Pakar Terkemuka Dunia Arab kepada Zionis: Jangan Menipu soal Iran
-
Alif Sabbagh, pakar dunia Arab
Pars Today – Pengamat terkemuka dunia Arab menanggapi klaim mantan penasihat Perdana Menteri Israel tentang dominasi Iran atas Lebanon melalui Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah), menyatakan bahwa rezim Zionislah yang tidak mematuhi perjanjian apa pun dan mencari hegemoni dari Teluk Persia hingga Mediterania, bukan Republik Islam Iran.
Seperti dilaporkan Pars Today, saat merespons klaim Jacques Neriah, penasihat mantan perdana menteri Israel terkait dominasi Iran atas Lebanon melalui Hizbullah, Alif Sabbagh, pengamat terkemuka dunia Arab secara transparan menyebut pandangan ini menipu dan menyesatkan, serta menegaskan bahwa bukan Iran, tapi justru Israel yang dengan ketamakannya di kawasan, merupakan ancaman utama bagi stabilitas Asia Barat.
Penipuan dalam Narasi Iran
Sabbagh, yang dengan tegas menolak klaim dominasi Republik Islam Iran atas Lebanon, mengatakan: "Jangan menipu tentang Iran," karena klaim ini hanyalah kedok untuk menutupi ambisi rezim Israel dan tidak seharusnya mengalihkan opini publik dari realitas ambisi hegemonik Tel Aviv.
Israel; kekuatan yang tidak mematuhi perjanjian
Pakar terkemuka di dunia Arab, merujuk pada perilaku rezim Israel di Lebanon dan Gaza, menyatakan bahwa rezim tersebut tidak mematuhi perjanjian apa pun, bahkan yang telah ditandatanganinya, dan berkata: "Setiap perjanjian dengan Israel hanya masuk akal di atas kertas," dan ketidakpercayaan ini berakar pada strategi hegemonik Tel Aviv yang mencakup segalanya mulai dari Teluk Persia hingga Mediterania dan Sungai Nil.
Lebanon dan Gaza: Hambatan bagi Ambisi Israel
Alif Sabbagh menganggap Lebanon dan Gaza sebagai hambatan bagi rencana ekspansionis rezim Israel, yang menurutnya, hambatan tersebut pernah ia anggap telah disingkirkan, tetapi perlawanan rakyat dan regional menunjukkan bahwa gagasan tersebut keliru.
Pakar terkemuka dunia Arab ini juga menekankan bahwa rezim Israel, dalam kerangka strateginya, ingin menghilangkan semua angkatan bersenjata di perbatasannya, meskipun para penguasa Arab menyetujuinya.(MF)