Transformasi Asia Barat, 6 Agustus 2021
Perkembangan di negara-negara Asia Barat pekan ini diwarnai sejumlah isu penting seperti Sekjen Hizbullah: Musuh Ingin Kobarkan Perang Saudara di Lebanon
Masih ada isu lain seperti Hizbullah Serukan Penyelidikan Kasus Penembakan di Selatan Beirut, Mossad Terlibat Aksi Teror di Selatan Beirut, PM Israel Tuduh Pendahulunya Telah Gagal Melawan Iran, Arab Saudi Tingkatkan Tindakan Represif terhadap Aktivis HAM, Tentara Suriah Tembak Jatuh Drone Mata-Mata, Warga Palestina di Ramallah Berdemonstrasi Tuntut Abbas Mundur, Raja Bahrain Akui Tidak Jalankan Perjanjian Al-Ula
Sekjen Hizbullah: Musuh Ingin Kobarkan Perang Saudara di Lebanon
Sekjen Gerakan Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah memperingatkan konspirasi musuh untuk menjerumuskan Lebanon ke dalam perang saudara.
"Ada orang-orang yang membawa senjata untuk melawan Hizbullah, tapi kami tidak terseret ke arah yang diinginkan musuh," kata Nasrallah seperti dilaporkan laman Elnashra, Rabu (4/8/2021).
Orang-orang bersenjata menembaki para pengantar jenazah Ali Shibli, anggota Hizbullah di daerah Khalde, selatan Beirut pada Sabtu lalu. Insiden ini menewaskan empat orang dan melukai 10 lainnya.
Nasrallah menjelaskan bahwa menyeret Hizbullah ke dalam konflik berarti musuh telah memutuskan untuk memulai perang saudara.
"Berdasarkan data, konspirasi musuh telah dimulai sejak mantan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri ditahan di Arab Saudi," tambahnya.
Pada 4 November 2017, Saad Hariri ditangkap di Riyadh dan kemudian mengumumkan pengunduran dirinya di bawah tekanan rezim Saudi.
Hizbullah Serukan Penyelidikan Kasus Penembakan di Selatan Beirut
Kepala Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon, Seyed Hashem Safi al-Din menyerukan penyelesaian penyelidikan atas peristiwa baru-baru ini di daerah Khalde yang terletak di selatan Beirut.
Situs berita Al-Ahed hari Rabu (4/8/2021) melaporkan, Seyed Hashem Safi al-Din mengatakan, "Saat ini, Hizbullah sedang menunggu hasil akhir dari penyelidikan yang dilakukan militer Lebanon atas peristiwa di daerah Khalde di selatan Beirut, dan kemudian kita dapat membicarakan hal ini secara lebih rinci,".
"Apa yang tidak pernah diragukan mengenai tidak ada masalah yang lebih tinggi di tingkat nasional bagi orang-orang Lebanon, selain martabat bangsa daripada apa pun," ujar Seyed Hashem Safi al-Din.
Sumber-sumber politik Lebanon mengumumkan bahwa peristiwa baru-baru ini di daerah Khalde bertujuan untuk memancing Hizbullah dan para pendukungnya ke dalam konflik militer dan menyulut perang saudara di Lebanon.
"Hizbullah tidak akan bisa ditarik ke dalam perang saudara, dan gerakan itu tahu apa yang harus dilakukan," kata Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah.
Beberapa pria bersenjata menembaki peserta acara proses pemakaman anggota Hizbullah Lebanon, Ali Shebli di daerah Khalde, pada Sabtu malam yang menewaskan empat orang dan melukai 10 lainnya.
Mossad Terlibat Aksi Teror di Selatan Beirut
Media Lebanon menyebut aksi teror penembakan baru-baru ini di acara pemakaman seorang anggota Hizbullah diperintahkan oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi dalam koordinasi penuh dengan Mossad.
Situs Lebanon Al-Nusra dalam sebuah laporan pada hari Rabu (4/8/2021) menulis, "Menurut informasi media yang bocor, peristiwa di Khalde dilakukan di bawah naungan operasi AS-Saudi dan berkoordinasi dengan agen mata-mata Israel, Mossad,".
Situs media Lebanon ini menyinggung kedatangan kapal Zionis di lepas pantai Al-Jahya dan pendaratan sejumlah komando rezim tahun lalu.
Pasukan keamanan Lebanon telah berulang kali mengidentifikasi sejumlah jaringan yang terkait dengan Mossad di Lebanon.
Analis politik surat kabar Al-Akhbar, Hassan Al-Aliq menyebut Riyadh dan Washington berada di balik insiden Khalde.
Sumber-sumber politik Libanon juga mengumumkan hari ini bahwa peristiwa baru-baru ini di wilayah Khalde dirancang untuk memancing Hizbullah dan para pendukungnya ke dalam konflik militer demi menyulut perang saudara di Lebanon.
"Hizbullah tidak akan bisa ditarik ke dalam perang saudara, dan gerakan itu tahu apa yang harus dilakukan," kata Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah.
Beberapa pria bersenjata menembaki peserta acara proses pemakaman anggota Hizbullah Lebanon, Ali Shebli di daerah Khalde, pada Sabtu malam yang menewaskan empat orang dan melukai 10 lainnya.
PM Israel Tuduh Pendahulunya Telah Gagal Melawan Iran
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan kebijakan pemerintahan sebelumnya telah gagal dalam melawan Iran.
“Kabinet sebelumnya telah menyebabkan kelompok-kelompok perlawanan di kawasan menimbun ribuan roket dan rudal,” kata Bennett dalam pertemuan di Knesset, Senin (3/8/2021) malam.
“Kebijakan gagal mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap Iran telah memaksa kabinet baru Israel untuk meningkatkan anggaran militernya, bahkan di masa ekonomi yang sulit,” ujarnya seperti dilansir laman Yedioth Ahronoth.
Perdana menteri rezim Zionis ini mengkritik tindakan kabinet Netanyahu dalam melawan kelompok perlawanan di Lebanon dan Jalur Gaza.
“Dia telah memungkinkan Hizbullah untuk memperkuat rudal presisi dan rudal ini dapat menargetkan titik manapun di wilayah Palestina pendudukan,” kata Bennett.
Ia mengklaim bahwa Iran bergerak maju dengan program nuklirnya dan kami akan melawannya.
Beberapa negara Barat, yang dikomandoi oleh Amerika Serikat dan Israel, menuduh Iran mengejar program nuklir militer, tetapi Tehran dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Iran menekankan bahwa sebagai anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), memiliki hak untuk memperoleh teknologi nuklir untuk kepentingan damai.
Arab Saudi Tingkatkan Tindakan Represif terhadap Aktivis HAM
Amnesty International mengatakan Arab Saudi telah meningkatkan tindakan represif setelah kepemimpinannya di G20 berakhir.
“Saudi meningkatkan tindakan represif terhadap oposan dan aktivis hak asasi manusia sejak awal tahun ini, padahal aksi ini sempat berkurang ketika negara itu memimpin G20 pada 2020,” kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan, Selasa (3/8/2021) seperti dilansir AFP.
Wakil Ketua Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Lynn Maalouf mengatakan setelah perhatian G20 tidak lagi tertuju ke Saudi, para pejabat Riyadh langsung melanjutkan tindakan brutalnya terhadap orang-orang yang berani berbicara bebas atau mengkritik monarki.
Amnesty International mencatat bahwa meskipun hukuman mati berkurang 85 persen tahun lalu, namun sedikitnya 40 orang dieksekusi antara Januari dan Juli 2021, lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Banyak organisasi internasional dan HAM, termasuk Human Rights Watch, berulang kali mengkritik penumpasan kebebasan berekspresi, eksekusi mati serta pemenjaraan demonstran dan aktivis HAM di Arab Saudi.
Menurut mereka, rezim Saudi adalah salah satu pelanggar utama hak asasi manusia di dunia.
Tentara Suriah Tembak Jatuh Drone Mata-Mata
Pertahanan udara Suriah berhasil menembak jatuh sebuah pesawat mata-mata di wilayah utara negara itu.
Televisi Al-Mayadeen melaporkan, pertahanan udara Suriah Senin (2/8/2021) malam menembak jatuh sebuah pesawat mata-mata di dekat daerah Azan di sekitar Aleppo.
Selama beberapa hari terakhir, pertahanan udara Suriah menghadapi target musuh di wilayah udara negara itu.
Pekan lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa sistem pertahanan udara Suriah telah menghancurkan rudal yang ditembakkan oleh jet tempur Israel.
Jet-jet tempur rezim Zionis secara berkala menyerang sasaran di Suriah, tapi kembanyakan berhasil ditangkis oleh Pertahanan Udara Suriah.
Suriah telah berulang kali meminta PBB dan negara-negara Barat untuk mengutuk pelanggaran kedaulatan mereka oleh rezim Zionis, tapi permintaannya diabaikan oleh badan internasional ini dan negara-negara Barat
Warga Palestina di Ramallah Berdemonstrasi Tuntut Abbas Mundur
Warga Palestina berdemonstrasi di Ramallah menuntut pencopotan kepala Otoritas Palestina.
Surat kabar Arab 21 hari Senin (2/8/2021) melaporkan, ratusan warga Palestina pada hari ke-40 peringatan pembunuhan Nizar Banat, seorang aktivis Palestina selama penahanannya oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina, menggelar demonstrasi di kota Ramallah menuntut pencopotan Mahmud Abbas.
Demonstran turun ke jalan Ramallah meneriakkan slogan-slogan menentang Abbas dan memegang plakat mengutuk tindakan represif pasukan keamanan dan menyerukan keadilan dalam kasus Banat.
Selama demonstrasi, pasukan keamanan Palestina mencoba menahan salah satu demonstran, tetapi demonstran lain berhasil mencegahnya.
Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh berjanji untuk mendukung kebebasan berekspresi dan berpendapat pada pertemuan kabinet mingguan di Ramallah.
"Kami menegaskan kembali dukungan untuk kebebasan berekspresi dan berpendapat sesuai dengan Konstitusi, perjanjian internasional dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia," kata Shtayyeh.
"Dalam perjanjian ini, dinyatakan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk mengekspresikan pandangan dan mempublikasikannya secara lisan dan tertulis atau dalam bentuk lain," tegasnya.
Jibril al-Rajoub, anggota komite pusat gerakan Fatah yang diketuai oleh Mahmoud Abbas, dalam konferensi pers hari Senin mengatakan, "Otoritas Palestina menerima tanggung jawab atas pembunuhan Nizar Banat, tetapi apa yang terjadi bukanlah hasil dari keputusan sebelumnya,".
"Saat ini, kasusnya ada di pengadilan militer dan kami meminta keluarga Banat untuk tidak menjadikan kasus ini politis atau internasional," tegasnya.
Dalam sebuah pernyataan, keluarga Banat menentang permintaan Rajoub, dengan menyatakan bahwa kasus syahid Nizar Banat adalah kasus politik dan internasionalisasinya tidak bisa dihindari.
Raja Bahrain Akui Tidak Jalankan Perjanjian Al-Ula
Raja Bahrain mengakui tidak dilaksanakannya Perjanjian Al-Awla tentang Rekonsiliasi antara negara-negara GCC.
Kantor Berita Bahrain, Bana hari Senin (2/8/2021) melaporkan, Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa bertemu dengan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Salman bin Hamad Al Khalifa untuk membahas pentingnya kerja sama antara negara-negara anggota P-GCC demi mewujudkan perjanjian Al-Ula dan stabilitas regional.
Raja Bahrain juga menyerukan dialog media melalui media sosial untuk memperkuat kesatuan tujuan dan nasib bersama semua negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk [Persia] dan menghindari apa pun yang akan merusak tujuan bersama.
Bahrain adalah salah satu dari empat negara yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar bersama dengan Arab Saudi, UEA dan Mesir pada 5 Juni 2017.
Empat negara Arab sejak itu memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, dan membuat banyak tuduhan terhadap Doha serta memblokadenya dari arah darat, laut dan udara.
Doha membantah tuduhan yang dibuat oleh tetangga Arabnya bersama Mesir, dan menuduh mereka berusaha menguasai Qatar dan merebut sumber dayanya.
Januari lalu, setelah empat tahun berselisih, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir mengadakan pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk di kota Saudi Al-Ula, dan mengumumkan berakhirnya perselisihan dengan Doha dan melanjutkan hubungan dengan Qatar.
Meskipun kesepakatan dicapai pada pertemuan Al-Ula, Bahrain dan Qatar telah berselisih mengenai kedaulatan atas beberapa pulau kecil di Teluk Persia selama bertahun-tahun, dan ketegangan antara Manama dan Doha tetap tinggi.