Mengapa Proses Normalisasi Hubungan antara Turki dan Israel Berlanjut ?
Akhirnya, penerbangan pesawat rezim penjajah Zionis Israel ke Turki beroperasi setelah lima belas tahun.
Yair Lapid, Perdana Menteri Rezim Zionis mengumumkan persetujuan perjanjian komunikasi udara antara Turki dan rezim Zionis dalam rapat rezim ini yang diselenggarakan baru-baru ini.
Menurut perjanjian ini, mulai sekarang, pesawat-pesawat maskapai penerbangan rezim penjajah Quds akan dapat terbang ke Bandara Istanbul dan kota-kota Turki lainnya.
Bersamaan dengan penghapusan pembatasan penerbangan untuk pesawat Zionis Israel, media-media berbahasa Ibrani di wilayah Palestina Pendudukan mengkonfirmasikan kapal fregat Turki berlabuh di pantai rezim rasis ini di Laut Mediterania.
Menurut surat kabar rezim Zionis, sebuah fregat Turki bersama dengan kapal rudal AS telah berlabuh di pelabuhan Haifa di barat laut wilayah Palestina yang diduduki.
Langkah pemerintah Turki belakangan ini untuk melanjutkan kembali hubungan dengan rezim Zionis, padahal sebelumnya para pejabat rezim ini telah meminta pemerintah Recep Tayyip Erdogan untuk menutup kantor Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Ankara.
Sehubungan dengan ini, Irit Lillian (60), kuasa usaha rezim Zionis di Ankara, mengumumkan selama konferensi persnya baru-baru ini dengan media Turki:
"Zionis Israel menganggap kelanjutan kegiatan kantor Hamas di Istanbul sebagai tantangan paling penting yang dihadapi hubungan antara kedua pihak."
Pada saat yang sama, diplomat Zionis Israel ini menyatakan:
"Tidak ada keraguan bahwa Zionis Israel mengharapkan Turki untuk menutup kantor Hamas di Istanbul dan mengusir para pemimpin kelompok ini dari wilayah Turki."
Langkah-langkah baru pemerintah Turki harus dianggap sebagai penerimaan pemerintah Recep Tayyip Erdogan terhadap tuntutan rezim Zionis.
Mengenai upaya pemerintah Ankara baru-baru ini, harus dikatakan bahwa presiden Turki dalam praktiknya telah memberikan pukulan yang jelas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tertindas.
Akhirnya, penerbangan pesawat rezim penjajah Zionis Israel ke Turki beroperasi setelah lima belas tahun.
Padahal selama beberapa tahun terakhir, Erdogan telah mencoba memanfaatkan dukungan rakyat Turki dan bahkan negara-negara di kawasan untuk kepentingan pribadi dan partainya, dengan slogan mendukung rakyat Palestina yang tertindas.
Para ahli mengatakan bahwa alasan utama untuk menetapkan prasyarat Israel bagi melanjutkan hubungan dengan Turki adalah tindakan tergesa-gesa presiden Turki untuk menormalkan hubungan dengan rezim rasis ini.
Sehubungan dengan krisis ekonomi dan masalah mata pencaharian rakyat Turki yang semakin meningkat, harus dikatakan bahwa para pejabat pemerintah Erdogan, yang gagal mengambil tindakan konstruktif dan melaksanakan rencana positif untuk memecahkan masalah ekonomi rakyat dan masalah keuangan pemerintah, sedang mencoba untuk menormalkan hubungan dengan beberapa negara di kawasan dan rezim Zionis untuk mengatasi masalah ekonomi negara dengan cara ini.
Pihak berwenang Ankara berpikir bahwa dengan melanjutkan hubungan dengan rezim Zionis dan beberapa negara sekutu AS, mereka dapat mengurangi masalah ekonomi rakyat.
Namun para petinggi partai penguasa Turki telah mengabaikan fakta bahwa di sektor ekonomi, berbagai rezim dan beberapa negara tetangga tidak banyak berperan.
Dalam satu dekade terakhir, impian pemerintah Recep Tayyip Erdogan untuk melanjutkan hubungan dengan beberapa rezim di kawasan bukan hanya tidak berdampak positif pada perekonomian negara, tetapi justru menyebabkan partai yang berkuasa di Turki ini tertinggal dari partai-partai terkemuka Turki lainnya.
Menurut jajak pendapat terbaru, Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa dua hingga tiga persen berada di belakang Partai Republik Turki. Partai lain juga berhasil meningkatkan perolehan suaranya. Sementara Partai Keadilan dan Pembangunan masih sibuk kehilangan suara di Turki dan kehilangan basis rakyat di negeri ini.
Secara umum, harus dikatakan bahwa dimulainya kembali hubungan Turki dengan rezim Zionis Israel bukan hanya tidak akan mengurangi masalah ekonomi yang berkembang di negara ini, tetapi pergerakan partai yang berkuasa dan upaya untuk melanjutkan hubungan ini akan menciptakan masalah tambahan bagi Erdogan secara pribadi dan partai yang berkuasa, di mana kehilangan basis rakyat hanya satu dari masalah ini.(sl)