Saya Akan Menunggu Di Sini
(last modified Thu, 06 Oct 2016 11:55:50 GMT )
Okt 06, 2016 18:55 Asia/Jakarta
  • Nabi Muhammad Saw
    Nabi Muhammad Saw

Waktu itu setelah Zuhur di musim panas dan suhunya pun sangat panas. Masyarakat yang lewat menyaksikan Rasulullah Saw berdiri di bawah terik matahari dan keringat beliau bercucuran. Kepada Rasulullah Saw mereka bertanya, apa alasan Anda berdiri di bawah terik matahari dan tidak berkutik dari tempat ini?

Rasulullah Saw menjawab, “Saya menunggu seorang lelaki karena ada janjian bertemu dengannya.”

Seorang lelaki yang ada di situ berkata, “Aduh...siapakah lelaki yang tidak tepat janji ini, sehingga membuat repot Rasulullah? Setidaknya Anda agak ke sana sehingga bisa berdiri di bawah naungan korma.”

Rasulullah Saw berkata, “Saya tidak bisa melakukan hal itu, karena kami sepakat bertemu di sini di samping lempengan batu. Saya akan menunggu di sini. Bila ia tidak datang, maka dia yang tidak menepati janji.”

Kesetiaan

Sebelum Rasulullah Saw mencapai posisi kenabian, dalam beberapa waktu beliau menggembala. Ammar Yasir pada masa itu juga sebagai seorang penggembala dan biasanya menggembala bersama-sama. Suatu hari Ammar dan Muhammad Saw janjian bahwa hari berikutnya akan membawa kambing-kambing mereka ke sebuah daerah subur supaya kambing-kambing mereka makan rumput yang bagus.

Hari itu Muhammad Saw menggiring kambing-kambingnya ke tempat itu. Tapi Ammar terlambat datang. Ketika Ammar dan kambing-kambingnya sampai di sana, ia melihat Muhammad sedang berdiri di depan kambing-kambingnya dan melarang mereka dari memakan rumput. Ammar berkata, “Mengapa Engkau tidak mengizinkan kambing-kambingmu makan rumput yang segar?!”

Muhammad Saw menjawab, “Kesepakatan aku dan kamu adalah kita datang bersama-sama di tempat ini. Tapi kamu datang terlambat dan aku tidak ingin kambing-kambingku makan rumput-rumput ini lebih dari kambing-kambingmu.”

Kembalikanlah Kambing-Kambing Itu Kepada Para Pemiliknya

Perang Khaibar berlangsung lama. Bekal kaum Muslimin telah habis. Mereka terpaksa makan daging hewan yang hukumnya makruh. Bahkan sampai ketika benteng Khaibar terbuka pun, masih tidak ada makanan bagi mereka. Dalam kondisi seperti ini datanglah seorang Yahudi yang kerjaannya menggembalakan kambing orang-orang Yahudi Khaibar.

Yahudi ini meminta kepada Rasulullah untuk memberitahukannya tentang hakikat agama Islam. Rasulullah menjelaskan tentang Islam kepadanya. Ia tertarik dengan penjelasan Rasullah dan masuk Islam. Dia berkata, “Kambing-kambing ini adalah milik orang-orang yang berperang melawan Anda. Karena sekarang saya telah menerima agama Islam, maka saya tidak ada tempat di sisi mereka. Oleh karena itu, lebih baik ambillah kambing-kambing ini sebagai ghanimah [rampasan perang].”

Namun Rasulullah Saw berkata, “Dalam ajaran kami, berkhianat dalam amanat adalah dosa besar. Wajib bagimu untuk mengembalikan kambing-kambing ini kepada para pemiliknya, lalu kembalilah kepada kami!”

Kerapian dan Ketertiban (1)

Rasulullah Saw sangat memperhatikan kerapian dan ketertiban. Setiap kali Rasulullah Saw datang ke masjid untuk mengerjakan salat, pertama dengan telaten beliau merapikan dan menertibkan barisan yang ada. Terkait masalah ini ada yang bertanya, dan beliau menjawab, “Hai hamba-hamba Allah yang beriman! Tertibkan barisan kalian! Kalau tidak, maka Allah akan menetapkan perselisihan di antara kalian dan karena ketidaktertiban kalian akan bercerai-berai. 

Suatu kali Rasulullah Saw menertibkan barisan para jemaah salat. Ketika mau melakukan takbiratul ihram, beliau tahu ada seseorang yang lebih maju dari yang lain. Beliau menegur lelaki ini agar berdiri tertib supaya ketertiban salat tidak rusak.

Kerapian dan Ketertiban (2)

Sa’ad bin Muadz salah satu sahabat Rasulullah Saw yang setia. Dalam salah satu perang, kakinya terkena anak panah dan berapa hari berikutnya mencapai syahadah. Kaum Muslimin berkumpul di masjid. Rasulullah Saw yang mengimami salat jenazahnya, kemudian menguburkannya.

Rasulullah Saw masuk ke dalam liang lahad dan meletakkan jenazah sahabat setianya. Setelah itu, masyarakat meletakkan batu di atas liang lahad dan Rasulullah menata bau-batu itu dengan rapi di atas kuburannya dan menimbunnya dengan tanah dengan teliti dan rapi. Seseorang merasa takjub menyaksikan ketelitian dan kerapian Rasulullah dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah! Semua ketelitian ini untuk apa? Sekarang kita akan menimbun batu-batu ini dengan tanah...!?”

Rasulullah Saw menjawab, “Saya tahu tanah akan menutupi batu-batu ini! Namun Allah menyukai; hamba-Nya yang memulai sebuah pekerjaan dan menyelesaikannya dengan teliti dan telaten.”

Berharap Pada Rahmat Allah

Dikabarkan kepada Rasulullah Saw bahwa salah seorang muslim sakit parah sehingga ia tidak punya harapan untuk hidup. Rasulullah Saw berencana untuk menjenguknya. Oleh karena itu, beliau pergi ke rumahnya bersama beberapa orang sahabat. Orang ini tidak jelas apa penyakitnya. Dengan suara yang sangat pelan yang hampir tidak bisa didengar, ia berkata, “Wahai Rasulullah! Sebab semua kesusahan dan penyakit ini adalah aku meminta kepada Allah agar menyiksaku di dunia ini supaya dosa-dosaku bersih, kemudian aku pergi menemui-Nya. Sekarang Allah telah mengabulkan doaku dan telah memberikan penyakit ini kepadaku supaya hambanya bersih dari dosa.”

Rasulullah tidak senang mendengar ucapan lelaki ini dan berkata, “Bila Allah ingin menyiksa hamba-Nya di dunia untuk setiap dosanya, maka yakinlah bahwa penyakitmu yang parah ini tidak akan ada apa-apanya di hadapan siksa itu.”

Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Adapun kewajiban kita adalah berharap pada rahmat Allah dan senantiasa berdoa kepada-Nya agar mengampuni kesalahan-kesalahan kita. Dan menjaga kita di jalan yang lurus. Inilah rahasia keselamatan hamba. Kita harus senantiasa mengucapkan, “Rabbana Atina Fiddunya Hasanah Wa Fil Akhirati Hasanah Wa Qina Adzabannar...Ya Allah! Berikanlah kebaikan dunia dan akhirat untuk kami dan selamatkanlah kami dari siksa neraka jahannam. 

Disebutkan bahwa lelaki tersebut mengamalkan anjuran Rasulullah ini dan dengan takjub dia selamat dari penyakitnya. (Emi Nur Hayati)

Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw.

Tags