Kejahatan Terbaru Militer AS di Suriah
Kementerian Luar Negeri Suriah mengirim surat terpisah kepada Sekretaris Jenderal PBB dan Dewan Keamanan PBB untuk mengadukan serangan udara Amerika Serikat ke posisi-posisi pasukan Suriah di Deir el-Zour.
Dalam surat yang dikirim pada Sabtu malam, 17 September 2016, disebutkan bahwa serangan jet-jet tempur militer AS ke posisi tentara Suriah di sekitar Bandara Deir Ezzor adalah serangan serius dan terang-terangan terhadap Suriah dan bukti tak terbantahkan bahwa Pentagon dan sekutunya mendukung kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) dan kelompok-kelompok teroris lainnya.
Kemlu Suriah menegaskan, Damaskus menuntut Dewan Keamanan PBB untuk mengecam agresi tersebut dan memaksa AS untuk tidak pernah mengulanginya lagi serta untuk menghormati kedaulatan dan kesatuan Suriah.
Ditegaskan pula bahwa memerangi terorisme hanya dapat diterima dalam kerangka koordinasi dengan pemerintah Damaskus dan tentara Suriah. Tindakan apapun di luar legitimasi internasional hanya akan dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah.
Sebelumnya, lebih dari 60 tentara Suriah tewas dalam serangan udara AS di Deir Ezzor pada Sabtu. Agresi ini juga menciderai 100 tentara Suriah. Menurut militer Rusia, tentara Suriah sedang dikepung oleh teroris di pangkalan udara Deir el-Zour dan mereka kemudian menjadi target serangan lima pesawat tempur AS.
Para pejabat Suriah mengatakan bahwa AS sedang berperan sebagai Angkatan Udara Daesh di timur laut Suriah dan Israel juga memainkan peran yang sama di barat daya negara ini. Kemlu Suriah menyebut serangan AS tersebut sebagai agresi nyata dan berbahaya serta pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah.
Komando Pusat Angkatan Bersenjata Suriah dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam menjelaskan bahwa serangan terhadap posisi militer Suriah di Deir Ezzor dan Quneitra merupakan bentuk dukungan langsung AS dan rezim Zionis Israel kepada Daesh dan Front al-Nusra serta menunjukkan kepalsuan klaim AS untuk memerangi terorisme.
Serangan terhadap posisi militer Suriah di Deir Ezzor dan Quneitra menyebabkan kerugian jiwa dan materi dalam jumlah besar dan tindakan ini akan membuka jalan bagi teroris untuk menguasai daerah-daerah tersebut.
Pesawat tempur Israel juga menargetkan posisi tentara Suriah di sekitar kota Khan Arnaba di pedesaan Quneitra. Ini merupakan bentuk dukungan langsung Israel kepada organisasi teroris Takfiri yang melakukan berbagai pembantaian dan kejahatan terhadap penduduk Quneitra, Suriah.
Serangan udara AS ke posisi militer Suriah menunjukkan koordinasi antara Pentagon dan teroris untuk menduduki wilayah Suriah. Pengalaman gencatan senjata sebelumnya –di mana kelompok-kelompok teroris yang didukung AS menyalahgunakan perjanjian tersebut untuk menduduki distrik Khan Tuman di barat daya Aleppo– mencerminkan fakta bahwa gencatan senjata yang melibatkan AS tidak bisa dipercaya.
Meskipun AS mengklaim serangannya adalah salah target dan tidak disengaja, namun bukti menunjukkan bahwa kejahatan tersebut merupakan tindakan yang disengaja dan telah diagendakan sebelumnya melalui koordinasi dengan teroris.
Peralatan canggih militer AS semakin membuktikan klaim palsu Pentagon terkait ketidaksengajaannya untuk menyerang posisi militer Suriah. Sebab, dengan peralatan canggih yang dimilikinya, militer AS sangat mudah untuk mengidentifikasi pangkalan militer Suriah dan tempat berkumpulnya para teroris.
Jika pun benar bahwa AS tidak mampu mengidentifikasi antara pangkalan militer Suriah dan posisi kelompok-kelompok teroris –padahal dari pandangan militer, pekerjaan ini sangat mudah– maka hal ini menunjukkan kelemahan AS yang mengklaim mampu memberantas teroris. Tak diragukan lagi, kelemahan seperti ini akan membawa konsekuensi buruk dan mematikan bagi rakyat di kawasan.
Terkait hal itu, masyarakat dunia masih belum lupa dengan kejahatan militer AS di Afghanistan yang membombardir sebuah rumah sakit di negara ini dan menyebabkan puluhan pasien dan dokter tewas dengan dalih memberantas teroris.
Banyak pengamat politik menilai kejahatan terbaru pasukan AS yang membunuh dan melukai ratusan tentara Suriah sebagai langkah yang dilakukan dalam kerangka tujuan dan sasaran yang mencurigakan serta berbahaya di Suriah.
Melihat sepak terjang AS pasca meletusnya krisis Suriah, dapat dipahami bahwa Washington tidak memiliki tujuan lain kecuali untuk melemahkan militer Suriah dan memperkuat kelompok-kelompok teroris. Untuk mencapai tujuannya, AS menggunakan berbagai cara termasuk memanfaatkan gencatan senjata dan menarget posisi pasukan Suriah dengan alasan tidak disengaja. Semua tindakan tersebut untuk menjustifikasi kebijakan biasnya di negara-negara kawasan.
Kesuksesan besar militer Suriah selama beberapa pekan terakhir dalam menghadapi kelompok-kelompok teroris dan merebut kembali beberapa wilayah dari pendudukan mereka serta gerakan militer dan pasukan relawan Suriah untuk menumpas teroris telah menimbulkan kekhawatiran para sponsr dan pendukung teroris termasuk AS.
Dalam kondisi tersebut, AS menyalahgunakan gencatan senjata untuk memperkuat kelompok-kelompok teroris dan menggangu operasi militer Suriah dalam menumpas mereka. Perjanjian gencatan senjata juga disalahgunakan AS untuk mengirim bantuan militer kepada kelompok-kelompok teroris di Suriah. Hal ini juga terjadi pada gencatan senjata sebelumnya.
Namun yang pasti, serangan terbaru militer AS terhadap posisi pasukan Suriah dengan alasan apapun telah menguntungkan kelompok-kelompok teroris dan membuat posisi mereka semakin kuat. Kelanjutan kondisi ini akan membawa bencana yang lebih luas di kawasan terutama di Suriah. (RA)