Inilah Tokoh Syahid di Balik Penamaan Hari Remaja di Iran
https://parstoday.ir/id/news/iran-i179264-inilah_tokoh_syahid_di_balik_penamaan_hari_remaja_di_iran
Tanggal 8 Aban dalam kalender Iran (30 Oktober) diperingati sebagai Hari Remaja Nasional, untuk mengenang keberanian Mohammad Hossein Fahmideh, seorang remaja berusia 13 tahun yang dengan hati besar dan tekad baja memilih berkorban demi membela tanah airnya.
(last modified 2025-10-30T06:21:01+00:00 )
Okt 30, 2025 13:13 Asia/Jakarta
  • Inilah Tokoh Syahid di Balik Penamaan Hari Remaja di Iran

Tanggal 8 Aban dalam kalender Iran (30 Oktober) diperingati sebagai Hari Remaja Nasional, untuk mengenang keberanian Mohammad Hossein Fahmideh, seorang remaja berusia 13 tahun yang dengan hati besar dan tekad baja memilih berkorban demi membela tanah airnya.

Pada bulan-bulan pertama perang Irak melawan Iran, Fahmideh melakukan tindakan heroik yang mengguncang dunia: ia mendekati tank musuh dan meledakkannya, mematahkan kepungan terhadap pasukan Iran. Dengan pengorbanan itu, ia bukan hanya menyelamatkan banyak nyawa, tetapi juga menorehkan namanya dalam sejarah Iran sebagai simbol keberanian dan pengabdian.

Awal Kehidupan dan Aktivisme

Mohammad Hossein Fahmideh lahir pada Mei 1967 di kawasan Pamenar, Qom, dari keluarga religius dan sederhana. Sejak kecil, ia dikenal aktif, cerdas, dan bersemangat. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Ruhani Qom dan selalu memperoleh nilai yang tinggi. Saat masih di bangku sekolah menengah pertama, ia sudah ikut menyebarkan selebaran Imam Khomeini, meski harus menghadapi ancaman dan kekerasan dari aparat rezim Pahlavi.

Pada tahun 1978, ia turut serta dalam demonstrasi revolusi dan bahkan berkesempatan melihat langsung Imam Khomeini pada 1 Februari 1979, hari kepulangan beliau ke Iran. Setelah keluarganya pindah ke Karaj, Fahmideh melanjutkan sekolah di sana dan segera bergabung dengan Pasukan Basij setelah mendengar seruan Imam Khomeini.

Tekad Membela Tanah Air

Fahmideh dikenal sebagai remaja yang cerdas, sopan, dan gemar membaca. Walau belum mencapai usia baligh, ia sudah tekun beribadah dan sangat menghormati orang tuanya. Ia sempat berupaya menuju Kurdistan untuk membantu pasukan revolusi, namun dipulangkan karena usianya yang masih muda.

Ketika perang dengan Irak pecah pada 31 September 1980, Fahmideh bertekad kuat untuk bergabung ke garis depan. Meskipun dilarang karena usianya, ia berhasil mencapai Khorramshahr, dan dengan keberanian serta kecerdasannya, membuat para komandan yakin bahwa ia pantas berada di medan tempur. Setelah sempat terluka dan dirawat di rumah sakit, ia kembali ke medan perang segera setelah pulih.

Hari Pengorbanan

Pada 8 Aban 1359 (30 Oktober 1980), Fahmideh dan sahabatnya Mohammad Reza Shams bertahan di sebuah parit pertahanan ketika lima tank musuh menyerang. Setelah temannya terluka, Fahmideh mengevakuasinya ke tempat aman, lalu kembali ke garis depan. Dengan beberapa granat di pinggangnya, ia berlari menuju tank musuh, dan meskipun terkena tembakan, ia berhasil meledakkan salah satu tank. Musuh mengira ada serangan besar yang datang dan segera mundur — membuka jalan bagi pasukan Iran untuk memecah kepungan.

Penghormatan dan Warisan

Imam Khomeini kemudian berkata tentangnya: “Pemimpin kami adalah anak berusia tiga belas tahun yang dengan hati kecilnya, namun bernilai lebih dari seratus pena dan lidah, meledakkan dirinya di bawah tank musuh.”

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, juga menyebut Fahmideh sebagai simbol kemurnian dan keaslian perjuangan dalam Perang Suci (Defa-e Moqaddas) — buah dari didikan keluarga dan iman yang kuat.

Hossein Fahmideh adalah satu di antara 36.000 pelajar syahid Iran yang gugur membela tanah air. Ia bukan hanya remaja pemberani, tetapi juga teladan spiritual bagi generasi muda. Setiap tahun, 8 Aban diperingati di seluruh Iran dengan berbagai kegiatan yang menanamkan semangat pengorbanan, tanggung jawab, dan cinta tanah air di kalangan remaja.(PH)