Transformasi Asia Barat, 30 Oktober 2021
(last modified Sat, 30 Oct 2021 11:35:08 GMT )
Okt 30, 2021 18:35 Asia/Jakarta
  • Arab Saudi-Lebanon
    Arab Saudi-Lebanon

Perkembangan di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti Menteri Informasi Lebanon Dukung Yaman, Saudi dan Bahrain Tarik Dubesnya dari Beirut.

Selain itu, masih ada isu lain seperti Menhan Yaman: Koalisi Saudi Tak Punya Pilihan Selain Akui Kalah, Dubes Saudi untuk Lebanon: Samir Geagea Sekutu Utama Kami, Suriah Konfirmasi Serangan Israel dan akan Membalasnya, Bennett Prediksi Israel Runtuh sebelum Yair Lapid Jadi PM, Pejabat Yaman Minta Lebanon tidak Takut dengan Saudi, Menteri Perang Rezim Zionis Kunjungi Arab Saudi, Jihad Islam Palestina: Blokade Gaza Harus Diakhiri ! Nujaba: Irak Bisa Rebut Kedaulatan dari AS Hanya dengan Senjata.

Menteri Lebanon: Ansarullah seperti Hizbullah, sedang Bela Negara

Menteri Informasi Lebanon menyebut Ansarullah Yaman, dan Hizbullah berjuang membela tanah airnya, dan menegaskan bahwa perang delapan tahun di Yaman, adalah agresi militer Koalisi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

George Kurdahi, Selasa (26/10/2021) dengan tegas menyerukan penghentian agresi militer Koalisi Saudi ke Yaman.

George Kurdahi

"Agresi mengerikan ke Yaman yang sudah berlangsung delapan tahun harus dihentikan. Apa yang dilakukan sekarang oleh rakyat Yaman, adalah memperjuangkan hak untuk membela diri, dan saya menganggap bernilai perlawanan rakyat Yaman atas agresi ini," imbuhnya.

Ia menerangkan, Ansarullah Yaman saat ini sedang membela diri dan tanah airnya. Apakah Ansarullah pernah melancarkan agresi ?

Saat ditanya tentang serangan drone Yaman ke Saudi, Kurdahi menjelaskan, "Itu dilakukan untuk membela diri. Anda lihat tingkat kerugian yang diderita Yaman dan rakyatnya. Tidak ada tempat aman bagi mereka, jet-jet tempur Koalisi Saudi terus membombardir mereka."

Ia menegaskan, "Upaya Hizbullah membebaskan wilayah Lebanon, dapat dibandingkan dengan upaya Houthi membela diri dari agresi militer asing."

Arab Saudi Tarik Dubesnya dari Lebanon

Pemerintah Arab Saudi menarik duta besarnya dari Beirut dan meminta duta besar Lebanon untuk meninggalkan Riyadh dalam waktu 48 jam.

Menurut laporan televisi Aljazeera, Jumat (29/10/2021), Arab Saudi juga akan menghentikan semua kegiatan impor dari Lebanon.

Ketegangan ini muncul setelah Menteri Informasi Lebanon George Kordahi dalam sebuah program televisi, mengecam serangan koalisi Saudi ke Yaman dan mendesak dihentikannya agresi tersebut.

Pernyataan Kordahi memicu reaksi keras dari Riyadh dan sekutunya di Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC).

Saudi dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara lain, menyerbu Yaman pada Maret 2015. Agresi ini telah menewaskan puluhan ribu warga Yaman dan menelantarkan jutaan orang lainnya.

Agresi militer Saudi juga menyebabkan Yaman kekurangan makanan dan obat-obatan.

PBB menyebut situasi kemanusiaan di Yaman sebagai bencana besar dan menyatakan Yaman sedang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Mengekor Suadi, Bahrain Usir Dubes Lebanon

Pemerintah Bahrain memberi waktu 48 jam kepada dubes besar Lebanon untuk meninggalkan ibu kota Manama.

Langkah itu mengikuti keputusan Arab Saudi, yang menarik duta besarnya dari Beirut dalam menanggapi statemen Menteri Informasi Lebanon, George Kordahi yang mengkritik serangan koalisi Saudi ke Yaman.

Kordahi, seperti dilansir IRNA, Sabtu (30/10/2021), mengecam agresi Saudi dan mengatakan Gerakan Ansarullah hanya membela diri dari serangan itu selama bertahun-tahun.

"Saya percaya bahwa perang di Yaman adalah perang yang sia-sia dan harus dihentikan. Rakyat Yaman membela diri, haruskah bangsa seperti itu diserang?" tegasnya.

Media-media Saudi menyerang Kordahi habis-habisan dan mengklaim pernyataan tersebut dapat memicu sebuah krisis besar dalam hubungan antara Beirut dan Riyadh.

Menhan Yaman: Koalisi Saudi Tak Punya Pilihan Selain Akui Kalah

Menteri Pertahanan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman, yang merupakan mantan komandan unit rudal negara ini mengatakan, agresi militer ke Yaman secara praktis kalah, dan para agresor harus punya keberanian untuk mengakui kekalahan.

Mohammed Nasser Al Atefi

Brigadir Jenderal Mohammed Nasser Al Atefi, Rabu (27/10/2021) menuturkan, militer dan komite rakyat Yaman, bersama semua penuntut kebebasan di seluruh penjuru Yaman, selama tujuh tahun berhasil meraih berbagai kemenangan besar atas Koalisi Saudi dan pasukan bayarannya.

Kepada surat kabar Al Akhbar, Brigjen Al Atefi menjelaskan, "Berdasarkan konsep militer dan strategi, hari ini kami mengumumkan bahwa agresi internasional terhadap Yaman, gagal, dan Koalisi Saudi tak punya pilihan selain mengakui kekalahan dengan berani."

Ia menegaskan, pembebasan kota Marib sudah dekat, dan tidak lama lagi berkat bantuan Allah Swt, rakyat Yaman dan seluruh penuntut kebebasan di Dunia Islam akan mendapatkan kabar gembira, dan Marib akan kembali ke pangkuan tanah air Yaman. 

Dubes Saudi untuk Lebanon: Samir Geagea Sekutu Utama Kami

Duta Besar Arab Saudi dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat partai politik Lebanon, meminta mereka untuk mendukung kandidat dari Partai Al Quwat Al Lubnaniya pimpinan Samir Geagea dalam pemilu mendatang.

"Waleed Al Bukhari, Dubes Saudi untuk Lebanon, menyambut 'kunci-kunci pemilu' terutama suku-suku Arab, di kediamannya," tulis surat kabar Al Akhbar, Kamis (28/10/2021).

Kunci-kunci pemilu yang dimaksud adalah para pemimpin partai, dan kelompok politik Lebanon yang bertanggung jawab mengarahkan gerbong pemilu, dan meyakinkan para pemilih.

Dalam pertemuan itu, Dubes Saudi meminta para tamu untuk mendukung kandidat Partai Al Quwat Al Lubnaniya pimpinan Samir Geagea.

Ia menegaskan, Ketua Partai Al Quwat Al Lubnaniya, Samir Geagea adalah sekutu utama Saudi, dan Riyadh akan mendukungnya di pemilu mendatang.

Akan tetapi Waleed Al Bukhari tidak menyinggung sekutu lamanya di Lebanon, yaitu Gerakan Al Mustaqbal.

Suriah Konfirmasi Serangan Israel dan akan Membalasnya

Kementerian Luar Negeri Suriah mengonfirmasi serangan rezim Zionis Israel, ke negaranya hari ini, Senin (25/10/2021), dan menegaskan bahwa Suriah berhak, dan punya kekuatan untuk membalas serangan tersebut.

Dikutip kantor berita SANA, sumber di Kemenlu Suriah mengumumkan, "Israel dalam kelanjutan agresi militer berulangnya ke wilayah dan kedaulatan Suriah, Senin dinihari melancarkan serangan baru ke wilayah selatan negara ini."

Sumber itu menambahkan, "Serangan yang dilancarkan setelah proses rekonsiliasi di Daraa, dan pulihnya keamanan serta stabilitas di wilayah ini, namun upaya keras Israel untuk mendukung pion, dan kelompok-kelompok teroris bayarannya, gagal."

"Suriah berhak dan punya kemampuan untuk membalas serangan Israel ini," imbuhnya.

Sebelumnya beberapa media mengabarkan serangan Israel ke sejumlah wilayah di Provinsi Quneitra, Suriah.

Bennett Prediksi Israel Runtuh sebelum Yair Lapid Jadi PM

Perdana Menteri rezim Zionis Israel dalam sebuah pertemuan tertutup membahas kemungkinan runtuhnya pemerintah Israel sebelum sekutu politiknya, Yair Lapid, naik jadi perdana menteri.

PM Israel Naftali Bennett

Naftali Bennett, Jumat (29/10/2021) seperti dikutip Times of Israel, berharap kabinet koalisi Israel sekarang dapat bertahan hingga Agustus 2023 sehingga Yair Lapid bisa menjabat perdana menteri, sesuai kesepakatan koalisi.

Kanal 12 TV Israel melaporkan, Bennett mengatakan, "Prediksi saya, tidak akan terjadi peralihan kekuasaan. Kemungkinan pemerintah Israel akan bubar di tengah proses pengesahan anggaran, dan peralihan kekuasaan, cukup besar."

Kantor PM Israel mengonfirmasi statemen ini, namun mengatakan bahwa Bennett sepenuhnya memegang komitmen terkait kesepakatan peralihan kekuasaan.

Pejabat Yaman Minta Lebanon tidak Takut dengan Saudi

Juru bicara Ansarullah Yaman, Mohammad Abdul Salam mengatakan kebijakan arogan Arab Saudi tidak akan menutupi kegagalan agresi yang memalukan di Yaman.

Dia meminta rakyat Lebanon tidak takut terhadap tindakan rezim Saudi, karena negara itu sudah tidak punya kekuatan yang berarti setelah kalah di Yaman.

"Oleh karena itu, rakyat Lebanon tidak perlu takut terhadap tindakan rezim Saudi," tuturnya seperti dilaporkan televisi Almasirah, Sabtu (30/10/2021).

Pekan lalu, Menteri Informasi Lebanon, George Kordahi mengkritik serangan koalisi Saudi ke Yaman dan mengatakan Ansarullah hanya membela diri dari serangan itu selama bertahun-tahun.

"Saya percaya bahwa perang di Yaman adalah perang yang sia-sia dan harus dihentikan. Rakyat Yaman membela diri, haruskah bangsa seperti itu diserang?" tegasnya.

Pernyataan itu mendorong Arab Saudi untuk menarik duta besarnya dari Beirut dan mengusir duta besar Lebanon. Pemerintah Saudi juga menghentikan semua kegiatan impor dari Lebanon.

Dalam konferensi pers pada hari Rabu di Beirut, Kordahi menegaskan dia tidak akan meminta maaf karena ia tidak menyinggung atau menyerang siapa pun. Kordahi meyakinkan bahwa ia menentang perang sia-sia di Yaman.

Menteri Perang Rezim Zionis Kunjungi Arab Saudi

Media Palestina melaporkan kunjungan menteri perang Israel ke Arab Saudi baru-baru ini.

Benny Gantz

Situs Palestina Al-Youm hari Sabtu (30/10/2021) mengutip sumber-sumber media berbahasa Ibrani melaporkan, Menteri Perang Israel Benny Gantz melakukan perjalanan ke Riyadh untuk menemui beberapa pejabat keamanan rezim Al Saud guna membahas pengembangan hubungan kerja sama bilateral.

Dilaporkan, para pejabat Saudi juga telah menandatangani beberapa perjanjian senilai seratus juta dolar dengan Menteri Perang Israel.

Sebelumnya, Media berbahasa Ibrani, Globes Selasa lalu melaporkan pesawat rezim Zionis mendarat di Bandara Internasional Riyadh untuk pertama kalinya.

Globes juga baru-baru ini melaporkan bahwa beberapa perusahaan Saudi telah menandatangani kontrak dengan rezim Zionis melalui Bahrain dan UEA.

Situs berbahasa Ibrani Walla memberitakan, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu dengan Mohammed bin Salman di Riyadh pada 27 September untuk membahas normalisasi hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv.

Menteri luar negeri Saudi juga baru-baru ini mengklaim Israel telah berkontribusi terhadap stabilitas dan perdamaian di kawasan.

Jihad Islam Palestina: Blokade Gaza Harus Diakhiri !

Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam menekankan urgensi segera diakhirinya blokade Gaza dan pembebasan tahanan Palestina.

Ziyad al-Nakhala, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina hari Selasa (26/10/2021) mengatakan, "Blokade Gaza adalah kejahatan dan perang yang tidak setara terhadap rakyat Palestina yang harus diakhiri tanpa konsesi atau mundur dari perlawanan,".

Ziyad al-Nakhala

Al-Nakhala menyerukan perlunya rekonstruksi Gaza setelah agresi Israel, dengan mengatakan bahwa membangun kembali Gaza adalah tanggung jawab semua negara yang tetap diam dalam menghadapi blokade Gaza.

Jalur Gaza berada di bawah pengepungan darat, udara dan laut Israel sejak 2006, dan penduduknya menghadapi banyak masalah.

Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina melanjutkan pidatonya dengan menekankan dukungan kuat gerakan tersebut untuk para tahanan Palestina dan menambahkan, "Perang dengan rezim Zionis mengenai pembebasan tahanan Palestina belum berhenti dan pembebasan mereka akan terus berlanjut."

Baru-baru ini, 150 tahanan Jihad Islam yang mendekam di penjara Israel melakukan aksi mogok makan untuk memprotes tindakan represif sipir penjara dan aparat intelijen rezim Zionis.

Nujaba: Irak Bisa Rebut Kedaulatan dari AS Hanya dengan Senjata

Sekretaris Jenderal Al Nujaba mengatakan keputusan rakyat Irak untuk merebut kedaulatannya hanya bisa dilakukan dengan senjata, karena hanya dengan itulah mereka bisa menyelamatkan Irak dari penjajah.

Akram Al Kaabi, Kamis (28/10/2021) di akun Twitternya mengecam berlanjutnya kehadiran Amerika Serikat di Irak.

Ia menegaskan, pemerintah AS tetap saja menghadapi keputusan rakyat Irak, dan demonstrasi jutaan orang untuk mengusir pasukan asing dari neagranya, dengan pemaksaan, arogansi dan pelecehan.

Menurut Akram Al Kaabi, meski pemerintah Irak sudah mengumumkan batas waktu penarikan pasukan asing akhir Desember 2021 namun hal semacam ini tidak akan tercapai.

"Informasi yang kami terima menunjukkan pasukan AS, memasuki Irak melalui jalur-jalur tidak resmi, oleh karena itu mereka sekarang memindahkan sebagian pasukannya ke Irak, dengan metode lama," pungkasnya.

 

Tags