Siapa Pemenang Sejati Perang Tiga Hari Gaza ?
-
Anak-anak, Korban Brutalitas Israel ke Gaza
Rezim Zionis Israel di kebijakan propagandanya, kali ini bermanuver bahwa Hamas di perang tiga hari terakhir di Gaza tidak bersama Jihad Islam Palestina.
Tapi fakta yang sengaja diabaikan rezim ini adalah Jihad Islam Palestina sendirian mampu meraih kekuatan defensif, dan jika sebelumnya gencatan senjata diberlakukan dengan faksi muqawama pimpinan Hamas, tapi di perang terbaru Jihad Islam Palestina sendirian mampu meraih posisi seperti ini. Dari sudut pandang ini, hasil perang tiga hari berbeda dengan apa yang diumumkan atau dipropagadakan, tidak banyak menguntungkan Tel Aviv, khususnya gerakan ini mampu memaksa Israel membebaskan Khalil Awawdeh, salah satu pemimpin senior mereka.

Yang terpenting adalah wajah sejati Yair Lapid, perdana menteri Israel semakin jelas di mata publik dunia. sebelumnya Lapid, mengingat dirinya tidak memiliki catatan militer dan aktifitasnya di bidang media dan jurnalis, yang tersebar di opini publik adalah ia seakan-akan berbeda dengan tokoh sayap kanan, tapi selama perang ini semakin jelas bahwa ia bukan saja tidak berbeda dengan Benjamin Netanyahu dan tokoh sayap kanan lainnya, bahkan bisa jadi lebih buruk dari mereka, karena perang tiga hari Gaza kali ini dilancarkan atas instruksi langsung dirinya. Perang yang merenggut nyawa 45 orang termasuk 15 anak-anak serta menciderai lebih dari 360 orang lainnya, di mana mayoritas korban terluka adalah anak-anak. Selain itu, lebih dari seribu unit rumah hancur dan penghuninyak ini tunawisma.
Mengingat bahwa di Gaza yang memiliki luas sekitar 350 km persegi dihuni oleh 2,5 juta orang, dan mengingat laju pertumbuhan penduduk kawasan ini yang tinggi serta mayoritasnya adalah anak-anak dan remaka, oleh karena itu, membedakan target sipil dan militer di Gaza sangat sulit dan tidak mungkin. Oleh karena itu, setiap agresi militer Israel ke kawasan ini senantiasa disertai dengan kejahatan perang.
Dari sudut pandang ini, meskipun Lapid mungkin menganggap dirinya pemenang perang ini dalam hal perimbangan politik internal Zionis, yang telah menyebabkan popularitasnya meningkat di kalangan ekstremis dan pemukim Zionis, tetapi posisinya di dunia, terutama di mata orang-orang yang berpikir bahwa Lapid adalah wajah yang berbeda dari Netanyahu, itu telah rusak dan dari sudut pandang ini, perang tiga hari baru-baru ini di Gaza akan membawa hasil yang sama untuk Lapid seperti serangan rezim di kamp Qana di Lebanon selatan bagi Shimon Peres, yang dilakukan atas perintahnya.
Ada juga kemungkinan bahwa pasukan Zionis menyeret Lapid ke perang ini untuk meningkatkan anggaran militer, yang merupakan alasan jelas lainnya yang membuktikan peran rezim ini sebagai pengobar baru-baru ini dan tanggung jawab yang timbul darinya. Secara umum, bertentangan dengan apa yang diklaim dan disebarluaskan oleh rezim Zionis dalam pendekatan propagandanya, hasil perang ini telah merugikan rezim ini dalam beberapa hal: dari sudut pandang militer, gerakan Jihad Islam sendiri mampu mencapai kekuatan pencegah baru dan memaksa Tel Aviv menerima kesepakatan gencatan senjata dan tuntutannya.
Dari sisi moral, Lapid secara umum menjadi pecundang di perang ini, dan tangannya berlumuran darah warga sipil, khususnya anak-anak Palestina. Selain itu, menjadi jelas bagi semua pihak bahwa Lapid adalah sisi lain dari Netanyahu dan dari sisi politik, perang ini dan pembantaian akibat perang tersebut, membuat sulit sekelompok negara Arab yang menormalisasikan hubungannya dengan Tel Aviv dan sebelumnya juga mempropagandakan bahwa normalisasi hubungan dengan rezim ini akan membuat kebijakan Israel semakin moderat. Selain itu, dukungan pemerintah Biden terhadap Rezim Zionis Israel semakin merusak citra Kubu Demokrat yang berkuasa di Gedung Putih saat ini. (MF)