Jalan-Jalan di Iran, Rute yang Bercerita
Di kota-kota Iran, terdapat jalan-jalan yang melampaui fungsi kesehariannya. Jalan-jalan ini adalah memori kota; panggung kehidupan, sejarah, dialog, dan pergerakan. Saat ini, dalam agenda perjalanan banyak wisatawan, nama sebuah jalan berdiri sejajar dengan museum dan bangunan bersejarah.
Laporan ini mengajak pembaca melakukan perjalanan urban untuk mengenal sejumlah jalan terindah di Iran—jalan-jalan yang tidak memerlukan tiket untuk dinikmati; cukup berjalan, menghirup udara, dan menyaksikan kehidupan.
Sebagai jalan terpanjang di Asia Barat, Valiasr dengan deretan pohon chenar tua menjadi narasi hidup Teheran modern. Jalan sepanjang 18 kilometer ini membentang dari selatan ke utara kota dan menghubungkan berbagai generasi, lapisan sosial, serta memori kolektif di bawah naungan pepohonannya. Valiasr bukan sekadar jalur lalu lintas, melainkan kisah berkelanjutan tentang kehidupan perkotaan.
Boulevard ini merupakan jalur yang langsung mengarah ke jantung sejarah. Ruang hijau yang memuat relief batu peninggalan peradaban Iran selama berabad-abad, sekaligus menjadi ruang hidup untuk berjalan santai dan berkumpul. Pada sore hari, dengan latar pegunungan dan udara sejuk, Taq-e Bostan menjadi tempat beristirahat dan bersosialisasi.
Mahakarya tata kota Iran dari era Safawi. Dengan jalur pejalan kaki yang nyaman dan koneksi ke Jembatan Si-o-se Pol, Chaharbagh Abbasi memadukan sejarah, alam, dan kehidupan kota secara harmonis. Jalan ini merepresentasikan ruh Isfahan yang tenang, seimbang, dan abadi.
Perjalanan di jalan ini dimulai dengan aroma bunga jeruk. Jalan Eram adalah rute hijau dan tenang yang berakhir di Taman Eram, situs Warisan Dunia UNESCO. Pada musim semi, berjalan di sini menghadirkan pengalaman puitis khas Shiraz—kota yang menuturkan keindahan secara perlahan.
Gambaran utuh wilayah utara Iran. Boulevard yang dihiasi pohon palem dan jeruk ini mengarah ke Hotel Tua Ramsar. Jalan ini mengingatkan pada awal perkembangan kota modern Iran dan menawarkan perjalanan singkat yang memadukan alam, sejarah, dan arsitektur.
Jalur pejalan kaki yang hidup di jantung kawasan bersejarah kota. Jalan Tarbiat menghubungkan Bazaar Besar Tabriz dengan pusat kota dan menampilkan dinamika kehidupan sehari-hari, perdagangan, serta budaya. Patung kota, pertokoan, dan aktivitas yang terus berlangsung menjadikannya contoh sukses revitalisasi ruang urban.
Rute budaya kota yang bermuara ke Lapangan Baladiyeh, pusat Kota Rasht. Jalur pejalan kaki ini menjadi ruang untuk berbelanja, duduk, berbincang, dan mengamati kehidupan. Saat hujan turun, pantulan cahaya dan suara menciptakan suasana puitis khas kota hujan.(PH)