Menjelang Peringatan Kemenangan Revolusi Islam ke-41
(last modified Mon, 10 Feb 2020 11:19:10 GMT )
Feb 10, 2020 18:19 Asia/Jakarta

Rakyat Republik Islam Iran akan merayakan Kemenangan Revolusi Islam ke-41 pada hari Selasa, 11 Februari 2020 atau 22 Bahman 1398 HS.

Revolusi Islam mencapai kemenangannya pada 22 Bahman 1357 HS atau Februari 1979. Revolusi ini merupakan sebuah peristiwa besar yang muncul ketika dunia berada di bawah dominasi dua kutub besar, blok Timur dan Barat.

Sebelum revolusi, Iran berstatus sebagai boneka Amerika Serikat di bawah pimpinan Mohammad Reza Pahlavi. AS menancapkan hegemoninya dengan tujuan menjarah sumber-sumber kekayaan dan memanfaatkan posisi geopolitik Iran di Asia Barat.

Sumber minyak Iran dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Kedutaan Besar AS di Tehran digunakan sebagai markas untuk melakukan kegiatan spionase. Presiden AS waktu itu, Jimmy Carter menyebut Iran sebagai pulau yang stabil di wilayah Timur Tengah yang bergolak.

Kemenangan Revolusi Islam dalam situasi seperti itu menjadi titik awal bagi sebuah transformasi global. Revolusi ini dengan ide-ide baru dan pengaruh globalnya, menantang kebijakan hegemonik kekuatan arogan terhadap bangsa-bangsa lemah dan mematahkan sistem monopoli di kancah internasional.

Sistem Republik Islam yang dilandasi oleh nilai-nilai agama dan penolakan terhadap unilateralisme kekuatan dunia, telah menjadi sebuah model baru bagi bangsa-bangsa lain dalam berjuang menentukan nasib mereka sendiri.

Kemenangan Revolusi Islam di Iran merupakan salah satu peristiwa terbesar pada paruh kedua abad 20. Revolusi Islam Iran mempengaruhi banyak negara dan bangsa-bangsa serta membuka kesempatan baru bagi faksi-faksi perlawanan yang berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan.

Revolusi ini menghadirkan independensi bagi Iran dan menghidupkan semangat kemerdekaan untuk dihadiahkan kepada dunia. Revolusi Islam memberikan sebuah keteladanan untuk hidup mandiri bagi bangsa-bangsa tertindas.

Secara teoritis, Revolusi Islam Iran memiliki tiga keunggulan utama yaitu: pertama, pengaruh nilai-nilai Revolusi Islam tetap hidup. Kedua, menjaga independensi nyata tanpa bergantung pada dukungan kekuatan global. Dan ketiga, melanjutkan gerakan progresif sesuai jalur revolusi.

Revolusi Islam – berbeda dengan revolusi lain di dunia – tidak meninggalkan nilai-nilai dan cita-cita awalnya seiring perjalanan waktu. Dengan melanjutkan gerakan evolusi, ia telah menjadi sebuah simbol gerakan menuntut hak di kancah kehidupan politik dan sosial.

Peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 pada tahun ini bertepatan dengan 40 hari gugurnya Komandan Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani, sehingga akan menjadi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Syahid Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid diteror oleh miiter Amerika Serikat di Bandara Baghdad, Irak, pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020.

Aksi pengecut tersebut dilakukan pasukan AS atas perintah langsung dari Presiden Donald Trump. Empat pasukan IRGC (Pasdaran) yang menyertai Letjen Soleimani dan empat anggota Hashd al-Shaabi yang menyertai Abu Mahdi al-Muhandis juga gugur syahid dalam serangan udara tersebut.

Sejak awal Kemenangan Revolusi Islam sampai sekarang, Amerika Serikat berusaha untuk menggulingkan Republik Islam, namun gagal. Selama ini, bangsa Iran bangkit menghadang semua fitnah dan konspirasi musuh, dan membuktikan bahwa mereka kebal terhadap infiltrasi musuh. Dengan kearifan dan kedewasaannya, rakyat Iran menciptakan momen-momen yang selalu dikenang dalam sejarah Revolusi Islam. Bangsa Iran dengan bekal persatuan dan pengenalannya tentang musuh, selalu membuat musuh gagal dalam mencapai tujuannya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, ketangguhan bangsa Iran bisa disaksikan dari kemenangan rakyat Iran dalam Revolusi Islam dan Perang Pertahanan Suci, serta dari perlawanan mereka terhadap konspirasi musuh selama 40 tahun terakhir, karena bangsa ini tidak pernah merasa lemah dan tunduk dalam menghadapi berbagai konspirasi dan serangan musuh.

Sebelum peringatan 22 Bahman, rakyat Iran merayakan Dahe Fajr (10 Hari Kemenangan) dengan aktivitas dan kegiatan di berbagai bidang. 1 Februari yang bertepatan dengan tanggal 12 Bahman merupakan awal dari epik Dahe Fajr di Iran. Imam Khomeini ra kembali ke Iran pada tangggal 1 Februari 1979 atau 12 Bahman 1357 HS setelah 15 tahun berada di pengasingan,  dan disambut meriah oleh rakyat negara ini.

Setelah 10 hari kembalinya Imam Khomeini ra ke Iran, Revolusi Islam Iran meraih kemenangan pada tanggal 22 Bahman 1357 HS atau 11 Februari 1979. Oleh karena itu, sejak tanggal 12-22 Bahman dinamai sebagai Dahe Fajr, di mana setiap tahun, rakyat Iran menggelar acara khusus pada 10 hari itu untuk memperingati kemenangan Revolusi Islam.

Peringatan kemenangan Revolusi Islam mencapai puncaknya pada 22 Bahman, di mana jutaan rakyat Iran di seluruh negeri akan turun ke jalan-jalan menggelar Pawai 22 Bahman. (RA)