Mengapa Kekerasan Zionis terhadap Palestina Meningkat ?
(last modified 2022-08-20T03:22:15+00:00 )
Aug 20, 2022 10:22 Asia/Jakarta

Meskipun gencatan senjata dalam Perang 3 Hari antara rezim Zionis dan Jihad Islam Palestina, ketegangan antara kedua pihak dan tindakan kriminal rezim Zionis terus berlanjut.

Pada tanggal 5 Agustus, rezim Zionis memulai perang baru melawan Jalur Gaza dan menargetkan posisi Jihad Islam Palestina, tetapi kemudian terpaksa menerima gencatan senjata setelah 3 hari.

Setelah gencatan senjata, kelanjutan dari kejahatan rezim ini menyebabkan orang-orang Palestina bereaksi. Menangkap warga Palestina, menggerebek rumah mereka, menyita persediaan dan membangun pemukiman terus berlanjut.

Serangan udara rezim Zionis ke Jalur Gaza

Selain itu, pada Kamis pagi, militer Zionis menggerebek kantor beberapa lembaga hukum dan sipil Palestina di kota Ramallah Tepi Barat dan menyegelnya setelah menyita persediaan.

Palestina juga telah memulai operasi perlawanan terhadap kejahatan ini.

Dalam dua hari terakhir, Tepi Barat menyaksikan 30 operasi perlawanan yang menargetkan para penjajah dan pemukim Zionis Israel di berbagai daerah.

Hal ini menunjukkan bahwa Palestina percaya pada efektivitas operasi perlawanan terhadap rezim Zionis.

Namun pertanyaan utamanya adalah, mengapa rezim Zionis memasukkan peningkatan kekerasan terhadap Palestina dalam agenda, terutama setelah kabinet rotasi Naftali Bennet-Yair Lapid dimulai?

Meskipun berbagai alasan seperti kejahatan yang tidak dihukum dari rezim ini dan kebungkaman masyarakat internasional berpengaruh pada masalah ini, tetapi tampaknya tiga faktor dari kecenderungan rezim Zionis untuk melakukan kekerasan dan perang, Kesepakatan Abad dan kesepakatan normalisasi dan terutama kondisi di Wilayah Pendudukan yang tidak baik adalah penyebab yang lebih penting dalam peningkatan kejahatan rezim Zionis terhadap Palestina.

Meskipun gencatan senjata dalam Perang 3 Hari antara rezim Zionis dan Jihad Islam Palestina, ketegangan antara kedua pihak dan tindakan kriminal rezim Zionis terus berlanjut.

Pembentukan rezim Zionis adalah hasil dari kekerasan dan perang. Zionis memasuki tanah Palestina dengan kekerasan terhadap orang Palestina, dan menyita tanah dan rumah mereka.

Di masa depan, mereka mulai berusaha untuk menduduki lebih banyak tanah Palestina dan proses ini masih berlangsung.

Oleh karena itu, kekerasan adalah inti dari rezim Zionis, dan kekerasan yang baru-baru ini terjadi juga merupakan akibat dari karakteristik yang melekat ini.

Kesepakatan Abad, yang dilaksanakan oleh mantan presiden Donal Trump di masa pemerintahannya, serta kesepakatan untuk menormalkan hubungan beberapa negara Arab dengan rezim Zionis, yang ditandatangani pada masa Trump dan setelah itu hubungan antara kedua pihak yang diperluas, juga merupakan faktor penting yang menyebabkan rezim Zionis lebih berani mengintensifkan kekerasan terhadap Palestina.

Persepsi rezim ini adalah bahwa dengan Kesepakatan Abad dan kesepakatan normalisasi, dukungan negara-negara Arab untuk Palestina praktis berkurang.

Situasi yang tidak menentu di Wilayah Pendudukan dalam beberapa tahun terakhir mungkin telah memainkan peran dalam intensifikasi kekerasan terhadap warga Palestina lebih dari faktor-faktor yang disebutkan.

Sejak 2019, rezim Zionis telah diatur oleh kabinet yang rapuh. Empat pemilihan umum parlemen diadakan selama periode ini, dan pemilu kelima dijadwalkan akan diadakan November mendatang.

Parlemen Zionis Israel (Knesset)

Tingkat ketidakpuasan masyarakat di tanah-tanah yang diduduki meningkat sedemikian rupa sehingga migrasi balik meningkat dibandingkan dengan migrasi ke tanah-tanah yang diduduki.

Otoritas Zionis, yang belum mencapai banyak hal di arena domestik, menempatkan perang dengan Palestina dalam agenda dengan berbagai dalih untuk menunjukkan mitos ketakterkalahkan mereka kepada rakyat dan negara-negara Arab yang beralih ke normalisasi.(sl)

Tags