Ketegangan Meningkat, UEA dan Turki Saling Tuding
Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) mengirim surat kepada Dewan Keamanan PBB dan menyebut Turki sebagai ancaman bagi keamanan di kawasan Asia Barat.
Hubungan UEA dan Turki mengalami ketegangan selama satu dekade terakhir. Penyebab utama ketegangan ini adalah perbedaan pandangan antara Abu Dhabi dan Ankara terkait kebangkitan rakyat di kawasan pada 2011 dan setelahnya.
Turki yang mendukung kebangkitan bangsa-bangsa Arab berusaha menciptakan pemerintahan Ikhwanul Muslimin di kawasan. Para raja Arab yang tidak memiliki basis dukungan massa, sangat khawatir dengan upaya yang dilakukan Ankara.
UEA dan Arab Saudi dengan beragam upaya berusaha mencegah terbentuknya pemerintahan Ikhwanul Muslimin di kawasan. Ketegangan hubungan antara Abu Dhabi dan Ankara selama 10 tahun terakhir juga telah menimbulkan tranformasi lain.
Hubungan UEA dan Turki semakin memanas dalam beberapa bulan terakhir. Abu Dhabi menuduh Ankara menjalankan kebijakan luar negeri yang bermusuhan. Masalah ini juga menjadi tema dalam surat UEA kepada Dewan Keamanan PBB Sementara Turki menuduh UEA "memainkan peran di luar posisinya di kawasan".
UEA mengklaim bahwa persoalan dunia Arab berkaitan dengan negara-negara Arab, dan negara-negara selain Arab di kawasan, termasuk Turki, tidak memiliki hak untuk berperan atau campur tangan dalam urusan tersebut.
Oleh karena itu, UEA dalam suratnya kepada Dewan Keamanan PBB menyebut serangan militer Turki ke Suriah sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan serangan itu dalam kerangka kebijakan untuk menciptakan kekacauan di dunia Arab.
Meski serangan militer Turki ke Suriah melanggar hukum internasional, namun UEA tidak bisa mengadukan Ankara, sebab, Abu Dhabi dalam satu dekade terakhir juga menjadi pendukung terpenting pemberontak dan kelompok-kelompok teroris di Suriah yang berperan besar dalam membantai rakyat negara Arab ini.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, UEA telah melakukan tindakan berbahaya dan merugikan di Lebanon dan Suriah.
Maksud dari tuduhan Turki ke UEA bahwa Abu Dhabi berperan di luar posisinya adalah hubungan UEA dengan Yunani dan intervensi Abu Dhabi di Libya.
Pemerintah UEA telah mengirim sembilan jet tempur pada Jumat (28/8/2020) untuk mengikuti manuver gabungan dengan Yunani di Laut Mediterania. Kebijakan UEA itu diambil ketika hubungan Yunani dan Turki sedang memanas dalam beberapa bulan terakhir ini.
Pengiriman jet-jet tempur UEA ke Yunani direspon Turki. Seorang pejabat Turki kepada surat kabar al-Quds al-Arabi mengatakan, jika jet-jet tempur UEA mendekati zona laut Turki atau mendekati area sekitar kapal Oruc Reis yang sedang melakukan misi eksplorasi di dekat Pulau Crete, akan ditembak.
Pejabat Ankara yang berbicara secara anonim itu menambahkan bahwa UEA sedang berbuat di luar perannya dan bermain api.
Sebelumnya, UEA dan Turki juga bersitegang terkait Libya dan berlanjut hingga sekarang. Abu Dhabi mendukung Komandan Tentara Nasional Libya (LNA) Jenderal Khalifa Haftar dan pemerintah yang dekat dengannya, sementara Turki mendukung pembentukan pemerintahan Ikhwanul Muslimin di Libya. Pemerintah Ankara juga mengirim pasukan ke Libya untuk mendukung pihak-pihak yang berseberangan dengan Haftar.
Turki baru-baru ini juga secara terang-terangan mengkritik hubungan resmi UEA dengan rezim Zionis Israel meski sebelumnya Ankara sendiri juga memiliki hubungan dekat dengan Tel Aviv dan kemudian mengklaim telah memutusnya.
Tampaknya ketegangan antara Abu Dhabi dan Ankara akan berlanjut hingga pekan-pekan mendatang setelah UEA mengirm jet-jet tempur untuk berpartisipasi dalam manuver militer gabungan dengan Yunani. Menurut surat kabar Kathimerini, jet-jet tempur UEA akan mengikuti latihan militer dengan Yunani di atas Mediterania Timur.
Bulan lalu, Turki mengerahkan kapal-kapal angkatan laut untuk mengawal satu kapal eksplorasi hidrokarbon di perairan yang diklaim Yunani. Langkah Turki itu membuat marah Yunani.
Turki awalnya ingin membatalkan misi eksplorasi awal tahun ini setelah ada keberatan dari Uni Eropa dan Amerikat Serikat. Namun Turki kemudian mengerahkan kapal Oruc Reis pada 10 Agustus 2020. (RA)