Okt 15, 2022 18:33 Asia/Jakarta
  • Pasukan rezim Zionis Israel.
    Pasukan rezim Zionis Israel.

Sejak sepekan ini, rezim Zionis Israel kembali meningkatkan kekerasan dan kejahatannya terhadap warga Palestina di berbagai wilayah, termasuk di Tepi Barat dan al-Quds serta sekitarnya.

Al-Quds dan sekitarnya telah menyaksikan pengepungan oleh pasukan rezim Zionis terhadap kamp al-Shufaat sejak Sabtu, 8 Oktober 2022 hingga sekarang.

Rezim Zionis juga mengumumkan bahwa Nablus di Tepi Barat sebagai zona militer tertutup dan dilarang masuk dan keluar sampai pemberitahuan lebih lanjut. Puluhan warga Palestina telah gugur syahid dan terluka dalam seminggu terakhir.

Ada beberapa alasan terkait meningkatnya babak baru kekerasan rezim Zionis terhadap warga Palestina:

Pertama, ketidakmampuan rezim Zionis dalam melawan operasi-operasi perlawanan rakyat Palestina. Operasi perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah telah meluas di Tepi Barat dan al-Quds pendudukan.

Apa yang menyebabkan situasi di Tepi Barat dan wilayah Palestina lainnya menjadi sangat sulit dan kritis bagi Israel adalah penduduk orang Palestina beralih ke operasi bersenjata untuk melawan kekejaman rezim Zionis.

Pentingnya perjuangan bersenjata melawan Zionis begitu besar sehingga gerakan Jihad Islam Palestina mengeluarkan pernyataan, dan mengumumkan bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk membebaskan tanah Palestina dan tempat-tempat sucinya dari tangan penjajah.

Matanyahu Englman, salah satu komandan militer rezim Zionis mengatakan, tentara Israel tidak mampu melakukan operasi jangka panjang di Tepi Barat dan tidak dapat melanjutkan operasinya di Tepi Barat karena kurangnya dukungan logistik.

Karena kondisi tersebut, pasukan penjajah berupaya menghentikannya dengan menyebarkan kekerasan, namun sejarah telah membuktikan bahwa kekerasan alih-alih menghentikan perlawanan, tetapi justru menyebabkan peningkatan operasi perlawanan.

Pejuang Palestina

Kedua, terbentuknya konsensus di antara penduduk Palestina di Tepi Barat. Gerakan Jihad Islam dan Hamas sepakat dengan gerakan Fatah di Tepi Barat untuk membentuk kelompok bersama guna melawan pendudukan, dan ini menyebabkan ketakutan dan kemarahan para pejabat Zionis.

Ketiga, adalah terkait dengan situasi internal di wilayah pendudukan. Rezim Zionis berada di ambang pemilui parlemen kelima dalam empat  tahun terakhir, dan konflik dengan Palestina selalu menjadi salah satu poros kampanye pemilu parlemen di wilayah pendudukan. Pemilihan parlemen akan digelar November mendatang.

Pedana Menteri reim Zionis Yair Lapid dituduh oleh lawan politiknya seperti Benjamin Netanyahu bahwa dia telah bersikap lunak terhadap Hizbullah Lebanon. Sementara itu, Lapid telah memerintahkan serangan besar-besaran terhadap warga Palestina.

Dengan serangan tersebut, Lapid berusaha menyampaikan pesan kepada opini publik di wilayah pendudukan bahwa dia berperilaku lebih keras terhadap warga Palestina daripada Netanyahu, dan Netanyahu juga telah menciptakan landasan untuk lebih banyak kekerasan terhadap Palestina dengan kritiknya terhadap Lapid.

Keempat, berlanjutnya ketidakpedulian masyarakat internasional terhadap kejahatan rezim pendudukan di Palestina. Rezim penajajah al-Quds telah menggunakan krisis Ukraina sebagai peluang untuk meningkatkan kekerasan terhadap warga Palestina.

Sebelumnya, rezim Zionis juga telah mengobarkan perang tiga hari terhadap Gerakan Jihad Islam Palestina yang menyebabkan sejumlah komandan dan anggota gerakan ini gugur syahid, terluka dan ditahan.

Sekarang rezim Zionis meningkatkan kekerasan terhadap Palestina karena yakin bahwa fokus masyarakat internasional adalah pada perang di Ukraina dan praktis kekerasan terhadap Palestina akan diabaikan oleh dunia.

Menyadari hal ini, rakyat Palestina sekali lagi menempatkan operasi perlawanan dalam agenda mereka, dan konfrontasi ini telah menyebabkan lebih banyak kekerasan terhadap Palestina. (RA)

Tags