Tekad Iran untuk Menindak Teroris Separatis di Irak Utara
Unit rudal dan pesawat tak berawak Korps Garda Revolusi Islam sekali lagi menargetkan markas kelompok teroris Komala dan Demokrat di provinsi Sulaimaniyah dan Erbil di Irak.
Serangan terhadap teroris separatis dilakukan dalam situasi di mana Iran telah memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa jika pemerintah Irak tidak mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok ini, maka Iran akan melanjutkan serangannya terhadap kelompok-kelompok teroris ini di wilayah Kurdistan.
Oleh karena itu, serangan Senin (21/11/2022) dini hari ini menunjukkan tekad serius Iran untuk menghadapi gerakan dan ancaman keamanan dan militer di sekitar perbatasannya.
Dengan kata lain, serangan terus-menerus dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan bahwa sikap toleran Iran terhadap berbagai ancaman telah berakhir.
Serangan Senin (21/11) dini hari ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal kuantitas dan kualitas karena target yang diserang rudal dan drone mulai dari provinsi Sulaimaniyah di perbatasan Iran hingga ke berbagai wilayah Erbil.
Isu lainnya, Republik Islam Iran menyadari bahwa kelompok teroris tersebut didukung oleh rezim Zionis dan beberapa negara, termasuk Amerika Serikat.
Di sisi lain, jejak kelompok-kelompok teroris ini juga terlihat dalam kerusuhan yang terjadi belakangan ini di Iran.
Teroris separatis, dengan menyusup ke dalam Iran dan berada di antara orang-orang biasa dan beberapa warga yang memprotes, menciptakan kekacauan dan juga melaksanakan proyek pembunuhan.
Untuk alasan ini, Iran telah menunjukkan kepekaan yang lebih dan terus menyerang kelompok teroris di Irak utara meskipun ada tekanan psikologis dari Amerika dan beberapa negara Barat.
Unit rudal dan pesawat tak berawak Korps Garda Revolusi Islam sekali lagi menargetkan markas kelompok teroris Komala dan Demokrat di provinsi Sulaimaniyah dan Erbil di Irak.
Poin lainnya adalah, tampaknya serangan terhadap teroris separatis di Irak utara mungkin dilakukan dengan kerja sama atau setidaknya dengan sepengetahuan pemerintah pusat Baghdad.
Baru-baru ini, Brigjen Esmail Ghaani, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam, bertemu dengan otoritas Irak di Baghdad, sementara Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melakukan pertemuan dan membahas berbagai masalah.
Dalam pertemuan ini, masalah keamanan Iran dan ketidakpuasan Iran dengan kehadiran teroris separatis serta intelijen Zionis dan petugas keamanan di Irak utara telah disampaikan kepada otoritas negara ini.
Secara hukum, berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, Iran berhak melakukan operasi militer secara sepihak terhadap teroris bersenjata.
Dalam hal ini, Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, Jika satu anggota PBB menjadi sasaran agresi bersenjata, tidak satu pun dari ketentuan Piagam ini berlaku untuk hak alami pertahanan sah individu atau sosial sampai Dewan Keamanan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Menanggapi serangan Iran terhadap Irak utara, Amerika menyebutnya sebagai pelanggaran kedaulatan Irak.
Dengan mencermati tindakan Iran dalam memberi tahu pemerintah Baghdad dan juga menurut ketentuan Pasal 51 Piagam PBB, klaim Amerika Serolat tentang pelanggaran Iran atas kedaulatan Irak tidak sah dan dianggap berusaha menjauhkan jarak antara kedua negara.(sl)