Ali Di Sisi Rasulullah Saw
(last modified Sun, 11 Dec 2016 12:34:31 GMT )
Des 11, 2016 19:34 Asia/Jakarta
  • Imam Ali as
    Imam Ali as

Tidak di ragukan bahwa Sayidina Ali as senantiasa menjadi sahabat dan penolong Rasulullah Saw di semua tahapan kehidupan dan membantunya dalam menyebarkan Islam. Sepertinya bila tidak ada Sayidina Ali di sisi Rasulullah Saw, maka beliau menemui kesulitan dalam mengemban risalahnya.

Sebagai contoh, ketika Abu Thalib; ayah Sayidina Ali meninggal dunia, gangguan orang-orang Musyrik terhadap Rasulullah Saw semakin parah. Karena dengan meninggalnya Abu Thalib, tidak ada lagi yang bisa mencegah gangguan mereka.

Orang-orang Musyrik mengganggu Rasulullah Saw sedemikian rupa sehingga beliau sebanyak dua kali terpaksa harus keluar dari Mekah, supaya aman dari gangguan mereka. Kali yang pertama, beliau berlindung ke Thaif dan tinggal di sana tidak lama. Beliau di sana mengajak masyarakat kepada Islam, namun tidak ada seorangpun yang menerimanya. Bahkan mereka menghina Rasulullah yang mulia ini dan anak-anak mereka menghantami beliau dengan batu. Dalam perjalanan penuh derita ini, Rasulullah Saw keluar dari daerah ini dengan kaki berdarah dan tubuh yang luka.

Dalam perjalan ini, Sayidina Ali dan Zaid bin Harits yang mendampingi Rasulullah sehingga keberadaannya menjadi penenang hati Rasulullah Saw.

Kali kedua, ketika Rasulullah Saw mendapatkan wahyu, “Keluarlah dari Mekah karena penolongmu meninggal dunia.”

Atas perintah Allah, Rasulullah Saw bersama Sayidina Ali keluar dari Mekah menuju kabilah Bani Amir dan meminta bantuan kepada mereka. Di sana beliau membacakan ayat al-Quran untuk mereka. Namun mereka tidak menerima.

Jelas bahwa dalam kondisi sulit ini, sikap sehati dan partisipasi Sayidina Ali meringankan kesulitan Rasulullah Saw. Ibnu Abi al-Hadid seorang cendikiawan terkenal mengatakan, “Bila Abu Thalib dan putranya; Ali tidak ada di sisi Rasulullah Saw, maka tiang Islam tidak akan berdiri kokoh... mereka berdua bangkit untuk menegakkan agama.”

Ali Dalam Ucapan Rasulullah Saw

Barang siapa yang menerima wilayah Ali, maka ia telah menerima wilayahku. Mencintai Ali adalah nikmat dan mengikutinya adalah keutamaan. Para malaikat dekat dengannya dan mengabdi kepadanya. Setelahku, tidak ada orang yang lebih mulia dan membanggakan yang melangkahkan kaki di bumi. Dia tidak kasar dan keras kepala. Setelahku, tidak ada orang sebesar dia, yang dilahirkan dari seorang wanita pun. Tidak datang ke sebuah rumah pun, kecuali di situ akan turun keberkahan juga.

Allah telah mengirim hikmah untuknya dan meliputinya dengan pemahaman. Bila seandainya setelahku harus diturunkan wahyu, maka orang itu adalah Ali. Allah telah menghiasi semua majlis dengan Ali dan memuliakan semua pasukan dengan Ali. Kota-kota menjadi ramai karenanya, dan orang-orang kulit hitam menjadi mulia karenanya.

Perumpamaan Ali seperti rumah Allah; diziarahi tapi tidak berziarah. Perumpamaan dia seperti bulan; begitu mengambil pancaran, dia menyinari kegelapan dengan cahayanya dan bak matahari; begitu bersinar, dia memenuhi dunia dengan cahayanya. Allah telah menjelaskannya dalam al-Quran dan memuji ayat-ayat-Nya. Di dalam al-Quran disebutkan tentang kedudukannya. Dia hidup mulia dan mati syahid.

Beginilah Rasulullah Saw mengenalkan penggantinya kepada umatnya dan demikianlah beliau menjelaskannya. Supaya tidak tersisa lagi keraguan dan ketidakjelasan dimana dia [Ali] adalah benar-benar pengganti Rasulullah Saw.

Kecintaan Para Malaikat Pada Ali

Malaikat Jibril saat itu ada di sisi Rasulullah Saw tiba-tiba berkata, “Muhammad! Sekarang Ali datang!”

Seketika itu juga pintu terbuka dan Sayidina Ali masuk ke dalam. Rasulullah Saw tersenyum dan berkata kepada malaikat Jibril, “Memangnya para warga langit mengenal Ali?!”

Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad! Demi Yang memilihmu sebagai Nabi! Makrifat [pengetahuan] para warga langit lebih tinggi dari pengetahuan warga bumi tentang dia [Ali].”

Kemudian melanjutkan, “Tidak mengucapkan takbir dalam perang apapun,  kecuali kami [para malaikat] mengucapkan takbir bersamanya. Tidak menyerang musuh dalam perang apapun, kecuali kami menyerang bersamanya. Tidak memukulkan pedang kepada orang kafir, kecuali kami memukulkan bersamanya... Hai Muhammad! Setiap kali engkau ingin memandang wajah Isa as dan ibadahnya, dan ingin memahami zuhud dan ketakwaan Yahya as serta ingin mengetahui kekayaan Sulaiman dan kedermawanannya, maka pandanglah Ali!”

Ali Dalam Pandangan Ali

Rasulullah Saw senantiasa berkata, “Ali adalah orang yang terpandai dari umatku dan lebih baik dari semuanya. Kemudian berkata, “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Maka barang siapa yang ingin mencari ilmu, maka ia harus belajar kepada Ali.”

Suatu hari Rasulullah Saw memanggil Sayidina Ali. Mereka berdua berbincang-bincang selama beberapa saat kemudian berpisah. Sayidina Ali ditanya, “Apa yang Anda bicarakan dengan Rasulullah Saw?”

Sayidina Ali menjawab, “Rasulullah Saw membukakan seribu pintu ilmu untukku, dan dari  setiap pintu ada seribu pintu lagi yang terbuka.”

Ketika Sayidina Ali mencapai kekhalifahan, beliau naik mimbar dan berkata, “Hai manusia! Tanyakan padaku apa saja yang tidak kalian ketahui, sebelum kalian kehilangan aku. Karena ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang ada padaku. Demi Allah! Bila jabatan mengadili dibuka, maka aku akan mengadili orang-orang Yahudi dengan kitab mereka sendiri, bagi para pengikut Injil dengan kitabnya sendiri, dan bagi para pengikut Zabur dengan kitabnya sendiri dan bagi para pengikut al-Quran dengan kitabnya sendiri. Demi Allah saya lebih pandai dari kalian semua tentang al-Quran dan tafsirnya.

Kemudian sekali lagi beliau berkata, “Bertanyalah kepadaku, sebelum aku pergi dari kalian...” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Tags