Perlawanan Gaza dan Gempa Politik Israel
(last modified Thu, 15 Nov 2018 07:26:58 GMT )
Nov 15, 2018 14:26 Asia/Jakarta
  • Menteri Urusan Perang Israel, Avigdor Lieberman
    Menteri Urusan Perang Israel, Avigdor Lieberman

Strategi gerakan perlawanan Palestina yang berhasil memaksa rezim Zionis Israel untuk menerima gencatan senjata telah memicu gempa politik baru di tubuh kabinet rezim Zionis.

Indikasinya ditandai dengan pengunduran diri Menteri Urusan Perang Israel, Avigdor Lieberman yang disusul dengan langkah serupa oleh Sofa Landver dari jabatan menteri imigrasi rezim Zionis.

Berlanjutnya masalah ini akan mengancam bubarnya kabinet Israel karena friksi di tubuh partainya semakin sengit, terutama antara partai Likud dan Netanyahu dengan partai Yisrael Beiteinu.

Babak baru pertempuran antara Israel dan gerakan perlawanan Palestina kembali meletus sejak hari Minggu. Dalam pertempuran tersebut sebanyak delapan orang Palestina, termasuk salah seorang komandan brigade Ezzedin Qassam, Nur Barkah gugur syahid. Sebaliknya dari pihak Israel, salah seorang perwira tingginya tewas.

Setelah itu, jet-jet tempur rezim Zionis selama dua hari membombardir berbagai wilayah Gaza. Kemudian terjadi aksi balasan dari pihak gerakan perlawanan Palestina dengan menembakkan 460 roket ke arah Palestina Pendudukan. Menghadapi perlawanan tersebut, rezim Zionis terpaksa bersedia berunding dengan mediasi Mesir, Qatar, PBB dan Norwegia, dan menerima gencatan senjata dengan Hamas.

Hamas

Gencatan senjata Gaza ini menunjukkan kekalahan rezim Zionis. Pertama, masalah ini menyulut pengunduran diri Avigdor Leiberman dari jabatan menteri urusan perang. Meskipun alasan utama Lieberman mundur karena menentang gencatan senjata, tapi masalah ini tidak bisa menutupi fakta kekalahan rezim Zionis menghadapi gerakan perlawanan Palestina. Sebagaimana disinggung salah seorang pemimpin Hamas, Sami Abu Zuhri bahwa pengunduran diri Lieberman sebagai bentuk pengakuan atas kegagalan militer Israel dalam menghadapi gerakan perlawanan Palestina.

PM Rezim Zionis, Benyamin Netanyahu

Kedua, pengunduran diri Lieberman memicu semakin tajamnya friksi di kabinet Israel yang dipimpin Benyamin Netanyahu. Sebelumnya masalah ini cenderung ditutupi. Tapi pengunduran Lieberman menyingkap tabirnya. Bahkan, Netanyahu harus mengeluarkan pernyataan terbuka mengenai penyelenggaraan pemilu dini jika Lieberman benar-benar mengundurkan diri dari jabatannya.

Ketiga, strategi gerakan muqawama yang menembakkan ratusan roket ke arah Palestina Pendudukan menyebabkan penghuni distrik Zionis mengajukan gugatan keamanan kepada Netanyahu. Dengan mempertimbangkan sebagian besar penghuninya yang merupakan imigran dari berbagai negara dunia yang datang ke Palestina Pendudukan, maka potensi eksodus balik mereka meninggalkan Israel semakin tinggi. Instabilitas tersebut menyulut gelombang protes besar terhadap Netanyahu. Bahkan koran Yedioth Aharonoth menulis, "Alih-alih Israel melumpuhkan Hamas, yang terjadi justru muncul kemarahan dari penghuni distrik Zionis yang semakin tinggi terhadap Netanyahu,".

Protes terhadap Netanyahu di Israel

Sejatinya, meskipun Israel didukung penuh oleh AS dan sebagian negara Arab sedang antusias untuk menjalin hubungan diplomatik dengan rezim Zionis, tapi pertempuran terbaru antara militer Israel dan gerakan perlawanan Palestina telah menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi rezim Zionis, dan kini kekuatan tersebut semakin tinggi dan tidak tergantung kepada pihak lain, seperti AS dan negara-negara Arab.(PH)    

 

 

 

 

 

Tags