Keamanan di Kawasan dalam Perspektif Ali Samkhani
Kebijakan Republik Islam Iran terkait stabilitas dan keamanan bersama di kawasan sesuai dengan prinsip dan standar internasional serta piagam PBB. Kebijakan ini diaplikasikan Iran melalui perluasan kerja sama legal.
Laksamana Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran hari Sabtu (23/2) dalam wawancaranya dengan Tasnim News memaparkan transformasi terbaru politik dan keamanan yang berkaitan dengan Iran dan kawasan.
Ia mengatakan, perang kontra terorisme dan memainkan peran menjaga keamanan di kawasan termasuk kebijakan pasti dan tetap Republik Islam Iran. Oleh karena itu, Iran selama tahun-tahun terakhir berada di posisi terdepan dalam perang kontra terorisme.
Republik Islam Iran meyakini bahwa tanpa keterlibatan anasir asing serta dengan saling kerja sama, kawasan dapat mencapai keamanan, stabilitas dan kemakmuran. Dan jika ada kendala, maka masalah tersebut dapat diatasi.
Perspektif ini pastinya tidak menguntungkan Amerika Serikat dan rezim intervensif serta agresor di kawasan. Oleh karena itu, kebijakan bersama AS, rezim Zionis Israel dan Arab Saudi bergerak berlawanan dengan arus ini. Amerika dengan berbagai metode berusaha mencegah peran Iran di konstelasi keamanan regional.
Iranphobia dan konsensus politik anti Iran yang bukti nyatanya adalah konferensi Warsawa dirancang selaras dengan konspirasi ini. Namun demikian Amerika memahami bahwa upaya ini akan menemui kegagalan, tapi Washington terpaksa menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dalam memusuhi Republik Islam Iran. Sejak awal upaya untuk menggalang koalisi regional anti Iran menemui banyak kendala.
Ali Shamkhani dalam analisanya terkait hal ini mengatakan, "Benar bahwa niat Amerika adalah menggalang koalisi anti bangsa Iran, namun negara-negara kawasan tidak memiliki kesatuan sikap dengan petinggi Gedung Putih dalam masalah ini. Sementara Iran senantiasa menganggap serius ancaman militer oleh musuh dan kebetulan sikap kami yang bersikeras memiliki kekuatan defensif baik di sektor rudal maupun di bidang sistem anti udara yang canggih disebabkan oleh hal ini. Dewasa ini, Iran di sektor militer mampu secara tegas membalas setiap ancaman dan hal ini dipahami dengan baik oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini juga sangat jelas bagi rezim Zionis Israel. Oleh karena itu, mereka dengan suara tinggi mulai mengobarkan ancamannya. Pastinya karena mereka memahami tidak mampu berperang, maka mereka memilih untuk meningkatkan suara ancamannya. Ini adalah metode Trump. Ia bukan pakar perang. Untuk tidak berperang, Trump memilih untuk mengumbar ancaman."
Merunut masa lalu akan menjadi jelas bahwa selama beberapa dekade terakhir berlangsung berbagai konspirasi di kawasan oleh Barat dengan peran langsung Amerika. Intervensi militer AS di kawasan dari satu sisi mendorong pengaruh lebih besar Washington di kawasan dan dari sisi lain keamanan regional telah mengalami hubungan lintas-regional dan kompetisi militer dan keamanan yang tidak konstruktif.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei beberapa waktu lalu dalam statemennya ketika menjelaskan peran dan motif Amerika mengintervensi kawasan mengingatkan, AS menginginkan kawasan ini tidak harmoni dan pemerintah serta bangsa kawasan menjadi sibuk sehingga tidak memikirkan untuk melawan pelaku kekejaman dan arogansi yakni rezim Zionis Israel.
Iran dengan berani dan kokoh melawan arus ini dan menilai keamanan negara-negara tetangga tak ubahnya dengan keamanannya sendiri.
Republik Islam Iran merupakan pemerintahan pertama yang menjawab panggilan bangsa dan pemerintah Suriah untuk membantu melawan teroris. Strategi Iran di kawasan sekitarnya bertumpu pada kerja sama, koordinasi dan mengiringi kehendak rakyat.
Iran di perang kontra terorisme internasional sangat serius dan siap membantu negara lain di kawasan jika diminta. (MF)