Mengapa Rakyat Iran Menduduki Kedubes AS ?
(last modified Tue, 05 Nov 2024 08:09:09 GMT )
Nov 05, 2024 15:09 Asia/Jakarta
  • Mengapa Rakyat Iran Menduduki Kedubes AS ?

Parstoday- Salah satu hasil dari pendudukan ini adalah ditemukannya dokumen yang menunjukkan tempat yang disebut kedutaan besar ini sejatinya sebuah pusat subversi yang besar.

Catatan yang diterima- Pada tanggal 13 Aban 1358 Hs (4 November 1979), para pelajar yang mengikuti garis Imam di Iran, dengan tujuan tertentu dan mengikuti perencanaan yang rinci, merebut kedutaan Amerika di Tehran, yang kemudian dikenal sebagai "sarang spionase". Pada hari kejadian, para mahasiswa menyusup ke kedutaan dan setelah konflik singkat dengan marinir Amerika, mereka memperoleh akses ke gedung-gedung tersebut. Salah satu pencapaian terpenting dari pendudukan ini adalah penemuan dan pengungkapan dokumen subversi.

 

Konteks dan alasan pendudukan Kedubes

 

  1. Membalas Amerika karena melindungi Shah yang terguling:

Salah satu alasan utama aksi mahasiswa tersebut adalah diterimanya “Mohammed Reza Shah Pahlavi” oleh Amerika. Setelah Shah melarikan diri, Amerika menerimanya sebagai sekutu lama dan memberinya perlindungan. Tindakan ini dipandang dalam opini publik Iran sebagai tanda dukungan Amerika terhadap tirani dan upaya untuk menghidupkan kembali rezim Pahlavi. Perilaku ini menciptakan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap niat Amerika terhadap Iran.

 

  1. Mencegah konspirasi AS untuk menumbangkan Revolusi:

Dokumen-dokumen yang diperoleh selama pendudukan kedutaan menunjukkan bahwa kecurigaan beberapa tokoh revolusioner benar dan tempat ini berfungsi sebagai basis operasional untuk mengarahkan kelompok anti-revolusioner dan mempersiapkan rencana subversif di Iran. Dokumen yang bocor menunjukkan adanya hubungan luas antara kedutaan dengan kelompok subversif.

 

  1. Mencegah terciptanya siklus kekacauan:

Menurut laporan tersebut, kedutaan Amerika secara aktif berupaya mengancam persatuan dan keamanan dalam negeri Iran dengan mendukung kelompok separatis dan teroris, dan membuat negara tersebut terjerat dalam serangkaian kerusuhan dan menciptakan dasar bagi intervensi Barat.

 

  1. Ketakutan bersejarah akan kudeta Amerika 28 Mordad 1332 (19/8/1953):

Terlepas dari ketiga hal tersebut, kenangan pahit kudeta Amerika-Inggris terhadap pemerintahan Mossadegh pada tahun 1332 Hs (1953) dan kembalinya Mohammad Reza Shah ke tampuk kekuasaan masih hidup di benak masyarakat Iran. Peristiwa ini dianggap sebagai simbol kebijakan intervensi AS dan pelanggaran independensi Iran. Para pelajar dan kaum revolusioner lainnya percaya bahwa AS, dengan mempertahankan pasukannya di kedutaan dan melanjutkan aktivitas destruktifnya, berupaya membangun jaringan di antara elemen keamanan dan militer korup yang berafiliasi dengan rezim sebelumnya.

 

Mahasiswa Iran merekonstruksi dan membaca ulang dokumen rahasia kedutaan Amerika. Informasi dari dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa salah satu tujuan Amerika adalah membunuh Imam Khomeini

 

Dampak dari Pendudukan Kedubes

 

Pasca pendudukan kedutaan, serangkaian peristiwa pun terjadi. Imam Khomeini (RA) menyebut tindakan ini sebagai “revolusi kedua” dan menekankan bahwa Iran dengan tegas menentang arogansi global. Hubungan diplomatik antara kedua negara terputus, dan Amerika Serikat, sebagai tanggapan atas tindakan ini, menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran dan memblokir cadangan keuangan Iran.

 

Selain itu, setelah membaca kembali dokumen-dokumen tersebut, menjadi jelas bahwa salah satu tujuan Amerika adalah membunuh Imam Khomeini, pemimpin revolusi. Meskipun ada tekanan dari Barat dan upaya Amerika untuk membebaskan para sandera, kejadian ini menjadi titik permanen dalam sejarah Revolusi Islam Iran. Titik di mana Iran mampu menantang dominasi negara-negara besar atas nasibnya dan mengambil jalur independen.

 

Setelah 444 hari, dengan izin Imam Khomeini dan keputusan parlemen Iran, melalui mediasi pemerintah Aljazair, para pejabat pemerintah Iran saat itu bertemu dengan pihak berwenang Amerika dan membentuk perjanjian Aljazair dan membebaskan para sandera.

 

Francis Anthony Boyle, seorang peneliti dan profesor ilmu politik di Universitas Illinois, AS, dalam bukunya "Politik Dunia dan Hukum Internasional", membela penyanderaan mahasiswa dan menyebut tindakan ini sebagai hak hukum Iran untuk membela diri menurut Pasal 51 Piagam PBB. Ia menyebut gerakan mahasiswa ini untuk mencegah agresi dan mencegah AS melakukan upaya kudeta lagi.

 

Iran sejak saat itu memutus hubungannya dengan AS, dan menolak permintaan pembentukan kedutaan Washington. Sejumlah anaslis menyebut salah satu alasan kegagalan AS menumbangkan Republik Islam Iran adalah tidak adanya kedutaan besar Amerika. (MF)