Jihad Islam Palestina: Rezim Zionis Langgar Gencatan Senjata
Gerakan Jihad Islam Palestina menyatakan bahwa rezim Zionis tidak menepati isi kesepakatan gencatan senjata yang dicapai dengan mediasi Mesir.
Agresi militer rezim Zionis di Jalur Gaza selama tiga hari dari tanggal 5 hingga 7 Agustus menyebabkan setidaknya 49 orang warga Palestina gugur, termasuk 17 anak-anak dan remaja, serta dari 360 orang lainnya terluka
Menanggapi serangan brutal ini, kelompok perlawanan Palestina menargetkan kota-kota di wilayah pendudukan dengan ratusan roket.
Akhirnya perjanjian gencatan senjata antara rezim Zionis dan gerakan Jihad Islam Palestina dicapai dengan mediasi Mesir.
Menurut perjanjian ini, Mesir akan mencoba untuk membebaskan tawanan Palestina, Bassam Al-Saadi, salah satu anggota senior Jihad Islam, dalam waktu sesingkat mungkin, dan juga akan menggunakan upayanya dan berkomitmen untuk membebaskan tawanan Al-Awawdeh.
Menurut al-Quds al-Arabi, Dawood Shahab, Kepala Kantor Media Gerakan Jihad Islam Palestina hari Kamis (18/8/2022) mengatakan bahwa proses penerapan klausul perjanjian gencatan senjata sejauh ini belum berkembang, karena tindakan pelanggaran rezim Zionis.
"Bagaimanapun, gerakan Jihad Islam tetap memberikan ruang bagi para mediator untuk mencapai tujuan," ujar Shahab.
"Jihad Islamlah yang memiliki keputusan akhir dalam masalah ini dan saat ini sedang memantau proses dalam koordinasi dengan mediator Mesir hingga komitmen terpenuhi pada akhirnya, perjanjian gencatan senjata harus dilaksanakan," tegasnya.
Shahab menunjukkan pelanggaran rezim Zionis dalam memenuhi komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata untuk pembebasan tahanan Palestina, termasuk Khalil al-Awawdeh. Ia memperingatkan,jika rezim Zionis tidak membebaskan al-Awawdeh, yang sedang mogok makan dan dalam kondisi fisik buruk, maka gerakan Jihad Islam akan mengambil posisi yang berbeda.(PH)