Jul 03, 2024 17:13 Asia/Jakarta
  • Inggris dan minyak
    Inggris dan minyak

Pemerintah Inggris berencana menjarah setidaknya 500 juta barel minyak dari Malvinas, Argentina, dalam kerangka klaim kedaulatannya atas kepulauan ini.

Menurut laporan resmi pemerintah Inggris melalui situs berita The Telegraph, negara ini berencana mengekstraksi setidaknya 500 juta barel minyak dari Kepulauan Malvinas yang terletak di Amerika Selatan. Menurut laporan Pars Today, diperkirakan yang paling diuntungkan dari langkah Inggris ini adalah pemegang saham Israel dan Amerika Serikat.

 

Berdasarkan dokumen ini, daerah eksraksi minyak adalah Kepulauan Leones Marinos.

 

Ladang ini "mengandung total 1,7 miliar barel minyak, beberapa kali lebih besar dari ladang minyak Rosebank (terletak di barat laut Skotlandia); “Ladang terbesar dengan rencana pengembangan di Laut Utara, diperkirakan mengandung 300 juta barel minyak.”

 

Ladang minyak yang ingin dijarah Inggris saat ini berada di bawah kendali perusahaan Israel, Navitas Petroleum. Media Inggris menyatakan bahwa jika penduduk pulau menerima praktik eksploitatif, "sebagian besar keuntungan akan menjadi milik pemegang saham Israel dan AS."

 

Argentina di masa pemerintahan Alberto Angel, mantan presiden negara ini, mengadukan perusahaan minyak Israel, Navitas Petroleum.

 

Kepulauan Malvinas yang disebut Kepulauan Falkland oleh Inggris, termasuk daerah yang diduduki Eropa selama bertahun-tahun.

 

Kepulauan Malvinas, Argentina diduduki dan direbut orang-orang Eropa tahun 1833 dan di masa kolonial Inggris.

 

Para ahli percaya bahwa tujuan utama pendudukan Inggris di kepulauan "Malvinas" Argentina adalah untuk menguasai selat ini, yang dianggap sebagai salah satu dari lima selat strategis di dunia. Berdasarkan kedaulatannya atas pulau-pulau tersebut, Inggris mengklaim memiliki sebagian besar wilayah kutub selatan dan perikanan di wilayah ini. Kehadiran sumber daya minyak dan gas di sebagian perairan pesisirnya menambah posisi strategis pulau-pulau tersebut, dan akses terhadap kekayaan sumber daya energi di kawasan ini membuat Inggris melanjutkan dominasi sisa era kolonial. (MF)

 

 

Tags