Krisis lain di Wilayah Pendudukan; Pemuda Terpelajar Zionis Tinggalkan Israel
Pars Today – Laporan terbaru Pusat Penelitian Knesset Israel menunjukkan gelombang migrasi dari wilayah pendudukan setelah perang Gaza mencapai rekor yang belum pernah terjadi.
Menurut laporan televisi Qudspress, Pusat Penelitian dan Informasi Knesset (MMM) dalam sebuah laporan mengonfirmasikan peningkatan tajam larinya warga Zionis dari bumi pendudukan dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti dilaporkan Pars Today mengutip televisi al-Alam, sebuah laporan baru dari Pusat Penelitian Knesset (parlemen Israel) menunjukkan bahwa gelombang imigrasi dari wilayah pendudukan telah mencapai rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah perang Gaza. Pada tahun 2022 dan 2023, lebih dari 137.000 warga Israel, yang sebagian besar adalah kaum muda terpelajar, meninggalkan wilayah pendudukan; sebuah tren yang, menurut para ahli, dapat menimbulkan tantangan serius bagi perekonomian Israel dalam jangka panjang.
Laporan terbaru dari Pusat Penelitian Knesset menunjukkan bahwa jumlah imigran Israel telah meningkat secara signifikan dalam dua tahun terakhir, sementara jumlah pengungsi yang kembali menurun tajam. Laporan tersebut, yang didasarkan pada data dari Biro Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa rata-rata keberangkatan tahunan penduduk dari wilayah pendudukan antara tahun 2009 dan 2021 adalah sekitar 36.000 jiwa.
Namun sejak tahun 2022, angka tersebut mengalami lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada tahun yang sama, melonjak 46 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 55.300 pemukim Israel meninggalkan wilayah pendudukan. Tren pelarian mereka berlanjut pada tahun 2023, mencapai 82.700 orang, yang menunjukkan peningkatan sebesar 50 persen.
Sebaliknya, jumlah orang yang kembali setelah tinggal lama di luar negeri jauh lebih kecil, diperkirakan rata-rata 24.000 jiwa per tahun.
Laporan "MMM" juga menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2023, bersamaan dengan dimulainya perang melawan Gaza, gelombang baru migrasi pemukim dari wilayah pendudukan dimulai.
Menurut data, sekitar 40 persen imigran yang meninggalkan wilayah pendudukan pada tahun 2022 adalah kaum muda berusia antara 20 dan 39 tahun, angka yang lebih tinggi daripada populasi umum (27 persen), yang menurut para peneliti akan merugikan perekonomian Israel dalam jangka panjang.
Pada saat yang sama, separuh imigran pada tahun 2022 juga merupakan pendatang baru (imigran Yahudi dari luar negeri), yang 76 persen di antaranya telah berimigrasi ke wilayah pendudukan dalam lima tahun terakhir, dan 62 persen meninggalkan Israel pada tahun pertama, tanpa menyelesaikan proses asimilasi dan pemukiman mereka.
Menurut data resmi, pada tahun 2024, Tel Aviv-Yafo menjadi kota teratas untuk emigrasi, dengan 11.200 imigran, hampir dua kali lipat jumlah kota lainnya. Setelah itu, Haifa, Netanya, Quds pendudukan, Bat Yam, Rishon LeZion, Ashdod, dan Ramat Gan memiliki migrasi balik tertinggi.
Menurut laporan Knesset, sebagian besar orang yang meninggalkan wilayah pendudukan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada rata-rata populasi umum, dengan 54 persen memiliki 13 tahun pendidikan atau lebih dan 26 persen memiliki gelar pendidikan tinggi penuh. (MF)