Hubungan Kekuasaan di UEA setelah Kematian Khalifa bin Zayed
Mantan presiden Uni Emirat Arab (UEA) Khalifa bin Zayed Al Nahyan, 73 tahun dan penguasa Abu Dhabi meninggal pada hari Jumat (13/5/2022) dan digantikan adiknya, Mohammad bin Zayed.
Uni Emirat Arab meraih kemerdekaan pada tahun 1971. Negara ini pada 51 tahun lalu hanya memiliki dua penguasa. Zayed bin Sultan Al Nahyan, merupakan presiden pertama UEA setelah kemerdekaan negara ini dan ia digantikan putranya, Khalifa bin Zayed Al Nahyan pada tahun 2004. Meski Khalifa sampai saat ini memerintah UEA, tapi secara praktis kekuasaannya hanya berlangsung selama 10 tahun, karena ia pada tahun 2014 mengalami stroke dan tidak lagi mampu memainkan peran penting di negara Teluk Persia ini. Oleh karena itu, urusan negara dijalankan oleh adiknya, Mohammad bin Zayed yang menjadi putra mahkota.
Meski era pertumbuhan ekonomi UEA dimulai sejak dekade 1990 di era pemerintahan Zayed bin Sultan, tapi proses pertumbuhan ekonomi negara ini berlanjut di masa pemerintahan Sheikh Khalifa bin Zayed. Kebijakan luar negeri intervensionis dan ambisius UEA di kawasan juga di mulai di masa Khalifa bin Zayed.
Dengan kematian Sheikh Khalifa bin Zayed, Dewan Tinggi Persatuan di Abu Dhabi menggelar pertemuan dan mengangkat secara resmi Mohammad bin Zayed, 61 tahun sebagai pemimpin baru. Dewan Tinggi Persatuan adalah badan legislatif dan eksekutif tertinggi di UEA, dengan tujuh emir dari masing-masing emirat, dan ketujuh anggota dengan suara bulat memilih Muhammad bin Zayed sebagai presiden ketiga UEA. Muhammad bin Zayed telah menjadi penguasa de facto UEA sejak 2014, dan Sheikh Khalifa bin Zayed di luarnya memegang jabatan tersebut. Muhammad bin Zayed adalah saudara tiri Khalifah bin Zayed.
Mohammad bin Zayed aktif sebagai perwira di Garda Istana, pilot di Angkatan Udara UEA, komandan angkatan udara dan pertahanan udara UEA serta deputi kepala staf angkatan bersenjata negara ini. Ia dipilih sebagai wakil panglima angkatan bersenjata UEA pada tahun 2005 dan kemudian dia dipromosikan menjadi jenderal.
Dengan kematian Sheikh Khalifa bin Zayed dan terpilihnya Mohammad bin Zayed sebagai presiden baru, posisi putra mahkota UEA kosong. Mengingat Mohammad bin Zayed adalah saudara tiri Khalifa bin Zayed, sepertinya putra mahkota negara ini akan dipegang saudara tiri Mohammad bin Zayed. Dengan demikian, berbagai analisa menunjukkan bahwa ada tiga opsi bagi pemegang posisi putra mahkota. Abdullah bin Zayed yang saat ini menjabat sebagai menlu UEA, dan merupakan sosok terkenal di dunia internasional serta yang menandantangani kesekatan Abraham dengan rezim Zionis Israel. Ia juga tokoh UEA yang paling terkenal di dunia dan memiliku peluang paling besar menduduki posisi putra mahkota UEA.
Tahnoun bin Zayed Al Nahyan, sosok di balik layar UEA. Ia dikenal sebagai sosok terkuat kedua UEA setelah Mohammad bin Zayed dan mengepalai sebuah kartel ekonomi besar serta memainkan peran keamanan yang besar pula. Ia memiliki peluang terbesar kedua setelah Abdullah bin Zayed untuk menempati kursi putra mahkota.
Mansur bin Zayed yang saat ini menjadi pemiluk Klub Manchester City, Inggris adalah sosok lain yang memiilki peluang menduduki posisi putra mahkota. Mansour bin Zayed saat ini menjabat wakil perdana menteri dan secara praktis ia yang biasanya mengelola dewan menteri. Kartu trufnya adalah ia menantu Mohammad bin Rashid, penguasa Dubai dan ia juga didukung oleh keluarga Al Maktoum.
Poin terakhir adalah transformasi delapan tahun terarkhir UEA yang secara praktis dipimpin oleh Mohammad bin Zayed menunjukkan bahwa presiden baru UEA masih memperioritaskan pengembangan ekonomi dan di bidang kebijakan luar negeri, selain menindaklanjuti rencana ambisius seperti menguatkan posisi regional, juga condong ke arah pendekatan seperti melanjutkan pengembangan hubungan dengan rezim penjajah al-Quds (Israel). (MF)