Keamanan Regional dari Perspektif Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran
Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran dalam makalahnya menulis, "Timur Tengah tanpa Amerika Serikat merupakan tempat yang lebih aman."
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, dalam bagian dari makalahnya, merujuk pada kelemahan AS di kawasan menambahkan, "Tampaknya badan pemerintahan Amerika berdasarkan pengalaman nyata telah sampai pada kesimpulan obyektif bahwa konstelasi kekuasaan dan geometri politik dunia, terutama pada intinya, yaitu Timur Tengah telah berubah, dan Amerika Serikat tidak lagi dapat mengklaim kedaulatan mutlak atas urusan sistem internasional, terlepas dari semua propaganda besarnya.
Dari sudut pandang Shamkhani, Amerika Serikat telah menyadari fakta ini bahwa hanya ada dua cara ke depan, baik untuk menanggung beban biaya besar, hanya untuk memiliki wajah hampa dari negara adikuasa global, atau untuk menerima kenyataan dunia saat ini dengan pendekatan yang realistis dengan membebaskan diri dari biaya besar pertunjukan yang telah diketahui semua.
Kinerja Amerika Serikat di wilayah ini menunjukkan bahwa, terlepas dari klaim lahiriahnya, Amerika Serikat belum berupaya untuk mengamankan atau memberantas terorisme.
Amerika Serikat telah mengungkapkan substani anti-keamanannya dengan mendukung Daesh (ISIS), para teroris Takfiri dan terlibat dengan Al Saud yang membunuh orang-orang di Yaman setiap hari. Amerika Serikat sebenarnya adalah penyebab konflik dan krisis serta perang yang telah dipaksakan di Asia Barat selama beberapa dekade terakhir.
Perang di Afghanistan, Irak, Suriah dan Yaman telah menjadi hasil dari kebijakan AS.
Sekarang, apa yang sedang diupayakan Amerika Serikat sebagai aliansi militer untuk menjaga keamanan di kawasan sangat tidak mungkin, tetapi substansinya adalah menciptakan lebih banyak rasa tidak aman di Teluk Persia.
Amerika Serikat, dengan kebijakan dan tindakan tidak logisnya yang melanggar hukum internasional, pada dasarnya mendorong kawasan menjadi tidak aman dan bertanggung jawab atas tindakan ilegal ini.
Inti dari semua intervensi ini telah menjadi tujuan utama Gedung Putih untuk membuat kawasan tidak aman.
Lima belas tahun yang lalu, Samuel Huntington, seorang analis politik terkemuka, memperingatkan di majalah Foreign Affairs bahwa bagi kebanyakan orang di dunia, Amerika menjadi negara adikuasa yang sewenang-wenang dan satu-satunya ancaman eksternal utama bagi masyarakat mereka.
Negarawan terkenal Noam Chomsky mengatakan dalam sebuah analisis, "Negara-negara yang sewenang-wenang dan pelanggar hukum di kawasan terlibat dalam kebrutalan dan tidak ingin mentolerir setiap pencegah terhadap penggunaan kekerasan dan agresi mereka. Di puncak piramida negara-negara ini adalah Amerika Serikat dan Israel, sementara Arab Saudi berusaha keras untuk bergabung dengan klub mereka. "
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei telah berulang kali menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak dapat memberikan keamanan di kawasan. Contoh yang mencolok adalah kenyataan bahwa kehadiran 14 tahun di Afghanistan bukan hanya tidak membawa keamanan bagi rakyat Afghanistan tetapi justru memperburuk situasi keamanan.
Pengalaman menunjukkan bahwa keamanan berkelanjutan di kawasan tidak tercapai melalui sejumlah koleksi paket keamanan yang diimpor dan bergantung pada pihak asing. Keamanan harus dipastikan melalui kerja sama dan konvergensi regional serta dengan memanfaatkan kapasitas pertahanan oleh negara-negara regional. Kebijakan strategis Iran dalam hal ini adalah untuk mencegah konflik dan krisis regional.
Berbicara pada sesi ke tujuh puluh empat Majelis Umum PBB, Presiden Iran Hassan Rouhani mempresentasikan rencana berjudul "Koalisi Harapan" dan "Inisiatif Perdamaian Hormuz".
Sebelumnya, Iran telah mengusulkan gagasan untuk meluncurkan dialog regional di Teluk Persia untuk mengatasi tantangan ke depan dan menciptakan perdamaian berkelanjutan di kawasan tersebut.