Kejahatan Buatan di Khan Shaykhun dan Kejahatan Perang di al-Rashidin
Serangan bom yang dilancarkan teroris ke bus yang mengangkut warga sipil di distrik al-Fu'ah dan Kafriya (al-Foua dan Kefraya) telah merenggut nyawa sekitar 118 orang dan melukai 224 lainnya. Perempuan dan anak-anak menjadi korban utama dalam kejahatan ini.
Teroris melancarkan serangan bom ketika warga sipil al-Fu'ah dan Kafriya di wilayah al-Rashidin di pinggiran barat Aleppo sedang menunggu bus yang akan mengangkut mereka ke Aleppo. Ledakan akibat serangan tersebut sangat besar sehingga menyebabkan banyak jenazah warga yang hancur.
Serangan di kawasan al-Rashidin merupakan bentuk kejahatan perang. Ketika anak-anak dan perempuan yang lapar meminta makanan dari sopir bus yang akan mengantar mereka ke Aleppo terjadi ledakan di tengah kerumunan warga sehingga korban utama dari serangan keji ini adalah anak-anak dan perempuan.
Serangan bom terhadap warga sipil al-Fu'ah dan Kafriya juga terjadi ketika lebih dari dua tahun ini mereka dikepung oleh kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) dan kelompok-kelompok afiliasinya.
Selain itu, para korban terhitung sebagai korban kejahatan sektarian dan mazhab, pasalnya warga al-Fu'ah dan Kafriya yang dikepung kelompok-kelompok teroris dari bulan Maret 2015 hingga sekarang adalah bermazhab Syiah.
Kejahatan nyata itu menunjukkan dengan jelas bahwa untuk mengurangi krisis Suriah tidak bisa berharap kepada perjanjian dengan kelompok-kelompok bersenjata dan teroris, sebab kejahatan di al-Rashidin terjadi ketika pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok teroris telah sepakat dengan pemindahan warga kota al-Fu'ah dan Kafriya ke Aleppo. Namun faktanya, teroris mengingkari janji tersebut dengan melancarkan serangan bom terhadap warga dua distrik itu.
Berdasarkan perjanjian tersebut, sekitar 5.000 warga al-Fu'ah dan Kafriya yang dikepung para teroris di Provinsi Idlib sejak dua tahun lalu bisa keluar dari dua kota ini dan dipindahkan ke kota Aleppo dengan menggunakan 75 unit bus, di mana sebagai gantinya, para teroris bisa keluar dari al-Mazaya, al-Zabadani dan berbagai wilayah di pinggiran Damaskus dan pindah ke Idlib.
Provinsi Idlib merupakan salah satu provinsi yang diduduki oleh kelompok-kelompok teroris yang memperoleh dukungan dari Turki. Mereka tidak hanya menyerang, membunuh dan melukai warga sipil Suriah, namun juga melakukan sabotase dalam pemindahan warga sipil ke tempat yang aman.
Meskipun selama beberapa tahun terakhir tindak kejahatan para teroris di berbagai wilayah termasuk di Suriah adalah hal yang jelas, namun kejahatan keji ini dapat dianggap sebagai hasil dari pendekatan dukungan pemerintah baru Donald Trump, Presiden AS.
Pemerintah Trump dalam mereaksi serangan kimia mencurigakan di distrik Khan Shaykhun, Selatan Idlib, Suriah pada 4 April 2017, belum memberikan bukti atas tuduhannya terhadap pemerintah Damaskus.
Hanya tiga hari pasca serangan kimia mencurigakan di Khan Shaykhun, yaitu pada tanggal 7 April 2017, AS meluncurkan 59 rudal Tomahawk dari dua kapal perang USS Porter dan USS Ross yang bersiaga di Laut Mediterania ke pangkalan udara al-Shayrat di timur Homs, Suriah.
AS melancarkan serangan tersebut setelah negara itu menuding Suriah melakukan serangan kimia di Khan Shaykhun. Tuduhan itu ini telah berulang kali dibantah oleh pejabat Suriah dan bahkan negara-negara seperti Rusia dan Republik Islam Iran.
Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam wawancara dengan AFP pada Kamis, 13 April 2017 menyebut serangan kimia di Khan Shaykhun sebagai 100 persen buatan untuk membenarkan serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah di Homs.
Pemerintah AS pada tahun 2014 juga menciptakan kampanye besar anti-Suriah dan menuding pemerintah Damaskus telah menggunakan senjata kimia, bahkan AS telah mempersiapkan serangan militer ke Suriah, namun dengan berlalunya sekitar tiga tahun dari tudingan tersebut, ternyata tidak ditemukan bukti bahwa pemerintah Damaskus menggunakan senjata terlarang itu.
Selain itu, jika Suriah menggunakan senjata kimia untuk menumpas oposisi, itu sama halnya dengan bunuh diri. Sebab, masyarakat internasional akan mengecamnya dan AS dan sekutunya akan memiliki dalih untuk mengagresi Suriah dan menggulingkan pemerintahan Assad. Jika serangan seperti itu dilakukan Suriah, maka posisi pemerintah Damaskus akan makin terjepit.
Yang pasti, pendekatan pemerintah Trump yang mendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah telah menimbulkan keberanian bagi mereka untuk melanggar kesepakatan dengan pemerintah Damaskus dan menandai sebuah kejahatan perang yang sebenarnya. (RA)