Iran Model Sukses Keberagaman Agama dan Etnis; Mengapa Barat Mengenalkan Iran Sebagai Negara Tertutup?
-
Siyamak More Sedgh, mantan anggota Parlemen Iran dari perwakilan Yahudi
Pars Today - Middle East Monitor menulis dalam sebuah laporan, "Kami tidak dapat hidup tanpa budaya Iran," kata Siyamak More Sedgh, mantan anggota Parlemen Iran dari perwakilan Yahudi.
Menurut laporan Pars Today, situs Middle East Monitor menunjukkan dalam sebuah laporan bahwa negara-negara Barat menyajikan citra budaya dan masyarakat Iran yang menyimpang dan tidak realistis kepada dunia. Padahal, masyarakat Iran adalah masyarakat yang kompleks dan beragam, di mana berbagai kelompok politik dan sosial hidup berdampingan dengan nyaman dan sangat peka dengan tanah airnya. Ini yang telah diabaikan oleh musuh-musuh negara dan memaksa biaya buat mereka.
Middle East Monitor melaporkan, Narasi Barat sering menggambarkan Iran sebagai negara tertutup yang tidak menerima keberagaman dan hanya menyajikan satu visi dari perspektif ideologis. Sistem politik Iran tidak seperti demokrasi Barat. Di Iran, kita melihat pemilihan umum diadakan pada waktu-waktu tertentu dan kandidat yang berbeda bersaing dalam kebijakan yang berbeda.
Lanskap sosial, budaya, dan politik Iran jauh lebih beragam daripada yang diceritakan orang Barat tentang negara ini. Di luar narasi Barat, kita melihat bahwa masyarakat Iran adalah rumah bagi keberagaman etnis, ideologi, dan bentuk ekspresi sipil yang menantang ide-ide sederhana tentang negara tersebut. Orang Barat mencoba menyembunyikan realitas ini sama sekali dan mendistorsinya. Menariknya, mereka juga mengangkat nuansa Islamofobia tentang Iran.
Iran adalah rumah bagi banyak etnis yang berbeda. Kelompok etnis ini dengan bebas mengadakan acara budaya mereka. Merupakan fakta yang tidak dapat disangkal bahwa kita menyaksikan keberagaman etnis dan bahasa di Iran.
Meskipun konstitusi Iran mengakui Syiah sebagai agama resmi negaranya, konstitusi ini juga fleksibel terhadap agama dan mazhab lain. Menariknya, negara Iran menampung populasi Yahudi terbesar di negara Islam. Sinagog beroperasi secara bebas di negara ini dan sekolah-sekolah Yahudi juga aktif di sana. Gereja-gereja dapat ditemukan di daerah-daerah yang dihuni orang Armenia di Iran, dan kuil-kuil Zoroaster merupakan bagian dari warisan budaya negara ini.
Iran juga mencakup kaum reformis, konservatif, dan moderat dalam hal spektrum dan tren politik. Pemilihan presiden dan parlemen juga diadakan dengan persaingan yang ketat dan jumlah pemilih yang signifikan. Tentu saja, kekurangan dalam bidang aturan demokrasi ada bahkan di Barat.
Populasi muda Iran, yang merupakan sekitar 60 persen dari total populasi negara itu, sangat terhubung dengan budaya global dan sangat aktif di bidang teknologi digital dan gerakan menuju perubahan. Perempuan memainkan peran penting dalam masyarakat Iran, universitas, bidang seni, dan olahraga. Ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Iran adalah masyarakat yang majemuk.
Pluralisme di Iran merupakan bagian penting dari masyarakat Iran, dan komunitas minoritas mempertahankan identitas dan tradisi mereka yang berbeda dengan baik. Pluralisme politik terlihat jelas dalam masyarakat sipil Iran dan persamaan politik. Tidaklah tepat untuk membandingkan atau memahami Iran dengan model Barat.
Konstitusi Iran mengakui hak-hak etnis minoritas. Mereka dapat beroperasi dengan bebas. Menariknya, misalnya, orang Yahudi telah tinggal di Iran selama 2.700 tahun dan menganggap diri mereka sebagai orang Yahudi Iran daripada orang Yahudi Israel. Mereka berpendapat bahwa tidak ada yang namanya anti-Semitisme di Iran. Mereka mengakui bahwa mereka menikmati kebebasan beragama sepenuhnya di Iran. Kebohongan bahwa orang Iran ingin membunuh orang Yahudi dibantah keras oleh para pemimpin Yahudi di Iran. "Kami tidak bisa hidup tanpa budaya Iran," kata Siyamak More Sedgh, mantan anggota Parlemen Iran dan perwakilan Yahudi.(sl)