Berbagai Aspek Mundurnya UEA dari Marib dan Shabwah di Yaman
Setelah langkah dan ancaman Yaman terhadap Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi dilaporkan menarik pasukannya dari Provinsi Shabwah dan Marib di Yaman.
Awal tahun baru 2022 ditandai dengan eskalasi tensi dan konfrontasi antara Yaman dan Uni Emirat Arab beserta anasir bayarannya di Yaman. Setelah penyitaan kapal yang membawa senjata UEA di perairan Yaman dan serangan Yaman ke Abu Dhabi, pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman memperingatkan Uni Emirat Arab bahwa jika pengobaran perang terhadap Yaman terus berlanjut, maka Expo 2020 Dubai akan menjadi terget berikutnya. Ancaman Yaman ini efektif dan UEA menginstruksikan penarikan anasir al-Amalika yang berafiliasi dengan negara ini dari Marib dan Shabwah.
Tindakan UEA ini memiliki pesan yang beragam. Salah satu aspeknya adalah bahwa UEA telah menanggapi secara serius peringatan dari Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman. Faktanya, UEA memiliki kesimpulan bahwa setiap kali Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman mengancam untuk melakukan sesuatu, itu pasti dilakukan. Karena itu, UEA lebih memilih untuk mundur dan tidak menguji pasukan Yaman.
Aspek lain adalah bahwa pemerintah UEA telah mempertimbangkan dan mengakui kemampuan pertahanan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman. Kemampuan ini ditunjukkan oleh serangan Yaman ke Abu Dhabi, serta serangan ke kedalaman wilayah di Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir.
Aspek lainnya dari penarikan pasukan UEA adalah pengakuan atas kekalahan di strategi militer. UEA memindahkan pasukannya dari al-Hudaydah ke Shabwah dengan harapan meraih sejumlah prestasi militer bersama Arab Saudi di provinsi ini, tapi kini Abu Dhabi mengakui kesalahan langkah tersebut dan kegagalannya.
Ibrahim al-Dailami, dubes Yaman di Tehran terkait hal ini mengatakan, "Negara-negara agresor ke Yaman berusaha meraih prestasi militer di darat; Oleh karena itu, mereka mengirim anasir bayarannya ke al-Hudaydah dan Shabwah, tapi mereka menanggung kekalahan dengan penarikan ini."
Aspek lain yang juga sangat penting adalah kesadaran pemerintah Uni Emirat Arab akan kerentanan internalnya. UEA sebuah negara kecil yang menetapkan kebijakan luar negerinya berdasarkan kemampuan ekonomi. Faktanya, kemampuan ekonomi juga menjadi dasar dari keamanan UEA, karena mampu meningkatkan pengaruhnya di kawasan dengan ekonomi yang kuat. Namun, ekonomi UEA pada dasarnya didasarkan pada keamanan dan stabilitas. Penargetan Dubai Expo 2020 merupakan pukulan telak bagi ekonomi UEA.
Oleh karena itu, pemerintah Abu Dhabi lebih memilih mundur untuk memastikan investasi dan keamanan ekonomi di negara tersebut. Abdul Bari Atwan, pemimpin redaksi surat kabar Rai Al-Youm dan seorang analis terkenal di dunia Arab, menulis: "Uni Ermirat Arab dengan menginstruksikan penarikan anasir al-Amalika sejatinya telah membeli keamanan dan stabilitasnya. Serangan rudal dan drone Ansarullah menunjukkan bahwa harga yang harus dibayar UEA untuk terlibat di medan perang di Provinsi Shabwa dan Ma'rib sangat tinggi untuk negara ini."
Salah satu aspek lain dari langkah UEA ini adalah keputusasaan Abu Dhabi atas sistem Amerika yang mahal. UEA termasuk negara Arab mengeluarkan biaya besar untuk mengimpor senjata. Perang Yaman menunjukkan bahwa senjata yang dibeli UEA dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, dalam prakteknya tidak memberi keamanan bagi dirinya, karena sistem anti-udara Amerika yang mahal di UEA dan rudal-rudal canggihnya tidak mampu melawan rudal dan drone Yaman. Oleh karena itu, ini salah satu alasan yang mendorong UEA lebih memilih untuk mundur dari dua provinsi di bawah kontrol Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman, yakni Ma'rib dan Shabwah untuk meraih keamanan yang lebih besar. (MF)