Aug 22, 2019 10:41 Asia/Jakarta

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran hari Rabu pagi, 21 Agustus, dalam pertemuan dengan presiden dan jajaran kabinet dalam menjelaskan prioritas di sektor ekonomi menekankan tiga masalah kunci dan penting.

Rahbar dalam pidatonya menjelaskan tiga masalah ini; "memutuskan kebergantungan pada ekspor minyak mentah", "mempertimbangkan pendorong ekonomi yang dapat menjadi motor penggerak sektor lain" dan "perlunya mengubah cara pandang para pejabat dan lembaga-lembaga yang ada terhadap para produsen."

Pertemuan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dengan presiden dan kabinet Iran

Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam bidang ini menyebut konversi minyak mentah menjadi berbagai produk olahan sebagai cara utama untuk menghilangkan ketergantungan pada ekspor minyak mentah. Beliau menambahkan, "Sebagaimana berulangkali disampaikan, selain menciptakan produk-produk yang ada saat ini seperti gas dan bensin, dengan memanfaatkan ilmuwan dan para produsen, di masa depan kita juga bisa memproduksi senyawa dan produk lain yang nilai ekspornya beberapa kali lipat lebih tinggi."

Ucapan Pemimpin Besar Revolusi Islam tentang masalah-masalah ini mengingatkan pada kebutuhan dan persyaratan untuk mewujudkan gagasan Ekonomi Muqawama. Sebelumnya, Rahbar juga telah menjabarkan Ekonomi Muqawama seperti ini, "Ekonomi Muqawama berarti bahwa kita memiliki ekonomi yang akan menjaga tren pertumbuhan ekonomi di negara, sekaligus mengurangi kerentanannya. Yaitu, kondisi ekonomi negara dan sistem ekonomi dibentuk sedemikian rupa, sehingga lebih sedikit mengalami kerusakan dan gangguan ketika menghadapi trik-trik musuh yang selalu ada dan dengan berbagai bentuk."

Meskipun ada banyak upaya signifikan selama beberapa dekade terakhir, sebagian besar pendapatan negara masih bergantung pada penjualan minyak dan penjualan produk mentah merupakan satu kelemahan bagi ekonomi Iran. Karenanya, eknomi Iran menjadi rentan ketika menghadapi anjloknya harga minyak dan fluktuasi di pasar minyak. Dalam situasi seperti itu, ketika negara-negara oportunis ingin menciptakan gangguan dalam bidang ekonomi, mereka akan memboikot industri minyak, dimana masalah ini menunjukkan kondisi yang tidak sesuai dan titik kelemahan ekonomi negara.

Sebagaimana dinyatakan dalam dokumen visi 20 tahun Iran, memperoleh teknologi canggih dan beralih dari penjualan bahan baku dan mengubah bahan mentah menjadi turunan dan produk bernilai tambah adalah salah satu tujuan pengembangan ekonomi makro.

Alireza Kolahi, pakar masalah ekonomi dalam menjelaskan tantangan ekonomi Iran mengatakan, "Salah satu kelemahan dalam sejarah ekonomi Iran adalah bahwa setiap kali pendapatan minyak meningkat dan volume pemerintahan telah bertambah bila dibandingkan dengan keseluruhan ekonomi, peran sektor swasta menjadi berkurang dan efektivitas ekonomi ikut menurun."

Dalam arena perang ekonomi, tidak diragukan lagi keberhasilan dan kemenangan negara-negara dan masyarakat yang mampu menghindari penjualan bahan mentah dan dengan menerapkan teknik-teknik khusus pada produk strategis ini, akan memberi nilai tambah berkali-kali lipat pada ekonomi mereka.

Dengan demikian, pidato Rahbar hari Rabu yang ditujukan kepada para pejabat tinggi negara bertujuan untuk menjauhkan ekonomi yang bergantung pada minyak, atau ekonomi minyak. Poin yang banyak memberikan harapan di bidang ini.

Apa yang menegaskan hal ini adalah kemajuan dan peningkatan kemampuan Republik Islam di berbagai bidang, termasuk ekonomi.

Itulah sebabnya Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan, "Musuh tidak dapat berbuat apa-apa dan empat puluh tahun kedua Republik Islam tentu akan lebih baik dari empat puluh tahun pertama bagi kita dan akan menjadi lebih buruk bagi musuh."

Kelanjutan dari keberhasilan ini, bagaimanapun, tergantung pada langkah berkelanjutan dari para pejabat negara dalam mendukung produksi dan pemanfaatan semua kapasitas ekonomi di dalam negara.

Pertemuan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dengan presiden dan kabinet Iran

Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pernyataan strategis Langkah Kedua Revolusi yang seiring dengan dimulainya dekade baru bagi Revolusi Islam menekankan, "Ekonomi yang kuat, titik kekuatan dan faktor penting agar negara tidak didominasi dan disusupi. Sementara ekonomi lemah, titik kelemahan dan menjadi pintu bagi masuknya penyusupan, dominasi dan intervensi musuh."

Terlepas penuh dari ekonomi yang bergantung pada minyak tidak diragukan lagi akan membutuhkan pendekatan baru untuk produksi dan kepercayaan pada kemampuan ekonomi domestik yang ditekankan dalam kata-kata Pemimpin Besar Revolusi Islam.

Tags