Perselisihan di Kabinet Zionis Israel Semakin Besar Soal Tepi Barat
(last modified Tue, 23 Jun 2020 02:59:21 GMT )
Jun 23, 2020 09:59 Asia/Jakarta

Perselisihan antara Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz, Menteri Perang Rezim Zionis mengenai rencana untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat ke Wilayah Pendudukan semakin meningkat, sehingga Netanyahu mengancam Gantz bahwa kabinet bisa bubar dan terpaksa mengadakan pemilu parlemen keempat.

Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz bulan April lalu sepakat untuk mulai menggabungkan 30 persen dari daerah-daerah Tepi Barat ke Wilayah Pendudukan pada awal Juli 2020, termasuk Lembah Jordan dan semua pemukiman Zionis yang berada di Tepi Barat.

Tepi Barat

Kesepakatan itu mendapat reaksi keras dan luas warga Palestina. Di satu sisi, kesepakatan itu berujung pada persatuan faksi-faksi Palestina untuk bersama-sama menghadapi rencana pendudukan rezim Zionis, dan di sisi lain, kelompok-kelompok perlawanan Palestina memperingatkan terbentuknya Intifada baru. Reaksi faksi-faksi Palestina menunjukkan bahwa aneksasi 30% dari daerah-daerah Tepi Barat bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah diterapkan oleh rezim Zionis dan akan memiliki banyak konsekuensi untuk rezim ini.

Salah satu konsekuensi nyata dan jangka pendek dari reaksi Palestina adalah terciptanya keretakan di dalam kabinet Zionis Israel. Kabinet Netanyahu dan Gantz, yang rencana jabatan perdana menteri akan digilir dalam dua periode 18 bulan di antara keduanya terpaksa dilakukan dan untuk mencegah penyelenggaraan pemilu parlemen keempat, tetapi sejak awal sudah jelas bahwa kabinet ini akan menghadapi banyak tantangan dan perbedaan internal serta memiliki tingkat kerapuhan yang tinggi.

Sekarang, setelah Netanyahu bersikeras untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat, Menteri Perang Benny Gantz dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi mengatakan, saat ini mereka tidak mendukung rencana tersebut.

Televisi Kanal 12 rezim Zionis melaporkan, dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat Kementerian Perang Israel pada hari Kamis, Gantz menekankan bahwa ia tidak mendukung pendudukan daerah-daerah di Tepi Barat tempat banyak penduduk Palestina tinggal. Sikap Gantz memicu reaksi Netanyahu, dan surat kabar berbahasa Ibrani "Israel Hume" melaporkan bahwa Netanyahu telah memperingatkan Gantz untuk menyetujui rencana pendudukan Tepi Barat atau rezim ini akan diseret untuk melakukan pemilu parlemen kembali.

Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz

Poin penting dari perselisihan ini, penolakan Gantz terhadap rencana untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat sebagian besar karena ketidakpercayaan terhadap Benjamin Netanyahu. Faktanya, Gantz percaya bahwa rencana aksesi Tepi Barat adalah rencana terpenting yang akan Netanyahu lakukan selama 18 bulan masa jabatannya sebagai perdana menteri, dan dengan mengimplementasikan rencana ini, ia berusaha meningkatkan bobot dan posisinya di wilayah-wilayah pendudukan dan setelah itu ia akan membubarkan parlemen untuk menyiapkan kondisi bagi pemilu parlemen baru demi mencegah Gantz menjadi perdana menteri rezim ini pada November 2021. selain itu, Gantz percaya rencana ini harus diimplementasikan dalam periode jangka panjang dan di area kecil.

Dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan ini, kemungkinan kabinet rezim Zionis runtuh sebelum waktunya dan kemungkinan dilakukan pemilu ulang parlemen lebih besar.

Tags