Tiga Pesan Terpilihnya Yahya Sinwar, Pengganti Ismail Haniyeh di Hamas
Aug 10, 2024 19:24 Asia/Jakarta
Parstoday – Terpilihnya Yahya Sinwar, sebagai Kepala baru Biro Politik Hamas, menunjukkan perubahan strategi gerakan perlawanan Islam Palestina, dalam situasi perang saat ini.
Pada tanggal 31 Juli 2024, teror Ismail Haniyeh, di Tehran, telah memicu gelombang pertanyaan dan kekhawatiran terkait pesan-pesan yang mungkin dibawa dari kejadian ini terhadap perang Gaza, dan konflik kawasan.
Selain itu teror Haniyeh, juga memunculkan kekhawatiran-kekhawatiran seputar proses perundingan damai, dan kondisi internal Hamas, serta hubungannya dengan dunia luar.
Akan tetapi terpilihnya Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas di Gaza, sebagai pengganti Syahid Ismail Haniyeh, adalah gambaran jelas tentang perubahan strategi Hamas, dalam perang ke depannya.
Terpilihnya Yahya Sinwar, dianggap sebagai sesuatu yang mengejutkan bagi banyak orang. Pasalnya, mereka mengira seseorang dari sayap politik Hamas, yang akan terpilih.
Akan tetapi tentunya kita harus tahu bahwa terpilihnya Yahya Sinwar, adalah buah dari teror Ismail Haniyeh, dan merupakan jalur baru setelah ketegangan baru yang diciptakan Israel.
Sejumlah alasan internal yang merupakan salah satu faktor utama terpilihnya Yahya Sinwar, menunjukkan bahwa Sinwar, dikenal sebagai orang yang merancang operasi militer 7 Oktober ke Israel, dan seorang pemimpin perlawanan yang berperan efektif di medan tempur.
Pada saat yang sama, berbulan-bulan sejak pecahnya perang, Israel, dengan seluruh kemampuan militer, intelijen canggih, dan informasinya, gagal meraih Yahya Sinwar, dan tidak berhasil menerornya.
Terpilihnya Yahya Sinwar, juga membuktikan kepercayaan dua sayap Hamas, baik politik maupun militer terhadap Sinwar, sebagai orang yang kuat dalam mengelola Hamas, baik di dalam maupun luar negeri, di masa perang.
Pesan-pesan terpilihnya Yahya Sinwar,
1. Persatuan dan Perlawanan di Hadapan Israel
Terpilihnya Yahya Sinwar, bukan hanya sekadar indikasi persatuan internal dalam level hubungan di antara sayap Hamas, di Gaza, dan di luar, tapi juga pesan tegas untuk Israel. Pesan ini adalah bahwa Hamas, tetap kuat, dan punya kemampuan melawan tantangan-tantangan fase baru seusai teror Haniyeh. Setelah Israel, berhasil meneror Haniyeh, di luar Palestina, yang dilakukan untuk melemahkan tekad perlawanan di Gaza, dan menunjukkan kemampuan militer serta intelijen Israel, sekarang perhatian harus ditumpahkan pada Sinwar. Orang yang bukan hanya dikenal sebagai perancang operasi Badai Al Aqsa, tapi sekarang sebagai pemimpin politik Hamas.
2. Menghina musuh
Perdana Menteri Rezim Israel, Benjamin Netanyahu, mempromosikan teror Ismail Haniyeh, sebagai simbol kemampuan Israel, dalam meneror para pemimpin senior sayap politik Hamas. Akan tetapi terpilihnya Yahya Sinwar, sebagai pengganti Haniyeh, dalam bentuk tertentu adalah penghinaan terhadap Netanyahu, dan menambah rasa malu baginya, karena Israel, sampai sekarang tidak berhasil meneror Sinwar, orang yang dianggap sebagai penyebab utama. Dengan demikian setelah terpilihnya Sinwar, Netanyahu, dalam kelanjutan propagandanya yang menganggap teror Haniyeh, dan klaim teror Komandan Brigade Al Qassam, Mohammed Deif, dan wakilnya, Marwan Issa, sebagai keberhasilan dalam meraih target perang, saat ini menghadapi tantangan besar.
3. Perundingan di Jalur Komandan Medan Tempur
Teror Ismail Haniyeh, orang yang dikenal sebagai tenaga pendorong sayap politik Hamas, untuk mencapai kesepakatan menghakhiri perang, dengan terang menunjukkan bahwa Netanyahu, berusaha lari dari kesepakatan, dan ingin memperpanjang perang. Terpilihnya Sinwar, sebagai pengganti Haniyeh, memiliki tiga agenda penting yang diusung Hamas, terkait perundingan. Pertama, bahwa Hamas, tidak lagi bersedia untuk melanjutkan perundingan, selama Netanyahu, terus melanjutkan penipuannya terhadap mereka. Kedua, kesimpulan dalam perundingan harus ditentukan oleh perlawanan di medan tempur, dan ketiga, mulai saat ini mediasi-mediasi harus dirundingkan terlebih dahulu dengan Sinwar, untuk menentukan kerangka segala bentuk kesepakatan di masa depan.
Kesimpulan
Terpilihnya Yahya Sinwar, sebagai Kepala Biro Politik Hamas, yang baru, menunjukkan perubahan strategi Hamas, dalam situasi perang saat ini. Terpilihnya Sinwar, membawa sejumlah pesan tegas terkait persatuan nasional, penghinaan terhadap musuh, dan peningkatan kekuatan perlawanan dalam perundingan.
Hamas, juga terus berusaha untuk menghakhiri pembunuhan massal yang dilakukan Rezim Israel, di Gaza, dan dicapainya kesepakatan yang menjaga capaian-capaian strategis perlawanan pasca-7 Oktober. (HS)