May 16, 2024 19:13 Asia/Jakarta
  • Al-Gazali; Iran dan Indonesia
    Al-Gazali; Iran dan Indonesia

Imam Muhammad Ghazali, filsuf dan ahli fikih terkenal Iran, melalui ideologi dan karyanya, memainkan peran penting dalam menyebarkan budaya Islam, serta dapat dikatakan berpengaruh dalam pengokohan hubungan berharga Iran dan Indonesia.

Ghazali yang hidup di Iran pada abad kelima Hijriyah, dengan karya-karyanya telah menciptakan perubahan yang luar biasa di budaya dan peradaban Islam. Dengan menulis banyak buku di berbagai bidang ilmiah, teologis, yurisprudensi, dan etika, ia memberikan pengaruh besar bagi para pemikir Iran dan Islam. Ide-idenya tidak hanya mendapat perhatian di dunia Islam tetapi juga di dunia Barat.

Salah satu faktor utama Ghazali dapat mempererat hubungan Iran dan Indonesia adalah warisan ilmu pengetahuan dan intelektualnya yang menjadi kepentingan kedua negara. Iran dan Indonesia, keduanya negara Islam dengan perbedaan mazhab, dapat mengambil manfaat dari pemikiran Ghazali untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama budaya dan ilmu pengetahuan.

Menurut peneliti seperti Mokhtari, Ghazali ini adalah "permata yang lahir dari tempat lahirnya budaya dan peradaban Iran" yang telah menciptakan transformasi luar biasa dalam budaya Islam. Menurutnya, dengan mengkritik pemikiran Ibnu Sina, filosof besar Iran, dan filosof lainnya, Ghazali berkontribusi besar terhadap kebebasan intelektual di dunia Islam, dan hingga munculnya Mulla Sadra Shirazi, filosof besar Iran lainnya, pemikirannya membayangi masyarakat Islam.

Dengan memadukan rasionalitas dan tasawuf, Ghazali memiliki pendekatan pragmatis dan realistis terhadap permasalahan agama dan sosial, yang dapat menjadi model interaksi dan kerja sama antara Iran dan Indonesia. Pendekatan ini dapat membantu menciptakan jembatan komunikasi antara para intelektual dan elit kedua negara dan menjadi landasan bagi proyek-proyek bersama di berbagai bidang politik dan budaya.

Sebagai seorang teolog dan ahli hukum (fikih) terkemuka, Ghazali menulis buku “Ihya Ulumuddin” yang meninggalkan dampak luar biasa dalam bidang pelajaran akhlak. Di kalangan pemikir sastra berbahasa Persia, penulisan buku " Kimia Kebahagiaan " oleh Ghazali mempunyai pengaruh yang bertahan lama. Pengaruh ini juga terlihat dalam kalangan mazhab Syiah, ketika kitab Ihya disempurnakan oleh Fayd Kashani, seorang ulama Syiah dengan judul “Al-Maḥajjat al-bayḍāʾ fī tahdhīb al-iḥyāʾ” dan dianggap sebagai kitab akhlak Syiah yang paling penting di kalangan akademisi dan pakar akhlak.

Pakar fikih besar Syafi'i dan teolog Sunni Iran ini senantiasa berpikir, mengambil sikap, dan menggulirkan pemikiran baru demi menjaga agama. Ghazali bukanlah seorang pemikir dan ahli hukum yang terisolasi, oleh karena itu Ghazali dapat dengan tepat disebut sebagai “ahli hukum pragmatis”; Sebab sikap dan pendekatan politiknya diungkapkan berdasarkan agama, namun bernada realistis. Sesuatu yang sangat dibutuhkan dunia Islam saat ini.

Oleh karena itu, konferensi seperti konferensi internasional terkenal Imam Muhammad Ghazali, yang diadakan beberapa tahun terakhir dengan kehadiran perwakilan terkemuka Iran dan Indonesia, dapat memberikan platform yang cocok untuk pertukaran ide dan pengalaman antara ilmuwan dan pemikir dua negara. Peristiwa-peristiwa ini dapat membantu untuk lebih memahami dan meningkatkan hubungan kedua negara dan pada akhirnya mengarah pada penguatan posisi dunia Islam di kancah internasional. (MF)

 

Tags