Transformasi Asia Barat, 16 April 2022
-
Komplesk Masjid al-Aqsa dan Kubah Shakhrah.
Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu di antaranya adalah serangan brutal pasukan rezim Zionis Israel ke Kompleks Masjid al-Aqsa dan penangkapan ratusan warga Palestina.
Jihad Islam Palestina dalam sebuah pernyataan menegaskan bahwa serangan dan kekerasan terhadap jemaah salat Palestina di Kompleks Masjid al-Aqsa adalah sebuah kejahatan.
Pasukan rezim Zionis Israel menyerang jemaah salat Palestina di halaman Masjid l-Aqsa pada Jumat (15/4/2022) pagi, dan menyebabkan sejumlah besar jemaah terluka.
Menurut sumber Palestina, jumlah korban terluka telah meningkat menjadi lebih dari 150 orang dan 400 orang juga ditangkap pasukan Zionis. Insiden ini terjadi setelah pasukan Zionis memasuki Masjid al-Aqsa secara ilegal dan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah warga Palestina yang berusaha menghadang mereka.
Menurut Kantor Berita Safa, Gerakan Jihad Islam pada hari Jumat (15/4/2022) mengutuk serangan tentara rezim Zionis di Masjid l-Aqaa dan memperingatkan rezim ilegal ini bahwa jika agresi ini tidak dihentikan, maka konfrontasi akan sangat dekat dan sulit.
"Penyerangan terhadap jemaah salat di Masjid al-Aqsa adalah kejahatan agresif. Konsekuensi dan dampak dari agresi ini berada di bawah tanggung jawab penuh rezim penjajah, Zionis," tegas Jihad Islam Palestina.
Gerakan itu menambahkan, serangan terhadap jemaah salat adalah upaya yang gagal oleh rezim Zionis pendudukan untuk mengosongkan Masjid al-Aqsa dengan tujuan menodai tempat suci ini melalui para pemukim teroris.
Jihad Islam Palestina menegaskan, musuh akan menyadari bahwa api yang dia nyalakan dengan kebencian butanya akan kembali ke dirinya sendiri dan membakarnya.
"Selama rezim penjajah, Zionis tidak meninggalkan Masjid al-Aqsa dan menghentikan agresinya terhadap rakyat Palestina, maka konfrontasi kita dengan rezim ini akan sangat lebih dekat dan lebih sulit daripada yang diperkirakan," pungkasnya.
Sementara itu, Saleh al-Arouri, Wakil Kepala Biro Politik Hamas mengatakan bahwa setiap gangguan oleh penjajah penjajah (Israel) di Masjid al-Aqsa akan menciptakan ledakan situasi tidak hanya di Palestina, tetapi juga di seluruh kawasan dan dunia.

Hamas Uji Coba Empat Rudal Barunya
Di tengah konflik dan bentrokan di wilayah Palestina pendudukan (Israel), Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dilaporkan melakukan uji coba rudal.
Sejak awal bulan suci Ramadan, rezim Zionis Israel meningkatkan tekanan dan kejahatannya terhadap warga Palestina.
Kejahatan ini telah menyebabkan peningkatan perlawanan rakyat Palestina. Mereka melancarkan operasi-operasi mati syahid sebagai respons atas kejahatan Israel.
Di tengah ketegangan tersebut, Pusat Informasi Palestina melaporkan bahwa Hamas telah melakukan uji coba rudal pada hari Kamis (14/4/2022).
Gerakan perlawanan ini menembakkan empat rudal baru di perairan Jalur Gaza untuk memperkuat kemampuan militernya dan meningkatkan akurasi rudalnya.
Zahir Jabarin, anggota Biro Politik Hamas, pada hari Selasa menyerukan persatuan kelompok-kelompok Palestina untuk melawan agenda Zionis yang ingin menyerbu Kompleks Masjid al-Aqsa pada bulan suci Ramadan.
"Kelompok-kelompok perlawanan telah menyiapkan kekuatan dan peralatannya untuk menghadapi musuh, dan karena kuatnya, mereka mampu berperang selama enam bulan berturut-turut," tegasnya.
Kelompok-kelompok perlawanan Palestina dalam pernyataannya telah berulang kali menegaskan bahwa perang melawan rezim pendudukan di al-Quds terbuka dan menyeluruh di seluruh Palestina.
"Mesin-mesin penindasan dan kejahatan Israel tidak dapat melemahkan tekad rakyat Palestina untuk bergerak ke arah perlawanan sebagai satu-satunya pilihan untuk meraih kemerdekaan," tegas penyataan kelompok-kelompok perlawanan Palestina.

Sejak Awal April, Rezim Zionis Tangkap Ratusan Warga Palestina
Komite Perlindungan Tahanan Palestina mengumumkan bahwa lebih dari 200 warga Palestina telah ditahan oleh pasukan rezim Zionis Israel sejak awal April 2022.
Pasukan rezim Ziois melakukan operasi penyerangan hampir setiap hari di berbagai wilayah Palestina. Mereka menangkap, menganiaya, memenjarakan dan membunuh warga Palestina. Langkah ini bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan ilegal mereka.
Menurut Paltoday, Komite Perlindungan Tahanan Palestina mengeluarkan sebuah pernyataan pada hari ini, Kamis, (14/4/2022) bahwa kebanyakan warga Palestina itu ditangkap selama enam hari terakhir pada bulan suci Ramadan.
"Pasukan Zionis telah menahan banyak warga Palestina di al-Quds yang diduduki, dan di kota Jenin. Di antara warga yang ditangkap terdapat banyak nama-nama keluarga tahanan dan keluarga syuhada Palestina," tambah pernyataan itu.
Komite Perlindungan Tahanan Palestina juga melaporkan bahwa sejumlah besar warga Palestina yang ditahan telah menjadi sasaran siksaan paling kejam setelah mereka dipindahkan ke penjara-penjara Israel.
Setelah operasi mati syahid oleh warga Palestina meningkat, sumber-sumber Zionis menyebutkan bahwa sejak tahun 2022, jumlah warga Palestina yang ditahan telah melampaui angka 1.100 orang.
Kelompok-kelompok perlawanan Palestina dalam pernyataannya telah berulang kali menegaskan bahwa perang melawan rezim pendudukan di al-Quds terbuka dan menyeluruh di seluruh Palestina.
"Mesin-mesin penindasan dan kejahatan Israel tidak dapat melemahkan tekad rakyat Palestina untuk bergerak ke arah perlawanan sebagai satu-satunya pilihan untuk meraih kemerdekaan," tegasnya.

Kabinet Zionis Terancam Bubar, Bennett Ketar-Ketir
Perdana Menteri Rezim Zionis, Naftali Bennett mengerahkan segenap cara untuk mencegah supaya kabinetnya tidak bubar, dan menyalahkan perwakilan partai dari koalisi kabinetnya yang mengundurkan diri sebagai penyebabnya.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett hari Rabu (13/4/2022) mengklaim bahwa dua anggota oposisi di kabinetnya berada di bawah tekanan kuat dari oposisi sayap kanan yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu untuk merusak keberlanjutan kabinetnya
Sami Abu Shahad, kepala Koalisi Gabungan Partai Arab di Knesset Israel telah mengumumkan akan menggulingkan kabinet Naftali Bennett setelah masa libur di Knesset.
Menurut Al-Sharq Al-Awsat hari Rabu, Perdana Menteri Israel Naftali Bennettmenyatakan bahwa dia tidak setuju atau menolak tawaran apa pun untuk bergabung dengan kabinet maupun koalisi.
Bennett juga mengesampingkan pemilihan awal, menekankan bahwa kabinetnya akan terus bekerja. Abu Shahad mengatakan koalisi gabungan tidak akan memilih Benjamin Netanyahu, dan pemilu awal harus diadakan di Israel.
Jajak pendapat di Wilayah Pendudukan juga menunjukkan bahwa koalisi saat ini dipimpin Bennett akan kehilangan seperlima dari kekuatannya dalam pemilu, olek karena itulah Bennett sedang mencoba menyelamatkan kabinetnya.
Sementara itu, ketika oposisi sayap kanan yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha untuk menggulingkan kabinet Bennett dan selanjutnya memisahkan partai-partai dari koalisi Bennett, koalisi gabungan partai-partai Arab di Knesset mengupayakan mosi tidak percaya pada Bennett. yang bisa mengarah pada penggulingan kabinet rezim Zionis saat ini.

Nasrullah: Ilusi Zionis, Bisa Hentikan Perjuangan Palestina !
Sekretaris Jenderal gerakan Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah mengatakan bahwa rakyat Palestina tidak akan kalah dalam perjuangan mereka.
Televisi Al-Mayadeen melaporkan, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah menyampaikan pidato mengenai dinamika regional Senin (11/4/2022) malam, dengan mengatakan, "Jika kalian [Zionis] mengira rakyat Palestina putus asa, dan tindakan pengkhianatan resmi orang-orang Arab akan menyebabkan pemuda Palestina mundur, maka itu hanya sekedar ilusi belaka,".
"Peristiwa yang terjadi di Palestina akan memiliki konsekuensi besar dalam perang melawan agresr dan masa depan rezim Zionis," ujar Nasrullah.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menunjukkan bukti lain dari kemenangan front perlawanan menghadapi Israel pada perang tahun 1996.
"Pasukan perlawananlah yang berhasil memaksa musuh supaya tidak melakukan serangan terhadap warga sipil," tegasnya.
Di bagian lain dari pidatonya, Sayid Hassan Nasrullah menyinggung peringatan Hari Quds Internasional dan menyerukan kepada orang-orang Lebanon dan dunia Islam untuk berpartisipasi secara luas dalam kegiatan tersebut.
Dia juga mengumumkan digelarnya pertemuan Festival Rakyat Besar pada momentum Hari Quds Internasional di Kompleks Sayyid al-Shuhada di wilayah selatan Beirut, dan menyatakan harapan bahwa setiap orang dapat menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan dukungan dan persetujuan penuh mereka terhadap Rakyat Palestina di Hari Quds Internasional.

Militer Suriah Tangkis Serangan Rudal Rezim Zionis
Pertahanan udara angkatan bersenjata Suriah berhasil menangkis serangan rudal rezim Zionis di provinsi Hama yang terletak di wilayah barat negara ini.
Kantor berita resmi Suriah, SANA melaporkan bahwa pertahanan udara militer Suriah Sabtu (9/4/2022) berhasil mencegat dan menghancurkan beberapa rudal di zona udara Masyaf.
Menurut Sanaa, rezim Zionis melakukan serangan dari wilayah utara Lebanon.
Jet-jet tempur rezim Zionis secara berkala melancarkan serangan rudal ke sasaran di Suriah dengan menggunakan wilayah udara Lebanon atau melalui Dataran Tinggi Golan yang didudukinya.
Pasukan penjaga perdamaian PBB yang berbasis di Lebanon telah berulang kali melaporkan bahwa rezim Zionis melanggar resolusi PBB dan wilayah udara Lebanon.
Kementerian Luar Negeri Suriah baru-baru ini mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan rezim Zionis di Suriah, dan mengatakan bahwa Damaskus akan menggunakan semua cara yang sah untuk menanggapi agresi rezim Zionis.
Krisis di Suriah dimulai pada tahun 2011 dengan serangan besar-besaran oleh kelompok teroris yang didukung oleh Arab Saudi, Amerika Serikat dan sekutu mereka demi mengubah perimbangan kekuatan regional demi kepentingan rezim Zionis.
Tentara Suriah, dengan bantuan penasihat Republik Islam Iran dan dukungan Rusia mampu mengalahkan kelompok teroris Daesh di negaranya.
Israel sangat prihatin dengan kekalahan total teroris di Suriah, dan berupaya untuk meghidupkannya kembali dengan berbagai cara, termasuk menyerang Suriah.

Kecam Operasi Tel Aviv, Hamas Desak Turki Minta Maaf
erakan perlawanan Islam Palestina, Hamas memprotes sikap Turki dan Bahrain yang mengecam operasi mati syahid pejuang Palestina, di Tel Aviv, dan mendesak keduanya meminta maaf.
Dikutip situs www.ahvalnews.com, Sabtu (9/4/2022), sikap Turki mengecam operasi mati syahid di Tel Aviv yang menyebabkan tiga Zionis tewas, dan 15 lainnya terluka, mendapat reaksi keras dari Hamas.
Hazem Qassem, Juru bicara Hamas mengutuk sikap Turki dan Bahrain, dan mengatakan, "Serangan ini adalah langkah perlawanan oleh rakyat Palestina, yang dijamin oleh seluruh aturan internasional."
Menurut Hamas, operasi martir di Tel Aviv adalah balasan legal atas peningkatan kejahatan penjajah atas rakyat, tanah air Palestina, Baitul Maqdis, dan Masjid Al Aqsa.
"Kami membantah dan mengutuk kecaman-kecaman yang bersama-sama dengan penjajahan serta kejahatannya, menyerang rakyat tertindas kami," tegas Hamas.
Hamas menambahkan, "Rezim Turki dan Bahrain harus lebih sejalan dengan sikap rakyatnya yang mendukung Palestina, rakyat Palestina, dan perlawanan mereka. Kami mendesak negara-negara ini yang telah mengecam operasi Tel Aviv untuk meminta maaf kepada rakyat Palestina."
Sebelumnya Kedutaan Besar Turki di Tel Aviv mengumumkan, "Kami mengecam serangan teror tanggal 7 April malam di Tel Aviv. Kami mengkhawatirkan meningkatnya serangan-serangan semacam ini."

Krisis Bahan Bakar di Yaman Mulai Berkurang
Juru bicara Perusahaan Minyak Nasional Yaman mengumumkan, setelah dua tahun diblokade total, krisis bahan bakar di negara ini mulai berkurang.
Issam Al Mutawakil, Minggu (10/4/2022) seperti dikutip stasiun televisi Al Masirah mengatakan, "Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Perusahaan Minyak Nasional Yaman, stabilitas pasokan di wilayah-wilayah yang dibebaskan, sudah mulai terlihat."
Ia menambahkan, "Kondisi stabil dalam pasokan minyak ini terjadi setelah dua tahun mengalami krisis berat akibat perompakan yang dilakukan Koalisi Arab Saudi, terhadap kapal-kapal bahan bakar Yaman."
Menurut Issam Al Mutawakil, harga 20 liter bensin dari bahan bakar yang masuk ke pelabuhan Al Hudaydah, dipatok 12.600 riyal Yaman atau setara dengan 50 dolar Amerika.
Baru-baru ini sesuai kesepakatan gencatan senjata, sejumlah kapal tanker masuk ke pelabuhan Al Hudaydah yang dikontrol pasukan Ansarullah.
Sebagian besar bahan bakar yang masuk ke Yaman, dikonsumsi oleh masyarakat di provinsi-provinsi yang dikuasai Ansarullah, karena kepadatan penduduk di wilayah-wilayah itu.

Mengapa Dubes Arab Saudi Kembali ke Lebanon?
Setelah enam bulan berlalu dari penarikannya, Duta Besar Arab Saudi Walid al-Bukhari kembali ke Beirut, ibu kota Lebanon. Kebijakan ini menimbulkan tanda tanya publik. Mengapa Arab Saudi menempatkan kembali Dubesnya di Beirut?
Lebanon telah menyaksikan ketidakstabilan yang terus-menerus sejak November 2019. Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengundurkan diri pada November 2019. Pemerintahan PM Hassan Diab juga hanya berlangsung selama tujuh bulan.
Periode kemajuan urusan PM Diab berlangsung 13 bulan, dan akhirnya pada September 2021, kabinet Lebanon baru dan sementara dibentuk dengan kepemimpinan Najib Mikati.
Ketika Lebanon diharapkan akan bergerak menuju stabilitas politik dan melewati periode ketidakstabilan, Arab Saudi tiba-tiba menciptakan krisis baru bagi Lebanon dengan intervensi terbuka dan tekanan habis-habisan dengan bantuan beberapa negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia.
Pada Oktober tahun lalu, beberapa minggu setelah pembentukan pemerintahan Najib Mikati, publikasi pernyataan Menteri Informasi Lebanon George Kordahi tentang perang di Yaman memperburuk hubungan Lebanon dengan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia.
Satu bulan sebelum dicalonkan sebagai Menteri Informasi, Kordahi menyebut perang Yaman sebagai perang yang sia-sia, dan mengatakan bahwa Ansarulah berhak untuk membela diri. Pernyataan ini membuat marah Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya.
Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Kuwait menarik duta-duta besarnya dari Lebanon dan mengusir duta besar Lebanon dari negara mereka. Pendekatan ini menyebabkan babak baru perselisihan politik dan ketidakstabilan di Lebanon, yang akhirnya berakhir dengan pengunduran diri George Kordahi.
Setelah pengunduran diri Kordahi, Arab Saudi dan tiga negara Arab lainnya menolak untuk menempatkan kembali duta-duta besar mereka ke Lebanon. Mereka juga berusaha untuk melemahkan posisi Hizbullah di Lebanon, namun gagal.
Pada Januari lalu, dalam kunjungannya ke Lebanon, Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Ahmad Nasser al-Mohammad Al-Sabah mengusulkan rencana untuk memulihkan hubungan negara-negara Arab dengan Lebanon.
Rencana Kuwait ini termasuk membangun kepercayaan antara Lebanon dan empat negara Arab lainnya, yang akhirnya diterima oleh pemerintah Beirut. Sekitar tiga bulan setelah upaya tersebut, Dubes Arab Saudi Walid al-Bukhari kembali ke Beirut.
Kembalinya Dubes Arab Saudi ke Beirut adalah langkah pertama Riyadh untuk mengurangi ketegangan dalam kebijakan luar negerinya. Para penguasa Arab Saudi telah sampai pada kesimpulan bahwa kebijakan campur tangan dalam urusan internal negara-negara Arab lainnya tidak akan memiliki hasil yang konstruktif dan hanya akan memperburuk hubungan Arab Saudi dengan negara-negara tersebut.
Di sisi lain, ketegangan yang tinggi dalam kebijakan luar negeri akan memakan banyak biaya di dalam Arab Saudi. Dengan demikian, menyelesaikan ketegangan dengan Qatar, mengurangi ketegangan dengan Iran, dan mengurangi tingkat krisis di Yaman menjadi agenda Riyadh. Kembalinya Dubes Arab Saudi ke Beirut juga sejalan dengan kebijakan baru Riyadh.
Pada dasarnya, Arab Saudi tidak berniat melepaskan Lebanon, tetapi berusaha mempertahankan atau memperkuat pengaruhnya di negara ini. Penarikan Dubes dari Beirut tidak akan mencapai tujuan tersebut. Kehadiran Dubes Arab Saudi di Beirut dan kontaknya dengan para tokoh dan pejabat Lebanon dapat membuka jalan bagi perluasan hubungan antar kedua negara, serta mempertahankan pengaruh Arab Saudi di Lebanon.
Terkait hal ini, Walid al-Bukhari, dalam langkah pertamanya setelah kembali ke Beirut, menjalin kontak telepon dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan mengundangnya untuk berbuka puasa.
Menurut sebuah pernyataan dari Kantor PM Lebanon, Dubes Arab Saudi memuji Najib Mikati atas upayanya untuk mendukung negaranya pada masa-masa sulit dan juga untuk memulihkan hubungan dengan Arab Saudi menjadi normal.
Walid al-Bukhari menyebut percakapan telepon dengan Najib Mikati sebagai kesempatan untuk memperdalam hubungan dengan Lebanon. Dia juga mengapresiasi dukungan PM Lebanon atas upaya Arab Saudi.
Selain itu, al-Bukhari menyebut kembalinya dubes-dubes negara-negara Arab ke Beirut sebagai mukadimah untuk memulihkan secara penuh hubungan mereka dengan Beirut.

Al Hashd Al Shaabi Gagalkan Serangan Teroris Daesh di Kirkuk
Pasukan relawan rakyat Irak, Al Hashd Al Shaabi menggagalkan serangan teroris Daesh di Kirkuk.
Irak mendeklarasikan kemenangan atas kelompok teroris Daesh pada tahun 2017 setelah tiga tahun pertempuran. Tetapi sisa-sisa elemen kelompok teroris masih tersebar di beberapa wilayah di provinsi Diyala, Kirkuk, Nineveh, Salahuddin, Al-Anbar dan Baghdad.
Pasukan Al Hashd Al Shaabi ari Kamis (14/4/2022) menggagalkan serangan teroris Daesh di barat daya Kirkuk.
Al Hashd Al Shaabi mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa milisi teroris Daesh menyerang salah satu pos pemeriksaan brigade ke-16 di sekitar desa Bashir, barat daya Kirkuk.
Pasukan Al Hashd Al Shaabi saat ini sedang melanjutkan penyelidikan untuk mengidentifikasi tempat persembunyian teroris Daesh
Pasukan keamanan Irak, bersama dengan Al Hashd Al Shaabi melakukan operasi anti-teroris untuk menumpas sisa-sisa kelompok teroris Daesh di berbagai bagian Irak.

Menlu dan Menhan Turki akan Kunjungi Rezim Zionis
Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Turki akan melakukan perjalanan ke wilayah pendudukan Palestina pada akhir April.
Turki mengakui rezim Zionis pada tahun 1949, dan sejak itu terjalin hubungan ekonomi dan militer yang erat.
Harian Turki, Hurriyet hari Rabu (13/4/2022) melaporkan rencana kunjungan menteri luar negeri dan pertahanan Turki ke Palestina Pendudukan.
"Kami akan melakukan perjalanan ke Israel, karena ada perkembangan penting dalam hubungan bilateral," kata Menlu Turki, Mevlüt Çavuşoğlu dilansir koran Hurriyet hari ini.
Awalnya, kunjungan Menteri Luar Negeri Turki dijadwalkan akan dilakukan pada 3 April lalu, tapi mengalami perubahan tanggal.
Kunjungan Menlu Turki ke wilayah Palestina Pendudukan akan didampingi oleh Menteri Pertahanan, Hulusi Akar.
Pada Maret lalu, Presiden Rezim Zionis Isaac Herzog melakukan kunjungan resmi ke Turki atas undangan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Media Turki melaporkan, kunjungan Herzog ke Ankara untuk membahas semua aspek hubungan antara Turki dan rezim Zionis.
Menurut pejabat Ankara, kedua pihak berupaya memperluas hubungan dan kerja sama di tingkat bilateral dan regional.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan percakapan telepon yang jarang terjadi dengan Perdana Menteri Rezim Zionis, Naftali Bennett. (RA)