Jutaan Warga Tehran Merayakan Kemenangan Revolusi (2)
Rakyat Republik Islam Iran merayakan Kemenangan Revolusi Islam ke-41 pada Selasa, 11 Februari 2020 atau 22 Bahman 1398 HS.
Cuaca dingin, dan hujan salju di beberapa wilayah Iran tak halangi jutaan rakyat negara ini menghadiri pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41, yang menampilkan pemandangan unik di momen 22 Bahman tahun ini.
Hari ini, Selasa (11/2/2020) bertepatan dengan tanggal 22 Bahman 1398 Hs adalah hari ulang tahun Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41.
Pawai 22 Bahman tahun ini diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat Iran dari beragam usia, terutama mereka yang dikenal sebagai generasi keempat revolusi.
Peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 memiliki ciri khas tersendiri karena bertepatan dengan peringatan 40 hari gugurnya Komandan Pasukan al-Qods Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
Para peserta pawai yang membawa bendera Iran, dan foto Syahid Soleimani, membedakan pawai 22 Bahman tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pada pawai kali ini juga dipamerkan sejumlah rudal, dan peralatan militer produksi angkatan bersenjata Iran, yang mendapat sambutan luas dari masyarakat.
Teriakan "Allahu Akbar, Mampus Amerika, dan Mampus Israel" menggema di tengah pawai jutaan rakyat Iran pada hari ini Suasana ini menyemarakan suasana di tengah acara-acara lain yang digelar untuk merayakan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41.
Rakyat Iran di berbagai kota, pada pawai 22 Bahman tahun ini,s juga membakar bendera Amerika dan Israel, mengusung keranda teroris Amerika, dan menegaskan pengusiran pasukan Amerika dari kawasan Asia Barat (Timur Tengah).
Sejumlah banyak wartawan dalam dan luar negeri Iran meliput pawai 22 Bahman yang diikuti jutaan warga di seantero Iran ini.
Revolusi Islam mencapai kemenangannya pada 22 Bahman 1357 HS atau Februari 1979. Revolusi ini merupakan peristiwa besar yang muncul ketika dunia berada di bawah dominasi dua kutub besar, blok Timur dan Barat.
Sebelum revolusi, Iran berstatus sebagai boneka Amerika di bawah pimpinan Mohammad Reza Pahlavi. AS menancapkan hegemoninya dengan tujuan menjarah sumber-sumber kekayaan dan memanfaatkan posisi geopolitik Iran di Asia Barat.
Sumber minyak Iran dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Kedutaan Besar AS di Tehran digunakan sebagai markas untuk melakukan kegiatan spionase. Presiden AS waktu itu, Jimmy Carter menyebut Iran sebagai pulau yang stabil di Timur Tengah yang bergolak.
Kemenangan Revolusi Islam dalam situasi seperti itu menjadi titik awal bagi sebuah transformasi global. Revolusi ini dengan ide-ide baru dan pengaruh globalnya, menantang kebijakan hegemonik kekuatan arogan terhadap bangsa-bangsa lemah dan mematahkan sistem monopoli di kancah internasional.
Sistem Republik Islam yang dilandasi oleh nilai-nilai agama dan penolakan terhadap unilateralisme kekuatan dunia, telah menjadi sebuah model baru bagi bangsa-bangsa lain dalam berjuang menentukan nasib mereka sendiri.
Kemenangan Revolusi Islam di Iran merupakan salah satu peristiwa terbesar pada paruh kedua abad 20. Revolusi Islam Iran mempengaruhi banyak negara dan bangsa-bangsa serta membuka kesempatan baru bagi faksi-faksi perlawanan yang berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan.
Revolusi ini menghadirkan independensi bagi Iran dan menghidupkan semangat kemerdekaan untuk dihadiahkan kepada dunia. Revolusi Islam memberikan sebuah keteladanan untuk hidup mandiri bagi bangsa-bangsa tertindas.
Revolusi Islam Iran memiliki tiga keunggulan utama yaitu: pertama, pengaruh nilai-nilai Revolusi Islam tetap hidup. Kedua, menjaga independensi nyata tanpa bergantung pada dukungan kekuatan global. Dan ketiga, melanjutkan gerakan progresif sesuai jalur revolusi.
Revolusi Islam – berbeda dengan revolusi lain di dunia – tidak meninggalkan nilai-nilai dan cita-cita awalnya seiring perjalanan waktu. Dengan melanjutkan gerakan evolusi, ia telah menjadi sebuah simbol gerakan menuntut hak di kancah kehidupan politik dan sosial.
Peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 pada tahun ini bertepatan dengan 40 hari gugurnya Komandan Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani, sehingga menjadi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Syahid Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid diteror oleh miiter Amerika Serikat di Bandara Baghdad, Irak, pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020.
Aksi pengecut tersebut dilakukan pasukan AS atas perintah langsung dari Presiden Donald Trump. Empat pasukan IRGC (Pasdaran) yang menyertai Letjen Soleimani dan empat anggota Hashd al-Shaabi yang menyertai Abu Mahdi al-Muhandis juga gugur syahid dalam serangan udara tersebut.
Sejak awal Kemenangan Revolusi Islam sampai sekarang, Amerika Serikat berusaha dengan berbagai cara untuk menggulingkan Republik Islam, namun gagal. Selama ini, bangsa Iran bangkit menghadang semua fitnah dan konspirasi musuh, dan membuktikan bahwa mereka kebal terhadap infiltrasi musuh.
Dengan kearifan dan kedewasaannya, rakyat Iran menciptakan momen-momen yang selalu dikenang dalam sejarah Revolusi Islam. Bangsa Iran dengan bekal persatuan dan pengenalannya tentang musuh, selalu membuat musuh gagal dalam mencapai tujuannya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, ketangguhan bangsa Iran bisa disaksikan dari kemenangan rakyat Iran dalam Revolusi Islam dan Perang Pertahanan Suci, serta dari perlawanan mereka terhadap konspirasi musuh selama 40 tahun terakhir, karena bangsa ini tidak pernah merasa lemah dan tunduk dalam menghadapi berbagai konspirasi dan serangan musuh. (RA)