri Iran: Para Pemimpin Kerusuhan Iran Dilatih di 8 Negara
Menteri Dalam Negeri Iran mengatakan, sejumlah orang yang terlibat langsung dalam kerusuhan terbaru di Iran, pernah mendapatkan pelatihan di delapan negara penentang Iran.
Ahmad Vahidi, Selasa (8/11/2022) malam menghadiri pertemuan para Imam Salat Jumat Syiah dan Sunni Provinsi Golestan, dan mengapresiasi kewaspadaan serta sikap penduduk Golestan yang tidak mendukung kerusuhan.
Ia menuturkan, "Orang-orang yang terjun langsung dalam kerusuhan terbaru, terbagi menjadi beberapa kelompok, dan sebagian dari mereka dilatih di delapan negara penentang Republik Islam Iran."
Mendagri Iran menambahkan, "Ada segelintir pemuda yang terpengaruh propaganda media sosial dan terlibat kerusuhan, beberapa dari mereka terpancing emosinya, tapi upaya musuh adalah membawa kerusuhan ke dalam isu etnis sehingga bisa meraih tujuannya."
Lebih lanjut Vahidi menjelaskan, "Musuh mengerahkan seluruh upayanya, mulai dari MKO hingga Partai Komala, semua terlibat dalam kerusuhan terbaru untuk mengalahkan Iran lewat tekanan maksimum, tapi mereka sendiri mengakui upayanya gagal."
"Musuh tidak puas dengan kemajuan negara kita, mereka tidak ingin sebuah negara Muslim maju sedemikian pesat, dan musuh ingin Iran berada di bawah dominasi mereka, musuh menginginkan Syiah dan Sunni yang bergerak dalam kerangka pemikiran dan perencanaan mereka, seperti yang disampaikan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, musuh tidak menginginkan Iran yang kuat," pungkasnya.
Kerusuhan Iran Dijalankan Zionis, Didanai Saudi dan Dipromosikan Inggris
Menteri Intelijen Iran menyinggung keterlibatan musuh-musuh negara ini dalam menciptakan kerusuhan terbaru. menurutnya, Inggris harus membayar kejahatannya mencitakan ketidakamanan di Iran.
Hujatulislam Sayid Esmaeil Khatib, Rabu (9/11/2022) mengatakan, "Dalam peristiwa-peristiwa terbaru di Iran, peran Rezim Zionis sebagai eksekutor, Inggris sebagai pelaku propaganda, dan Arab Saudi sebagai penyokong dana, sangat kentara."
Ia menambahkan, "Iran tidak akan pernah seperti Inggris yang mendukung aksi-aksi teror, dan menciptakan ketidakamanan di negara lain, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa di negara-negara itu tidak akan muncul ketidakamanan, maka dari itu Inggris pasti akan membayar kejahatannya menciptakan ketidakamanan di Iran."
Menteri Intelijen Iran menjelaskan bahwa stasiun televisi Arab Saudi, Iran International sudah dicap sebagai organisasi teroris oleh instansi keamanan Iran.
"Anasir-anasir stasiun televisi ini akan masuk daftar pencarian orang Kementerian Intelijen Iran, dan segala bentuk hubungan dengan organisasi teroris dianggap masuk ke dalam arena terorisme, dan termasuk ancaman bagi keamanan nasional Iran," pungkasnya.
Komandan AD Militer Iran: Serangan Potensial Musuh akan Dibalas Tegas
Komandan Angkatan Darat Militer Iran mengatakan, musuh-musuh Iran harus tahu jika mereka melakukan kesalahan terhadap Republik Islam, maka akan menerima balasan tegas.
Brigjen Kioumars Heydari, Selasa (8/11/2022) saat meninjau barak militer di timur laut Iran menuturkan, "Di wilayah perbatasan timur Iran, para penjahat dan penyelundup yang diprovokasi atau mungkin didukung oleh anasir-anasir dari sejumlah negara, pernah melancarkan serangan dan mendapatkan balasan tegas."
Akan tetapi, katanya, penempatan pasukan Iran, di wilayah-wilayah perbatasan bukan berarti bahwa di sana terdapat faktor-faktor ancaman keamanan.
"Penempatan pasukan Iran di wilayah-wilayah perbatasan dilakukan untuk mengumpulkan informasi lebih banyak, dan memperkokoh keamanan," ujarnya.
Brigjen Heydari menambahkan, "Unit-unit tempur dari Divisi 77 Khorasan, Pangkalan Timur Laut Militer Iran hadir di wilayah-wilayah perbatasan Iran, dan dengan semangat tinggi serta kesiapan penuh, sedang menjaga dan melindungi negara."
Provinsi Khorasan Razavi, di timur laut Iran, memiliki lebih dari 300 kilometer garis perbatasan bersama dengan Afghanistan.
Iran Sukses Luncurkan Roket Satelit Suborbital, Qaem 100
Uji terbang roket pembawa satelit suborbital tahap awal bahan bakar padat Qaem 100 milik Iran, berhasil dilakukan dengan sukses.
Uji terbang ini dilakukan hari Sabtu (5/11/2022) dengan dihadiri oleh Komandan Pasukan Dirgantara, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, Brigjen Amir Ali Hajizadeh.
Roket pembawa satelit berbahan bakar padat Qaem 100 adalah peluncur satelit yang mampu membawa satelit-satelit berbobot 80 kilogram ke orbit 500 kilometer di atas permukaan bumi dengan tiga tahap bahan bakar padat.
Pada uji terbang hari ini, mesin tahap awal peluncur satelit Qaem 100 yang tidak lain adalah mesin berbahan bakar padat Raafe yang sudah lolos uji coba darat sebelumnya, diuji coba.
Setelah uji terbang ini, tidak lama lagi satelit Nahid milik Organisasi Antariksa, Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Iran, akan diluncurkan ke ruang angkasa oleh Organisasi Antariksa IRGC.
Menurut Brigjen Hajizadeh, negara-negara imperialis pimpinan rezim teroris Amerika Serikat mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membendung kemajuan bangsa Iran, dan tidak tahan menyaksikan keberhasilan-keberhasilan Republik Islam Iran.
Iran Luncurkan Rudal Canggih Sayyad 4B
Rudal Sayad 4B dari Angkatan Pertahanan Udara Republik Islam Iran diluncurkan di hadapan sekelompok ahli dari industri pertahanan.
Rudal Sayyad 4B diluncurkan Minggu (6/11/2022) pagi di hadapan Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani, Menteri Pertahanan Iran; Brigadir Jenderal Alireza Sabahi Fard, Komandan Angkatan Udara Republik Islam Iran, dan sejumlah pakar industri pertahanan Iran.
Uji coba sistem target jarak jauh anti-statis Bavar 373 yang rudalnya ditingkatkan menjadi rudal jarak jauh Sayyad 4B berhasil diselesaikan.
Dalam pengujian ini, target putaran statis terdeteksi pada jarak lebih dari 450 km oleh radar yang dioptimalkan dari sistem Bavar 373 dan dilacak pada jarak sekitar 405 km dan hancur total pada jarak lebih dari 300 km.
Rudal jarak jauh Sayyad 4B menggunakan bahan bakar padat dan telah dievaluasi secara operasional untuk pertama kalinya.
Jarak deteksi radar sistem Bavar 373 telah meningkat dari 350 menjadi 450 km, dan jangkauan kontak radar meningkat dari 260 menjadi 400 km.
Jangkauan sistem rudal meningkat dari 200 menjadi 300 km, dan ketinggian kontaknya meningkat dari 27 menjadi 32 km.