Menlu Iran: Kekuatan Perlawanan di Kawasan Independen
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian menyatakan bahwa rezim Zionis tidak mencapai tujuannya dalam serangan militer di Gaza, dan menambahkan bahwa kekuatan perlawanan di kawasan, termasuk Yaman, bertindak secara independen dan sesuai dengan kepentingan mereka.
Menlu Iran dalam pertemuan dengan perwakilan Wali Faqih dan imam Jumat dari seluruh Iran hari Minggu (14/1/2024) mengatakan bahwa kekuatan perlawanan di kawasan, termasuk Yaman, bertindak secara independen dan sesuai dengan kepentingan mereka dan Republik Islam Iran tidak memberi mereka instruksi.
"Model perilaku kelompok perlawanan sangat signifikan dan Hizbullah Lebanon saat ini menjadi bagian penting dari kekuatan perlawanan menghadapi rezim Zionis yang menduduki perbatasan utara dengan Lebanon selatan," kata Menlu Iran.
"Jika perlawanan di Suriah dan Irak tidak dibentuk dalam menghadapi Daesh dan terorisme, maka Suriah dan Irak saat ini akan memiliki bentuk yang berbeda. Apabila pengaturan keamanan tidak didasarkan pada perlawanan, maka rezim Zionis saat ini tidak akan melakukan perlindungan dengan temboknya dan wilayah tersebut akan berada dalam situasi yang berbeda," tegasnya.
Amirabdollahian melanjutkan statemennya dengan menunjukkan urgensi mengenali lingkungan front perlawanan dan menjelaskan situasi berbagai aktor internasional.
"Dalam dunia yang kompleks di mana perlawanan memainkan peran saat ini, dunia menyaksikan bahwa hanya kelompok perlawanan pembebasan seperti Hamas, yang meruntuhkan struktur keamanan politik dan keadaan psikologis rezim pendudukan dalam operasi 7 Oktober lalu," papar Menlu Iran.
Amirabdollahian memandang dukungan Amerika yang luas terhadap rezim Zionis sebagai kesalahan besar Amerika Serikat, dan menyatakan, "Rezim Zionis dan para pendukungnya mengira mereka dapat menghancurkan Hamas dalam waktu singkat, tapi ini menjadi perhitungan yang sepenuhnya salah," tegasnya.
"Ketika rezim Zionis tidak dapat mencapai tujuan pertamanya, yaitu menghancurkan Hamas, maka rezim tersebut mengubah tujuannya. Mereka menargetkan penemuan terowongan dan pembebasan tahanan dengan menggunakan kekuatan militer, yang tidak berdaya di bidang ini, namun kini mereka sedang mengambil jalan untuk memasuki solusi politik,"pungkas Amirabdolahian.(PH)