Unjuk Rasa di Irak dan Peran Asing di Dalamnya
(last modified Mon, 11 Nov 2019 09:19:16 GMT )
Nov 11, 2019 16:19 Asia/Jakarta

Unjuk rasa di beberapa kota di Irak termasuk di Baghdad, ibu kota negara ini meletus pada hari Senin, 30 September 2019.

Pengunjuk rasa memprotes pengangguran, korupsi dan persoalan ekonomi lainnya. Unjuk rasa di beberapa kota juga berakhir ricuh dan menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka.

Bukti-bukti ditemukan bahwa unjuk rasa itu bukan terjadi secara spontan, namun ada pihak-pihak asing yang berperan untuk menciptakan kerusuhan di Irak dengan memprovokasi terjadinya protes dan menunggangi aksi massa.

Untuk meredam protes massa, pemerintah Irak telah mengumumkan paket kebijakan baru untuk memenuhi tuntutan masyarakat.

Selain itu, pejabat keamanan Irak juga telah memerintahkan untuk mencabut pemberlakuan jam malam di Baghdad meskipun protes di ibu kota Irak ini berlanjut.

Komandan Komando Operasi Gabungan di Baghdad Mayor Jenderal Qais al-Mohammadawi pada Selasa malam, 5 November 2019 mengatakan, pembatasan jam malam telah dicabut sepenuhnya di Baghdad setelah beberapa hari protes yang telah merenggut nyawa puluhan pengunjuk rasa.

Dia menambahkan, keputusan ini diambil setelah terjalin kerja sama antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan.

Pada hari Selasa, Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan, protes yang terjadi mengungkap masalah yang telah menumpuk setelah invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003.

Dia menuturkan, pemerintah Irak telah meminta pasukan keamanan untuk membedakan antara pengunjuk rasa damai dan mereka yang berusaha untuk menciptakan kekacauan.

Pemerintah Irak pada hari Selasa juga mengumumkan paket kebijakan baru yang akan dilakukan sebagai tanggapan atas protes yang telah melanda seluruh negeri. (RA)