Iran Mulai Hitung Mundur Pengaktifan Kembali Aktivitas Nuklir yang Terhenti di JCPOA
https://parstoday.ir/id/news/iran-i69910
Dalam menanggapi penarikan diri Amerika Serikat dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) dan negara-negara Eropa yang tidak memenuhi komitmen mereka, pada langkah pertama, Iran akan melanjutkan bagian dari kegiatan nuklirnya yang telah dihentikan dalam kerangka JCPOA.
(last modified 2025-08-02T09:06:31+00:00 )
May 08, 2019 10:23 Asia/Jakarta
  • Reaktor nuklir Iran
    Reaktor nuklir Iran

Dalam menanggapi penarikan diri Amerika Serikat dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) dan negara-negara Eropa yang tidak memenuhi komitmen mereka, pada langkah pertama, Iran akan melanjutkan bagian dari kegiatan nuklirnya yang telah dihentikan dalam kerangka JCPOA.

Seyed Abbas Araghchi, Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran pada hari Senin (06/05) mengatakan, "Republik Islam akan mengumumkan langkah timbal balik menghadapi penarikan diri Amerika Serikat dari JCPOA dan negara-negara Eropa yang tidak memenuhi janjinya dalam mengimplementasikan komitmen mereka pada hari Rabu, 8 Mei (tanggal penarikan diri AS dari JCPOA)."

Araghchi menekankan bahwa saat ini, Tehran tidak membicarakan masalah penarikan diri dari JCPOA seraya menambahkan, "Rencana yang diantisipasi Iran akan diimplementasikan dalam kerangka Pasal 36 JCPOA, sehingga beberapa kewajiban Tehran dalam perjanjian ini akan berkurang. Sesuai dengan Pasal 36 JCPOA, Iran dapat mengurangi kewajibannya ketika sanksi kembali diterapkan."

Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA)

Donald Trump, Presiden Amerika Serikat pada 8 Mei 2018, mengumumkan penarikan diri negaranya dari JCPOA dan mengembalikan sanksi yang sebelumnya ditangguhkan lewat JCPOA dalam empat dan enam bulan. Selain mengumumkan pembatalan sebagian pengecualian terkait kerja sama nuklir dengan Iran, pemerintah AS ternyata juga berusaha memberlakukan pembatasan baru pada aktivitas nuklir damai Iran.

Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat terkait masalah ini disebutkan, "Sejak tanggal 4 Mei, setiap bentuk bantuan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr dapat dikenakan sanksi bila dilakukan di luar unit reaktor saat ini. Selain itu, segala bentuk kerja sama terkait transfer surplus uranium yang telah diperkaya Iran ke luar negeri juga dapat dikenai sanksi dengan imbalan uranium alami."

Dengan mengeluarkan pernyataan ini, Amerika Serikat secara praktis telah melarang kelompok 4 + 1 untuk mengimplementasikan ketentuan-ketentuan perjanjian internasional ini, termasuk memfasilitasi transfer surplus air berat Iran ke Oman, pertukaran uranium yang diperkaya dengan kue kuning, serta kerja sama Rusia dalam pengembangan Bushehr.

Dengan mengeluarkan pernyataan ini, Amerika Serikat sebenarnya telah melarang perjanjian nuklir yang tersisa untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut, termasuk memfasilitasi transfer air berat yang lebih, pertukaran uranium yang diperkaya dengan kue kuning, serta kerjasama Rusia dalam mengembangkan Bushehr. Sementara dalam kerangka ketentuan JCPOA, termasuk hak sah Iran dalam masalah nuklir dan di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) serta disahkan oleh Resolusi Dewan Keamanan 2231.

Uni Eropa, Cina dan Rusia, sebagai anggota lainnya JCPOA, setelah penarikan diri Amerika Serikat dari JCPOA, mendesak Iran untuk tidak mengikuti jalan yang ditempuh Amerika Serikat, dan semua pihak akan berusaha mencari cara untuk melanjutkan implementasi JCPOA tanpa Amerika. Iran menerima permintaan ini, asalkan kepentingan Iran di JCPOA dipertahankan dan dijamin. Di bawah kerangka kerja ini, Iran dan tiga negara Eropa (Inggris, Perancis, Jerman) mencapai kerangka kerja untuk menyediakan mekanisme keuangan khusus untuk Iran "Special Purpose Vehicle" (SPV), namun kondisi untuk implementasi penuh mekanisme keuangan ini belum tercapai.

Sekaitan dengan hal ini, Saeed Jalili, anggota dewan pengawas JCPOA mengatakan, "Sesuai dengan Pasal 36 JCPOA, Iran berhak menghentikan seluruh atau sebagian kewajibannya bila pihak lain tidak melaksanakan komitmennya. "Hak" ini harus dikonsolidasikan dan dikomunikasikan ke pihak Eropa."

Kelompok 4 + 1 dan Iran

Dalam hal ini, pertemuan para ahli dari Iran, tiga negara Eropa (Jerman, Inggris dan Perancis) serta Uni Eropa diadakan hari Selasa (07/05) di Brussels. Pertemuan tersebut akan dihadiri Per Fischer, Direktur Mekanisme Keuangan Khusus Eropa dan Iran (INSTEX) dan lembaga Iran terkait "mekanisme khusus perdagangan dan pembiayaan Iran dan Eropa".

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di hari pertama tahun baru Iran (Nowruz) dalam pidatonya mengatakan, "Menciptakan saluran keuangan antara Iran dan Eropa tampak lebih seperti sebuah lelucon pahit, yang tidak memiliki makna."