Inilah Ali bin Husein as
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i32631
Zuhri salah seorang sahabat Imam Sajjad as berkata tentang beliau:
(last modified 2025-07-16T07:38:34+00:00 )
Feb 09, 2017 15:49 Asia/Jakarta
  • Imam Sajjad as
    Imam Sajjad as

Zuhri salah seorang sahabat Imam Sajjad as berkata tentang beliau:

“Pada hakikatnya saya tidak pernah melihat seorangpun yang lebih baik dari Ali bin Husein as. Demi Allah! Jarang orang yang saya kenal yang bisa menyembunyikan kecintaannya padanya, atau bila musuhnya, sedikit juga yang menunjukkan permusuhannya secara terang-terangan. Aku tidak pernah melihat seseorang menyembunyikan kebesaran Imam Sajjad. Perilakunya sedemikan rupa sehingga membuat orang lain iri. Imam Sajjad bersikap sedemikian rupa kepada para musuhnya sehingga membuat mereka malu atas perbuatannya.”

Seorang Lelaki Yang Keluar Permata Dari Tangannya

Lelaki itu adalah salah satu pemuka daerah Balkh. Biasanya setiap tahun dia selalu pergi menunaikan ibadah haji. Setiap kali datang untuk menziarahi makam Rasulullah Saw di Madinah, dia juga datang mengunjungi Imam Sajjad as dan membawa hadiah untuk beliau serta menanyakan keadaan dan kembali lagi ke daerahnya.

Suatu hari istri lelaki ini berkata, “Bagaimana mungkin setiap tahun engkau membawa dan memberikan hadiah untuk Ali bin Husein as, sementara dia tidak pernah memberikan hadiah kepadamu sebagai imbalannya?”

Lelaki itu berkata, “Beliau ini adalah maula kita dan putra Rasulullah Saw. Aku berkewajiban untuk menghormatinya dan tidak berharap atas hadiah-hadiah yang aku berikan kepadanya.”

Tahun berikutnya lelaki Balkh ini menunaikan ibadah haji lagi dan pergi menemui Imam Sajjad as.

Imam Sajjad as mengajak lelaki ini ke rumahnya dan makan bersama.

Imam Sajjad as membawa ember dan kendi. Lelaki itu bangkit dan mengambil kendi tersebut supaya Imam Sajjad mencuci tangannya. Namun Imam Sajjad berkata, “Hai hamba Allah! Engkau adalah tamuku, bagaimana aku akan mengizinkan engkau menyiramkan air ke tanganku?”

Lelaki itu berkata, “Aku menyukainya wahai maulaku. Izinkan saya untuk melakukannya dan ini menjadi kebanggaan bagiku.”

Imam Sajjad as berkata, “Baiklah. Kalau begitu sebagai ganti dari pengabdian ini, aku akan memberikan sesuatu padamu sehingga menyenangkanmu.”

Lelaki Balkh ini menyiramkan air sampai sepertiga dari ember itu penuh. Imam Berkata, “Apa yang engkau lihat dalam ember ini?”

Lelaki itu berkata, “Saya melihat air.”

Imam Sajjad as berkata, “Lebih jelilah! Apa yang engkau lihat adalah yakut merah.”

Lelaki itu memandang ember. Dia tidak percaya. Tapi kenyataannya dalam ember itu ada yakut merah.

Imam Sajjad as berkata, “Siramkan air.”

Lelaki itu menyiramkan air ke tangan Imam Sajjad as sampai sepertiganya lagi dari ember itu penuh dengan yakut hijau.

Imam Sajjad kembali berkata, “Siramkan air.”

Lelaki itu menyiramkan air ke tangan Imam Sajjad sampai ember itu penuh. Namun kali ini penuh dengan mutiara putih.

Imam Sajjad as tersenyum dan berkata, “Hai lelaki! Setiap kali engkau datang engkau selalu membawa hadiah untukku. Namun aku tidak punya sesuatu yang sejajar dengan hadiah-hadiahmu. Namun sekarang ambillah permata-permata ini dan berikanlah kepada istrimu dan mintakan maaf dari kami.”

Kutukan Imam Sajjad as dan Gempa Madinah

Bani Umayah adalah penguasa zalim yang banyak berbuat zalim terhadap masyarakat Islam dan para pengikut Imam Ali as. Jabir bin Abdullah Anshari salah seorang sahabat setia dan beriman kepada para Imam Maksum as berkata:

“Bani Umayah tidak segan-segan melakukan kezaliman apapun. Kaum pezalim ini dalam pemerintahannya telah menumpahkan banyak darah. Di atas mimbar-mimbar dan pidatonya selama seribu bulan telah melakukan pelaknatan dan kutukan terhadap Amirul Mukminin as. Para pengikut Ahlul Bait Rasulullah Saw telah mengalami musibah besar. Ketika kesabaran masyarakat habis, mereka mendatangi Imam Sajjad as dan mengeluhkan kondisi yang sangat parah ini dan berlindung kepada beliau.

Imam benar-benar sedih menyaksikan kondisi ini. Beliau menghadap ke langit dan berkata, ‘Ya Allah! Engkau Maha Suci. Engkau adalah zat yang memberikan kesempatan pada para musuh untuk menyempurnakah hujjah bagi mereka. Namun aku meminta kepada-Mu untuk menurunkan musibah besar pada para musuh yang tidak punya rasa kasih sayang ini...’

Malam itu terasa sangat lama bagi saya. Saya berpikir bagaimana Allah akan membalas dendam masyarakat ini. Keesokan harinya, gempa sanggat besar menimpa kota Madinah sedemikian rupa sehingga kebanyakan rumah-rumah rusak dan sekitar tiga ribu orang mati.

Saya terheran-heran memandang masyarakat dan saya menangis melihat rasa ketakutan mereka. Pada saat itu saya menemui Sayidina Baqir as. Beliau berkata, “Bagaimana keadaan masyarakat?”

Saya berkata, “Wahai putra Rasulullah! Jangan bertanya tentang keadaan masyarakat. Rumah-rumah telah rusak dan para penghuninya telah binasa dan hati saya sendiri kasihan pada mereka.”

Beliau berkata, “Semoga Allah tidak merahmati mereka.”

Jabir mengatakan, “Gubernur Madinah yang merasa keheranan dengan semua musibah ini menganjurkan masyarakat agar pergi ke rumahnya Ali bin Husein as untuk bertaubat dan menangis, barangkali Allah akan merahmati mereka. Kemudian mereka pergi ke rumah Sayidina Baqir as dengan tangisan dan berkata, “Wahai putra Rasulullah! Apakah Anda tidak melihat musibah yang telah diturunkan pada umat Rasulullah? Dimanakah ayah Anda sehingga kami bisa memohon kepada beliau agar datang ke masjid dan berdoa agar Allah menahan balak dan musibah dari umat Muhammad Saw. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as